Lima Puluh Dua

2.5K 250 34
                                    

Entah harus kemana lagi aku mencari. Dirimu kali ini benar-benar pergi, dan sekarang. Aku sendiri.
-Dian.

-----------

Dian menatap secarik kertas itu dengan tatapan kosong. Dion pergi, lagi.

"Jadi, orang yang tadi itu, suruhan Papa nya Arsya?" Tanya Dian.

"Segini niatnya lo buat dapetin Dion ya Sya," lanjutnya masih bermonolog.

Dian tidak bisa diam saja disini, ia harus bertindak. Ia harus menyusul Dion. Ia yakin sekarang ini Dion ada di rumah Arsya, ya, dia yakin akan hal itu.

Ia lalu bergegas untuk segera pergi. Kali ini, biarlah Dian yang berjuang. Kalaupun nanti Dian tidak bisa membawa Dion pulang, setidaknya ia harus bertemu dulu dengan Dion. Ia ingin berbicara serius.

Dengan taksi, Dian pulang ke rumah untuk ganti baju terlebih dahulu.

"Lo semalaman nggak pulang, kemana aja lo? Untung Papa sama Mama semalem juga nggak di rumah, mana lo di telfon susah banget lagi, kalau Mama sama Papa sampai tahu. Abang yang bisa kena," kata Davin yang langsung nyerocos begitu Dian masuk rumah.

Memang salah Dian juga sih, ia tidak pulang, namun ia juga tidak memberi kabar orang rumah.

"Bang, marahnya nanti aja ya. Dian buru-buru nih, mau ada urusan," kata Dian.

"Urusan apa lagi? Lo baru nyampe rumah belum ada semenit, dan lo mau pergi lagi?" Tanya Davin.

"Udah deh Bang, nanti Dian jelasin. Sekarang, Dian mau ganti baju dulu," balas Dian yang langsung bergegas menuju kamarnya.

"Tu anak kenapa sih? Kaya ada yang penting. Tapi apa?" Tanya Davin bermonolog.

Tak ada lima belas menit, Dian sudah turun dengan pakaian santai.

"Bang, pinjemin mobil dong," kata Dian.

"Buat apaan? Lo mau kemana sih?" Tanya Davin.

"Aduh Bang, jangan banyak tanya deh, ini urusan gawat darurat," balas Dian.

"Lo kata UGD," kata Davin.

"Jangan becanda, buruan sini pinjemin mobilnya," kata Dian.

"Mau lo bawa kemana? Nggak, Abang nanti ada kelas siang," kata Davin.

"Bohong banget lo, gue tahu kali Bang kalau hari ini lo cuti. Dosen lo kagak bisa masuk," kata Dian.

"Kok lo tahu njir? Cenayang ya?" Tanya Davin.

"Lo yang bilang, dah lah siniin. Kalau nggak dikasih pinjem, Dian aduin Mama sama Papa," kata Dian dengan ancamannya.

"Abang bakal pinjemin asal kamu kasih tahu Abang, kamu mau kemana Dian?" Kata Davin melembut.

"Dion pergi, dan Dian yakin sekarang Dion di rumah Arsya. Dian mau nyusulin Dion, Bang," balas Dian kemudian.

"Dian, dengerin Abang ya? Udah, ikhlasin Dion, mungkin dia emang bukan jodoh kamu," kata Davin memegang kedua pundak Dian.

Crazy Boyfriend [Completed✔]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz