Lima Puluh Tujuh

2.5K 259 29
                                    

Haruskah aku pergi? Haruskah aku pasrah? Haruskah aku merelakan semua impian kita berdua?
-Anonim.

---------------

Dion pulang ke rumah dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya. Tatapannya datar, begitu melihat ada orang-orang yang tidak ia suka.

Santana, Erlan, dan Arsya. Mereka bertiga sudah menunggu di ruang tamu.

"Ngapain kalian?" Tanya Dion dingin.

"Dion, kamu nggak pernah diajarin sopan santun?" Tanya Santana kesal.

"Dulu sih pernah, tapi sekarang udah enggak," balas Dion.

"Kalian ngapain kesini?" Tanya Dion sekali lagi.

"Kamu kenapa tadi ninggalin anak Om?" Tanya Erlan.

"Tunggu, gimana Om? Dion nggak salah denger? Bukannya anak Om ya, yang ninggalin Dion?" Balas Dion.

"Lagipula, kalian tahu sendiri kan, kalau Dion baru aja pulang, dan naik taksi. Dari sini, bisa dilihat kan, siapa yang ninggalin, dan siapa yang ditinggal," lanjutnya.

"Sudah-sudah, lebih baik kita langsung ngomongin pernikahan mereka aja," kata Santana melerai.

"Maaf Pa, Om. Dion nggak bisa lanjutin pernikahan ini," kata Dion.

"Loh, nggak bisa gitu dong Dion," kata Arsya tak terima.

"Bisa dong, kenapa enggak?" Balas Dion tersenyum remeh.

"Dion! Apa-apaan kamu ini, bicara apa kamu? Kamu lupa kalau kamu nggak jadi nikah sama--.

"Oh enggak Pa, tentu nggak akan lupa. Dion nggak akan lupa sama omongan andalan Papa, dan ya. Semua hutang Papa, lunas!" Potong Dion sembari meletakkan amplop coklat tebal itu diatas meja.

Mereka yang melihat itu dibuat terkejud. Bagaimana bisa?

"Kamu dapet uang ini dari mana?" Tanya Santana.

"Yang pasti, ini bukan uang haram," balas Dion.

"Pa, Papa lakuin sesuatu dong. Arsya nggak mau kalau nggak jadi nikah sama Dion," kata Arsya mulai merengek.

"Dion, perjanjian tetaplah perjanjian. Kamu nggak bisa batalin pernikahan ini gitu aja, dan asal kamu tahu, ini semua masih kurang," kata Erlan.

"Kurang?" Tanya Dion.

"Itu semua udah pas sama nominal uang yang udah Papa Dion pinjam," lanjut Dion.

"Iya, tapi belum sama bunganya," balas Erlan.

Arsya tersenyum miring.

Dion tak habis pikir, lelaki di hadapannya ini begitu licik. Oh tunggu, jangan lupakan juga dengan anaknya.

"Jadi Dion, kamu sama Arsya akan tetep nikah," kata Erlan tersenyum meremehkan.

"Jangan paksa anak aku buat turutin kemauan kalian," kata seseorang yang baru saja memasuki rumah.

"Mama?" Kejut Dion.

Crazy Boyfriend [Completed✔]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें