Hari lamaranku dengan fiki

Mulai dari awal
                                    

“Kamu memang terlihat sangat cantik anakku.” Terlihat Ibu Fika yang memuji kecantikan anaknya saat ini. Ia melihat kearah kaca dan meletakkan kedua tangannya ke pundak Fika. Ia tersenyum melihat Fika sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Bahkan sebentar lagi ia akan menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya nanti. Ulasan senyum itu terpancar pada wajah Ibu Fika. Ia sangat senang di hari ini akan merencanakan pernikahan anaknya.

“Ohh.. ibu, terima kasih atas pujiannya.” Fika menoleh kearah Ibunya dan terseyum lebar. “Kalau Ibu tak cantik, aku juga tak akan secantik ini.” Fika terus menebar senyumannya ke arah ibunya, sambil mengangkat alis-alisnya.

“Fika, pakailah liontin ini. Mungkin liontin ini bisa membuat dirimu semakin cantik dihadapan calon mertuamu.” Ibu Fika menyerahkan sebuah liontin yang sangat indah kepada Fika. Fika menerimanya dengan senang hati. Ibu Fika membantunya untuk memakaikan liontin itu. Dan benar, Fika terlihat sangat cantik dari sebelumnya. Liontin itu sangat cocok dengan Fika. Ia terlihat sangat anggun dan menawan. Di tambah dengan balutan busana dan make-up yang cocok dengan dirinya sat ini. Memang wajah Fika dari awal sudah cantik. Walaupun diapa-apain tetap cantik. Ibu Fika masih memberikan senyumannya kepada Fika tiada henti.

Dari luar rumah, terlihat sebuah taksi berwarna biru berhenti tepat di depan rumah Fika. Terlihat Fiki turun dari taksi dan membantu sesorang untuk membukakan pintunya. Setelah pintu taksi terbuka, terlihat seorang Pria dengan postur yang gagah, mengenakan jas dan dasi yang sangat rapi, terlihat rambut-rambutnya sudah memutih. Kelihatan pria itu sudah sangat mapan.

“Ayah.. silahkan turun.” Fiki membukakan pintu taksi dan mempersilahkan ayahnya untuk turun. Rasa hormat memang dimiliki oleh Fiki sejak kecil. Dari kecil ayahnya selalu mengajarkannya untuk memiliki sopan santun terhadap orang tua. Tak heran jika anaknya sekarang sangat menghormatinya.

Pria itu turun dari taksi. “Terima kasih anakku.”  Melempar senyum kearah Fiki.

“Silahkan masuk ayah. Ini rumah calon menantumu.” Fiki menuju rumah Fika. Setelah sampai didepan pintu, Fiki mengetuk pintu dan memberikan salam.

“Assalamualaikum..” Fiki mengetuk pintu.

“Assalamualaikum.” Salam Fiki. Dari jarak kejauhan terdengar suara yang menjawab salam Fiki.

“Waalaikumsalam..” tak beberapa lama pintu yang terkunci itu terbuka. Terlihat Ayah Fika yang membukakan pintu itu. Ayah Fika menjabat tangan Fiki serta Ayahnya. “Ayo mari silahkan masuk.” Ayah Fika menyuruh mereka untuk masuk.

“Ayo silahkan duduk pak.” Suruh ayah Fika saat itu. Akhirnya Fiki dan ayahnya duduk dikursi sofa ruang tamu. Ayah Fiki memandang Ayah Fika. Ia melempar senyum kearahnya. Ayah Fika membalas senyumannya.

Dari arah dalam tiba-tiba ibu Fika menuju ke ruang tamu. “Ehh.. ayahnya Fiki sudah datang ya? Bagaimana perjalananya? Perkenalkan saya ibunya Fika.”  Ibu Fika memperkenalkan dirinya. Terlihat ayah Fiki berdiri dan menjabat tangan Ibu Fika saat itu.

“Alhamdulillah lancar bu, Benar saya adalah ayahnya Fiki. Dan maksud kedatangan saya kali ini, yaitu melamarkan Fika untuk Fiki anak saya.” Ayah Fiki tersenyum kearah ibu Fika. Dan ibu Fika membalas senyuman itu dan tertawa kecil.

“Ahh saya sudah tau semuanya. Jangan khawatir kalau kami berdua tidak menerima tawaran anda untuk menikahkan anak-anak kita. Hahahhaa.” Orang tua Fika dan Fiki tertawa. Tergambar jelas raut wajah mereka yang bahagia saat itu. “Ayo pak, mari silahkan masuk kedalam, ada jamuan sederhana disini.” Ibu Fika menyuruh Ayah Fiki untuk menuju ruang makan.

“Wah.. wah.. wahh.. jadi saya disini merepotkan kalian ceritanya. Hehehe..” Terlihat Ayah Fiki senyam-senyum sambil garuk-garuk kepala mendengar tawaran Ibu Fika. “Sudahlah saya tak bisa menolak tawaran anda.” Mereka semua akhirnya menuju ke ruang makan. Setelah itu mereka duduk di kursi masing-masing. Ibu Fika terlihat sangat repot saat itu. Ia terlihat membagikan beberapa piring. Setelah semua yang ada di meja makan mendapatkan piring, ibu Fika melihat kearah meja makan sambil tersenyum. “Yah inilah seadanya yang bisa kami berikan pak.” Ibu Fika merendah saat itu. Tiba-tiba Fika datang sambil membawakan gelas-gelas dan ceret yang berisi sirup strawberry. Parasnya begitu anggun saat itu, ia berjalan menggunakan busana kebaya berwarna coklat. Senyumannyamenghiasi setiap langkahnya menuju meja makan. Fiki tak bisa memalingkan pandangannya, ia melihat orang yang sangat ia cintai begitu cantik. Begitu juga dengan ayah Fiki. Ia melihati Fika dengan seksama, ia berdehem saat itu. Ayah Fiki juga sangat mengagumi kecantikan Fika.

“Fika, ayo nak bawakan sirup itu kemeja ini.” suruh Ibu Fika. Fika membawakan sirup itu dan meletakkan beberapa gelas ke meja makan beserta ceret yang telah berisi sirup strawberry. Kemudian Fika duduk di kursi makan. Sambil tersenyum kearah Fiki dan ayahnya.

“Ini Fika ya?” Tanya Ayah Fiki saat itu.

“Iya pak, saya Fika.” Fika tersenyum malu kearah ayah Fiki.

“Hahahah.. pintar juga kamu Fiki memilih calon istri secantik Fika.” Ayah Fiki menyenggol bahu anaknya dan sambil tersenyum kearah Fika. Fiki hanya tersenyum melihat ayahnya saat itu. Ia senang ternyata ayahnya juga menyukai Fika.

“Maka dari itu ayah, aku ingin cepat-cepat menikahi dia, sebelum keduluan orang lain. Hahahaha...” Fiki membela diri. semua orang yang berada di meja makan tertawa mendengar perkataan Fiki.

“Ayo makan dulu. Silahkan..” Ibu Fika mempersilahkan untuk makan. Fika membantu memberikan nasi kepada Ayah Fiki.

“Cukup pak?” Fika memberikan nasi yang ia sendok menggunakan centong ke piring Ayah Fiki. “Cukup nak,” Balas ayah Fiki yang merasa nasi yang ada di piring nya telah terisi penuh.

“Cukup..” Fika memberikan nasi ke piring Fiki. “Cukup Fika, terimakasih.” Fiki tersenyum kearah Fika yang telah selesai memberikan nasi ke piringnya.

Semuanya makan saat itu, Fiki dan ayahnya sangat menikmati jamuan makanan yang dihidangkan saat itu. Fika ikut tersenyum melihat ternyata semua orang menyukai masakannya.

“Ehh.. ngomong-ngomong siapa yang memasak se enak ini?” Tanya Ayah Fiki. Kelihatannya ia sangat menyukai makanan yang dihidangkan dimeja makan itu.

“Fika yang memasak semuanya pak?” sahut Ibu Fika dengan tersenyum kearah Ayah Fiki.

“Aku sudah mengira calon menantuku yang memasak.” Seru ayah Fiki. Ia kedua kalinya menyenggol bahun anaknya. “Tuh istrimu pintar masak. Awas saja kalu sering-sering makan di luar rumah. Hahahha.” Fiki hanya tersenyum mendengar ucapan ayahnya. Dan ayah Fiki tetap tak memalingkan pandangannya kearah Fika. Ia sangat tertarik dengan kecantikan menantunya. Terlebih dengan liontin yang Fika pakai sekarang.

Setelah semua selesai makan, Fika membereskan semuanya dan menaruh piring-piring tersebut ke dapur. Setelah itu ia cuci tangannya dan bergegas untuk menuju ke ruang tamu.

“Duduk sini nak.” Ibu Fika menyuruh anaknya untuk duduk disampingnya. Terlihat saat itu semua orang telah menunggunya. Ayah Fiki yang terlihat duduk di sofa disebelah Fiki. Fika tersenyum kearah Ayah Fika.

“Jadi, kapan kita langsungkan pernikahan anak-anak kita?” Ayah Fiki mulai angkat bicara. Mendadak semuanya menjadi serius. Begitupun dengan Fika saat ini. Bahkan ia sampai mengerutkan dahinya dan menghela nafas dalam-dalam. “Aku mengusulkan untuk secepatnya.” Sahut ayah Fiki. Ia menginginkan untuk pernikahan Fiki dan Fika untuk segera dilangsungkan.

“Aku terserah dengan usulan bapak. Masalah perlengkapan pernikahan nanti keluarga kami yang mengurusi.” Ayah Fikapun akhirnya angkat bicara menanggapi usulan Ayah Fiki.

Ayah Fiki tetap tak berpaling dari pandangannya ke arah Fika. Ia sangat mengagumi paras calon menantunya. Sesekali ia lempar senyum kearah Fika. Fika memang begitu cantik dengan liontin yang sekarang ia kenakan. Pandangan ayah Fiki tertuju pada liontin itu. Begitu manis dan anggun dirinya saat itu.

“Kamu begitu cantik dan anggun nak sekarang.” Kata ayah Fiki yang mengagumi kecantikan Fika sat itu.

“Terima kasih pak atas pujiannya.” Fika hanya bisa tersenyum malu mendengar pujian calon mertuanya.

Mata Ayah Fiki tak bisa berpaling dari liontin itu. Mendadak ia mengerutkan keningnya. Sepertinya ia pernah melihat liontin itu sebelumnya. Ia mulai mengingat-ingat semua yang ada diotaknya. Sambil menyipitkan mata ia mulai berfikir. Sesekali ia menghela nafas.

“Nak.. bolehkah saya melihat liontin itu? Aku begitu tertarik dengan liontin yang kamu kenakan.” Ayah Fiki ingin sekali melihat liontin itu lebih dekat. Supaya ingatan yang ada di kepalanya dapat kembali. Fika melepas liontin itu dan menyerahkannya kepada ayah Fiki.

“Ini pak.” Fika menyerahkan liontin itu kepada ayah Fiki. Ayah Fiki menerimanya dengan senyuman lebar kearah Fika. Ia mulai melihat liontin yang indah itu. Liontin yang berwarna merah, begitu mewah dan mempesona. Ayah Fiki tersenyum kearah Fika. Ia tetap memandangi liontin. setelah itu ia membuka liontin yang indah.

Love In Sunset (Romantic Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang