Aku mengutuk diriku, mengutuk harapanku

2.8K 10 0
                                    

Aku mengutuk diriku, mengutuk harapanku

 

Sore itu langitpun terlihat sangat indah, hembusan angin yang semilir membuat jiwa ini semakin tentram. Matahari tak begitu panas menyengat, karena sudah condong ke arah barat. Terlihat pula di sekitar taman beberapa burung gereja yang sedang berkejaran. Terlihat Fika dan Fiki masih duduk di tempat itu, mereka saling diam satu sama lain. Fika terlihat menyandar kepalanya ke pundak Fiki. Tak ada percakapan saat itu. Mereka hanya melihat kedepan, mungkin tatapan keduanya sama-sama kosong. Mereka tak tahu apa yang harus diperbuat, cerita itu, kenyataan itu, serasa semuanya itu tak mungkin. Tapi apa daya, ia tak bisa menghindari kenyataan yang telah ada.

“Fiki...” Satu kata akhirnya terlontar dari mulut Fika. Ia menghela nafas dalam-dalam. Tatapannya masih kosong. Bahkan suaranya masih serak akibat tangisannya tadi yang tak henti-henti.

“Iya Fika..” Jawab Fiki. Sama halnya dengan Fiki. Ia masih sangat syok dengan apa yang telah terjadi. Pandangannya juga kosong, sesekali ia hembuskan nafasnya, serasa ada masalah besar yang harus dipikulnya.

“Maukah kamu mengajakku jalan-jalan hari ini, setidaknya aku bisa menenangkan diriku saat ini.” Fika mengajak jalan-jalan Fiki. Ia jenuh dengan semua ini. Setidaknya dengan berjalan-jalan, ia bisa sejenak melupakan masalahnya. “Sekali ini saja, jadilah orang yang terakhir aku sayang.” Fika tersenyum getir.

“Baiklah... Aku juga sedikit bosan berada disini.” Fiki bangun dari tempat duduknya. Iya meraih tangan Fika, dan Fikapun ikut berdiri. Fiki dan Fika akan jalan-jalan, sekedar untuk menenangkan dirinya saat ini.

“Bawalah aku ketempat yang menurutmu bisa membuatku senang. Sehingga aku bisa mengurangi sedikit rasa sedihku.” Pinta Fika kepada Fiki.

“Baiklah.” Fiki mengajak Fika untuk meninggalkan taman itu. Ia menuju ke pinggir jalan untuk menyetop sebuah taksi. Mereka berdua menaiki taksi.

Fiki mengajak Fika untuk mengunjungi Taman Bermain. Setidaknya banyak wahana permainan yang ditawarkan disana. Dia berharap tempat itulah yang bisa mengusir rasa kesedihannya saat ini.

Empat puluh lima menit taksi itu membawa mereka menuju Taman Bermain. Tak ada percakapan antara keduanya didalam taksi itu. mereka berdua sama-sama diam. Menatap ke luar, melihat sekililing jalan raya dengan tatapan kosong. Taksi itu sampai di Taman Bermain.

Terlihat begitu ramai saat itu. Fiki melihat jam tangannya, pukul 15.00. terik matahari masih terasa panas. Namun tak menyurutkan antusias dari pengunjung Taman Bermain itu. Dari nampak kejauhan terlihat beberapa permainan, roller coster, biang lala, jet coster, badut, penjual pop corn semua memenuhi tempat wahana itu.

Fiki membeli dua karcis untuk masuk di Taman Bermain itu. ia menggandeng tangan Fika. Fika menoleh dan tersenyum datar. Fiki menyerahkan tiket itu ke petugas. Petugas mempersilahkan masuk.

Mereka berdua melihat sekeliling taman. Sangat ramai sekali, pengunjung begitu antusias memadati tempat ini. Terlihat ada badut yang mendekati mereka berdua. Badut dengan wajah micky mouse terlihat lucu. Terlihat sedang melambai-lambai ke arah Fika dan mengajaknya bersalaman. Fika tertawa. Fiki senang akhirnya gadis cantiknya mulai tertawa. Sedikit rasa sakitnya mulai memudar.

Fiki menggandeng fika menuju wahana permainan. Yaitu Roller coster. Permainan yang membutuhkan adrenalin yang tinggi. Permainan yang setinggi 11 meter membuat bulu kuduk pengunjung berkidik sebelum menaikinya.

“Naik yuk..” Fiki mengajak Fika untuk naik ke wahana roller coaster. Fika hanya menggelengkan kepalanya, pertanda ia tak menyukai permainan itu. “Ayolah sayang, sekali ini saja, luapkan emosimu di atas sana.” Fiki membujuk.

Love In Sunset (Romantic Novel)Where stories live. Discover now