Day 3 : The Another Crazy American

307 66 82
                                    

Rabu, 7 Agustus 14.25

          Aku bersyukur karena Cassio sama sekali bukanlah seorang psikopat yang berambisi menghabisi nyawa berhargaku kapanpun aku membuatnya murka. Terlebih-lebih, setelah aku menghancurkan seisi ruang cuci rumah keluarga Archibald berbekal kebodohanku. Semua orang tahu betul jika tindakanku nggak bisa dimaafkan.

           Mari gunakan mesin waktu, dan aku akan mendamparkan diri pada kejadian beberapa jam silam. Aku nggak tahu ruh baik macam apa yang menginvasi raga Cassio, sampai-sampai cowok itu nggak senewen ketika melihatku nggak bisa membereskan semua kekacauan yang kulakukan. Bahkan tanpa banyak protes, ia berhasil melakukan pencapaian mengagumkan—dengan membuat ruang cuci pakaian kembali mengilap hanya dalam waktu 15 menit.

          Tapi tetap saja aku salah. Cassio akan selalu menjadi dirinya sendiri, dan nggak mungkin ia mendadak menanamkan prinsip 'selalu baik hati seperti pacar Barbie' begitu saja. Setelah cowok itu menunjukkan bagaimana cara menjemur pakaianku dengan teknik dan posisi yang benar (Percayalah, ini agak memalukan karena dia turut mengawasiku yang menjemur celana dalam di detik-detik terakhir), Cassio mengatakan suatu hal yang membuat lidahku gencar mengucapkan sumpah serapah tanpa adanya suara.

          "Ketika stok sayuran mulai menipis, biasanya aku akan mengajak Alex untuk mengambil beberapa karung sayuran di perkebunan Paman Jo. Tapi mengingat kau sama sekali nggak memperlihatkan tanggung jawab atas kekacuan yang kau perbuat, kau akan menggantikan Alex."

           Saatnya kembali menggunakan mesin waktu imajinerku, untuk kembali pada masa sekarang. Menggunakan truk pick up milik Bibi Madie yang selama ini mendekam diri di dalam garasi, Cassio menyetir kendaraan roda empat usang ini melintasi jalur yang berlawanan dengan yang kulalui ketika bersepeda menuju toko sayur Archibald.

          Kurasa aku nggak perlu membuang-buang waktu untuk sekedar pamer, namun kuyakin kau tahu bahwa seumur hidup aku selalu mengendarai berbagai macam mobil mewah—yang membuat para pecinta otomotif sekalipun ingin sekali rasanya bertukar tubuh denganku. Kini, mari bandingkan dengan truk mini yang kutumpangi.

          Kendaraan ini memiliki suara deru mesin yang sangat berisik hingga aku mengkhawatirkan kesehatan kedua gendang telingaku di masa mendatang. Bahkan di saat Cassio memelankan kecepatan truk, mesinnya terbatuk-batuk—sampai aku aku cukup yakin benda beroda empat ini nggak akan memiliki umur yang panjang. Bagian terburuknya, aku nggak melihat adanya air conditioner di dashboard truk. Dan yang terakhir, interior kendaraan ini sama sekali terlihat nggak terawat. Aku bahkan bisa melihat busa menyembul di tepian jok kemudi yang diduduki Cassio. Terpampang jelas bahwa cowok itu sengaja menyiksaku dengan caranya sendiri. Karena bagaimanapun, menaiki truk ini sama saja dengan sebuah bentuk penghinaan.

         "Kau tahu, kan, ibumu selalu mendapatkan gaji yang sangat besar tiap bulannya. Apa salahnya dengan memiliki truk yang setidaknya jauh lebih baik dari ini?"

         Cassio menanggapi pertanyaanku dengan merotasikan kedua bola matanya yang gelap. "Crazy American, aku akan bertanya juga padamu. Apakah kau memiliki sebuah benda yang meskipun fisiknya sangat sederhana, namun menyimpan berjuta kenangan ternilai? Benda ini menjadi nggak ternilai, sampai kau nggak akan pernah menggantikannya dengan yang lain."

         Ketika aku berusia 10 tahun, hidupku hanya dikelelilingi oleh beberapa asisten rumah tangga yang dibayar mom dan dad untuk merawatku selama 24 jam penuh. Aku cukup asing dengan yang dinamakan kasih sayang orang tua, sehingga nggak heran aku sangat bahagia ketika memiliki teman bermain yang sebaya denganku. Kami selalu bermain tanpa mengenal waktu sepanjang hari, sampai aku nggak memedulikan eksistensi kedua orang tuaku. Ketika keluarganya memiliki tempat tinggal baru, teman kecilku itu memberiku sebuah kenang-kenangan yang sampai saat ini masih tergeletak manis di dalam kotak perhiasanku. Sebuah gelang manik-manik yang terbuat dari plastik. Nggak terlihat menarik, namun aku nggak bisa membayangkan seperti apa jadinya jika suatu saat aku kehilangan benda tersebut.

10 Days To Make Cassio Kisses Me [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant