Bab 44 : Kerinduan Mendalam

77 8 2
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Segala hal di muka bumi merupakan nikmat Allah tiada tara bagi mereka yang merasakannya. Jangan sia-siakan nikmat Allah dengan cara mengabaikan pemberian-Nya secara sadar maupun tidak sadar. Badan sehat, keluarga baik, bisa melakukan apa yang tidak bisa orang lain lakukan merupakan nikmat Allah yang jarang kita sadari dan syukuri. Maka jalani dengan syukur yang besar dan juga sadar yang besar. Jangan sia-siakan sedikit pun atau semua akan menjadi penyesalan.

Assalamualaikum Ya Ukhty
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Sepasang kakak beradik dengan selisih usia 4 tahun sedang bermain pasir di tepi pantai. Sang adik perempuan awalnya tersenyum cerah kini berubah drastis tatkala istana pasir yang ia bangun hancur lebur akibat ulah sang kakak laki-laki. Gadis kecil itu bermuka masam bahkan dengan berani memberikan tatapan maut pada kakak lelakinya.

“Kak Sam nyebelin banget, sih? Istanaku jadi hancur gara-gara Kak Sam! Pokoknya aku ngambek, marah, nggak mau bicara sama Kak Sam!” ujar gadis kecil duduk bersimpuh di atas pasir, kedua tangannya bersedekap di depan dada dengan ekspresi menunjukkan bahwa ia sedang kesal.

“Ayolah Caca ... jangan marah, Kakak nggak sengaja. Niatnya Kakak tendang bola ke gawang, eh ternyata tendangannya kena istana pasir kamu. Kakak minta maaf, ya, Caca.”

“Nggak mau!” kesal gadis kecil bernama Caca. Bibirnya mengerucut, kedua alis menyatu menandakan ia benar-benar sedang marah.

Sam, kakak laki-laki Caca tersenyum tipis melihat sikap menggemaskan Caca. Ia meletakkan bola di depan Caca, melangkah pergi meninggalkan Caca sendiri di tepi pantai. Entah apa yang Sam lakukan Caca tidak tahu.

Bukankah seharusnya jika adik sedang marah ataupun bersedih, tugas kakak adalah menghiburnya?

“Malah ditinggal sendiri gimana, sih!” kesalnya ketika melihat Sam pergi menjauh sampai tidak terlihat lagi batang hidungnya.

Hampir sepuluh menit lamanya Sam belum juga kembali. Caca menghela napas kasar, beranjak dari duduknya lalu menghentakkan kaki kesal seraya menendang pasir tak tentu arah. Beberapa detik kemudian wajah Caca memerah menahan tangis, sepasang netranya bergerak liar menelusuri sekeliling pantai berharap menemukan Sam.

Baru saja hendak pergi meninggalkan pantai demi mencari Sam, sepasang tangan terulur ke depan menggenggam satu batang es krim varian rasa. Seketika perasaan marah dan kesal lenyap tatkala mengetahui siapa di balik tangan tersebut. Namun tidak dapat dimungkiri perasaan takut kehilangan Sam, takut Sam meninggalkannya masih bersarang dalam diri.

“Mau nggak? Jangan kelamaan bengong, udah pegal nih tangan Kakak.”

Dalam sekejap es krim sudah berpindah tangan. Caca kembali duduk, meletakkan asal es krim di atas pasir membiarkannya tergeletak tanpa berniat memakannya. Sam pun mengernyit mendapati sikap Caca berbeda dari biasanya, karena Sam hafal betul Caca sangat menyukai es krim.

“Kenapa?Kok cemberut, nggak di makan es krimnya? Nggak suka rasanya? Atau ganti rasa? Tunggu di sini, Kakak beli rasa yang lain.”

“Nggak! Kak Sam nggak boleh pergi kemana-mana. Kak Sam harus di sini sama aku, nggak boleh pergi jauh! Aku takut banget Kak Sam pergi dan nggak balik lagi ... aku takut Ka Sam pergi jauh ... Kak Sam di sini aja sama aku ...” rengek Caca dalam pelukan Sam. Ia memeluk tubuh Sam begitu erat seolah tidak mengizinkan Sam bergeser barang sedikit pun.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiWhere stories live. Discover now