Vivi mengikuti gerakan Reva dengan matanya, gadis itu sudah angcang-ancang ingin mengejar Reva. Namun tangan Nathan yang mencekal tangannya menghentikan itu semua.

"Biarin aja, Vi. Bentar lagi juga balik itu orang. Lo tau sendiri anak itu mana berani keluyuran sendiri di mall," ujar Nathan santai.

Vivi terkekeh. "Jahat banget lo Nat sama adek sendiri," balasnya yang hanya dijawab dengan gidikan bahu Nathan.

"Kalian masih mau rumpi apa mau cari makan?"

Nathan dan Vivi melirik pada Andra yang barusan berujar. "Makan lah," jawab mereka berbarengan.

Ketiganya mulai melangkahkan kaki berbarengan. Baru saja beberapa langkah, ketiganya harus kembali berhenti saat mendengar suara langkah kaki sangat keras di belakang mereka. Jelas sekali, kalau pemilik kaki itu sengaja menghentak-hentakan kakinya.

"Jahat banget sih kalian nggak ngejar gue. Huft..."

Nathan tersenyum miring, benarkan apa katanya. Reva pasti akan balik lagi. Gadis itu tidak akan pernah bisa jika berjalan sendirian, cewek parnoan macam Reva sungguh mustahil bisa melinggalkan teman-temannya.

"Suruh siapa pake sok-sok'an ngambek begitu? Cewek bar-bar kayak lo gak cocok, Re. Sadar diri napa," ujar Nathan tak berperasaan.

Reva kembali mendelik pada Nathan, setelahnya ia memalingkan wajahnya kasar, beralih menatap Vivi dengan sorot prihatinya, "Vi~, temenin gue, yuk. Gue baru aja phobia sama si Badak. Yuk, ah, yuk," rengeknya. Ia bahkan menarik-narik tangan kanan Vivi.

Vivi terkekeh, di matanya, sekarang Reva tampak sangat lucu. "Hahahhaha, oke, deh. Dra, Nat, gue pisah dulu, ya. Kalau kalian mau pulang, pulang aja duluan. Bye," ujar Vivi.

Nathan dan Andra mengangguk, membuat Reva dengan segera menarik Vivi untuk berjalan mengikuti kehendaknya

=====

Malam ini, di meja makan keluarga Syihab, mata Kirana tempak bolak-balik memerhatikan Reva dan Nathan secara bergantian. Wanita paruh baya itu heran melihat kedua anaknya yang bertingkah aneh malam ini. Tak ada teriakan yang biasanya Reva lakukan, Nathan juga tak melakukan hal lain kecuali tersenyum pepsodent dan menaik turunkan alisnya sambil menyorot Reva.

Reva, gadis itu menampilkan raut yang membuat Kirana bergidik ngeri melihatnya. Matanya melotot garang pada Nathan, nyaris saja keluar. Hidungnya kembang kempis dengan napas tak beraturan, dadanya terlihat naik turun. Kedua tangannya yang berada di atas meja tampak mengepal kuat.

Kirana berdecak pelan. "Kalian berdua ini kenapa, sih? Mama resah tau liat kalian," ujarnya.

Nathan menyudahi aksi menaik turunkan alisnya, dia beralih menatap Kirana. "Nggak kenapa-kenapa kok, Mah," jawabnya.

Kirana mengangguk sambil membulatkan mulutnya. Namun sedetik kemudian dia kembali menampilkan raut herannya. Tatapan matanya terarah pada Reva yang masih berekspresi sama. "Tapi Nat, kok Reva aneh sih? Mama males tau liat dia. Serem, ih. Dia nggak kerasukan setan bioskop kan, Nat?" tanya Kirana.

Nathan menggidikan bahunya. "Ngak tau tuh, Mah. Anak mamah sejak pulang ke rumah gitu mulu. Bikin sakit mata aja," balasnya.

Kirana kembali bergidik. "Untung anak ya Allah," gumamnya.

Kirana mulai bangkit dari duduknya, wanita itu mulai berjalan mengendap-ngendap ke arah Reva yang masih bergeming di tempatnya.

Saat sudah cukup dekat, telunjuk Kirana terangkat, menusuk pipi Reva dengan gerakan pelan. Hatinya sudah gelisah saat ini, jantungnya berdetak lebih cepat dua kali lipat. Takut kalau Reva benar-benar kerasukan.

Reva yang merasakan tusukan itu, kini menggerakan kepalanya, menatap Kirana dengan ekspresi yang masih sama.

Kirana terkesiap, dengan sekuat tenaga ia menutup matanya, tangan kanannya membuat gerakan 'stop' ke arah Reva. "Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta'khużuhụ sinatuw wa lā na'ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil---"

"Plis, deh, Ma... akutuh nggak kerasukan," ujar Reva yang menyela bacaan ayat kursi dari Kirana.

Kirana mengatupkan mulutnya, dengan perlahan ia mulai membuka kedua matanya, beralih menggunakan mata itu untuk menelisik wajah Reva yang sekarang sudah normal.

Kirana menjentikan jarinya di hadapan wajah Reva, senyumnya merekah sempurna. "Nah, kan! Bener mama, Re. Dengan ayat kursi muka kamu balik lagi kayak semula. Nggak sepet dan malesin kayak tadi. Makannya rajin wudhu, Re. Biar setan nggak mudah nempel kayak tadi," ujar Kirana dengan bangga.

Reva memutar bola matanya. "Serah, Ma, serah. Reva ke kamar dulu. Makasih makanannya, sangat lezat wahai Ibunda!" ujarnya dengan tekanan pada kaliamat terakhirnya.

=====

Gimana maniez?
Krisarnya yah, vote juga buat nambahin semangat buat aku yang maniez ini, g.

----------∆TBC∆----------

HAMA [COMPLETED]Where stories live. Discover now