Day 2 : It Started With an Apple

292 61 32
                                    

Masih di hari yang sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Masih di hari yang sama. Selasa, 6 Agustus 10.15

       "Hey, Skye! Kenapa kau hanya duduk di sana? Kemari, ceburkan dirimu!"

        Kedua mataku memicing mendengar ajakan Cassie. "Nggak, trims. Sampai kapanpun, aku hanya mau menceburkan diri di bathtub, hot tub, dan kolam renang pribadiku. Lagipula, aku takut kulitku akan gatal-gatal. Kau tahu, airnya mencurigakan."

       "Well, kalau begitu kau harus keluar dari zona amanmu. Dan berbicara soal gatal-gatal, kau bahkan wajib mencicipi air sungai ini. Rasanya jauh lebih enak daripada air yang biasa kau telan dari wastafel." Kali ini Alex berupaya membujukku dengan sebuah saran terbodoh sepanjang masa yang jelas kutolak mentah-mentah.

       "Dengar, kulitku sangat sensitif. Bahkan aku harus menyemprotkan sekujur tubuhku dengan cairan antiseptik, kapanpun dan dimanapun aku berada."

       Cassio yang memegangi pelampung Mikey nggak mau kelewatan kesempatan untuk turut meramaikan suasana berdasarkan versinya. "Demi Tuhan, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan."

      Cowok itu telah meregangkan tubuh polosnya, bersiap untuk kembali menyelam. Namun sesuatu menahannya. Ia menolehkan kepalanya dan berujar, "Tapi, kau bisa membuat dirimu berguna dengan memotret kami sebanyak mungkin. Gunakan saja kameraku."

       Oh, benar. Hebat sekali. Kemarin aku bertransformasi menjadi penjaga toko sayur, dan sekarang aku harus menjadi fotografer yang mengabadikan momen penuh tawa mereka—dimana aku hanya bisa duduk diam, sambil mengabsen berbagai macam koleksi umpatanku karena merasa bosan. Andai saja tadi pagi aku nggak terlalu terburu-buru, kuyakin aku nggak bakal lupa membawa ponselku yang tergeletak malas di atas nakas.

        Aku nggak mengerti mengapa skenario hidupku akan senahas ini. Apakah ini semacam karma karena kedudukanku sebagai penindas yang profesional di sekolah? Namun mengabaikan pemikiran rumit tersebut, kuputuskan untuk memungut kamera analog milik Cassio. Beruntung bagi cowok itu, aku memiliki hobi sampingan dalam bidang fotografi. Akan kutunjukkan padanya, seperti apa menciptakan foto yang berkualitas tinggi.

       Ckrek!

       Ckrek!

       Ckrek!

        Aku menjepret gambar yang sangat banyak tanpa keraguan. Mempertimbangkan dari segi keindahannya, semua foto yang kuhasilkan sangatlah sempurna tanpa adanya cacat. Sayang sekali, aku akan menilai semua foto ini sebagai sampah semenjak aku memerhatikan—di setiap gambar yang kuabadikan—Margot berenang terlalu dekat dengan Cassio. Beberapa di antaranya, mereka tertawa satu sama lain. Ya ampun, cewek itu gemar sekali melakukan gerak cepat.

       "Bukankah tadi Alex membawa bola voli?"

      Kudengar Cassio bertanya pada kawanannya, selagi aku memeriksa ulang setiap foto dengan teliti.

10 Days To Make Cassio Kisses Me [END]Where stories live. Discover now