Bab 20 : Bertemu Denganmu

195 16 0
                                    


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Berusahalah untuk menjadi seperti Maryam. Wanita muslimah yang mampu menjaga kesucian dirinya dari laki-laki lain yang menggodanya dan menghindar agar tidak tergoda serta memiliki rasa malu."

~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Keesokan harinya. Seperti biasa, Lechia sarapan roti lengkap dengan selai strawberry. Mengunyah perlahan sesekali melirik Mbok Siti tengah berkutat benda kecil yang entah apa namanya Lechia tidak tahu. Tak lama, senyum Lechia mengembang mendengar alunan indah nan merdu hingga membuat hatinya nyaman.

"Mbok Siti tahu aja kalau Lechia suka banget denger suara orang ngaji surat Maryam," ujar Lechia antusias sembari menatap Mbok Siti tengah memegang speaker murottal.

"Namanya murottal, Non." Mbok Siti berjalan menghampiri Lechia kemudian duduk di sebelah kiri.

"Jadi ... suara orang lagi ngaji namanya murottal?"

"Lebih tepatnya, mendengarkan lantunan Al-Quran melalui suara seperti ini. Atau lebih singkatnya rekaman suara pembaca Al-Qura'an." Mbok Siti menyodorkan speaker murottal langsung disambut senang Lechia. Ia membolak-balikkan benda tersebut heran.

"Kok mirip spaker yang dipakai temen Lechia? Tapi, isinya musik semua."

Mbok Siti mengangguk. "Bedanya, ini dibuat khusus untuk dengerin murottal. Mbok juga pesen ada tulisannya. Coba baca," ujar Mbok Siti sembari menunjuk tulisan arab terlihat jelas di bagian badan speaker murottal.

Lechia mengangkat speaker murottal, lalu mencondongkan wajahnya agar bisa membaca dengan jelas tulisan yang Mbok Siti maksud. "Lasiya anastasya-eh! Ini ..." Spontan Lechia menoleh kesamping kiri langsung mendapat anggukan serta senyum Mbok Siti.

"Awalnya, Mbok bingung sama nama Non di bagian 'ch'. Kan dalam huruf hijaiyah nggak ada, mau Mbok ganti tulisannya tapi nggak jadi. Yaudah, Mbok langsung pergi ke toko. Pas Mbok tanya, ternyata bisa. Memang, huruf abjad sama arab itu beda. Tapi kalau dibaca pasti sama."

Semenjak Mbok Siti menceritakan bagaimana proses pembuatan tulisan pada speaker murottal, Lechia tersentuh. Ternyata begitu besar rasa sayang Mbok Siti padanya.

"Jadi ... ini beneran buat Lechia?"

"Iya, Non."

Tangis Lechia pecah. Sungguh, ia sangat menyayangi Mbok Siti melebihi apapun di dunia ini. Tidak pernah menyangka Mbok Siti memberikan sebuah benda yang sangat berarti bagi Lechia kelak. Ia memeluk erat tubuh Mbok Siti yang sudah ia anggap sebagai orangtuanya sendiri. Tumpah ruah air mata Lechia membasahi baju Mbok Siti.

Lechia tergugu dalam pelukan Mbok Siti. Hal paling membuatnya betah dan nyaman ketika merasakan suasana hati sedang baik maupun buruk. Pelukan Mbok Siti adalah obat paling mujarab mengalahkan obat rumah sakit.

"Tapi, Lechia minta maaf. Lechia belum bisa ..."

Ada sebuah keraguan menyelimuti Lechia. Padahal apa yang dilakukan Mbok Siti sebagai bentuk keetaatan seorang muslim pada sang pencipta, Lechia selalu mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun belum sempurna karena ia tahu, bahwa dirinya masih non-muslim. Tetapi tidak menutup kemungkinan hal tersebut membuatnya nyaman.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiWhere stories live. Discover now