Epilog 02

282 45 4
                                    

Rashaad tersenyum lebar saat seorang gadis dengan hoodie hitam kebesaran dan wajah tertutup masker masuk ke dalam mobilnya dengan nafas terengah-engah. Rasahaad tau tempatnya menunggu dengan pintu keluar belakang gedung acara gadis itu cukup jauh, setidaknya cukup membuat gadis itu buru-buru melepas hoodie dan maskernya begitu masuk mobil.

"Je tau kakak nggak bakal marah, jadi biar Je sekarang yang marah-marah" belum sempat Rashaad menyampaikan kalimat sapaannya gadis kurus tinggi disampingnya kini sudah lebih dulu buka suara dengan percampuran raut muka kesal dan lelah.

"bisa-bisanya ya itu festival musik mundur sampe hampir sejam. Je tau sih acara kayak gini tuh nggak pernah bisa on time. Tapi yang bener aja, dikira yang nunggu nggak capek apa? Kesel banget! Sebel!" gerutu panjang gadis di sampingnya kini membuat Rashaad tak bisa menahan senyuman diwajahnya, sambil menjalankan roda empatnya keluar lapangan parkir Rashaad masih mencoba sabar mendengar segala macam keluhan yang keluar.

"jangan marah-marah mulu, nanti laper. Mau makan dimana kita?" tanya Rashaad pada akhirnya setelah mulut gadis disampingnya tertutup rapat karena lelah mengoceh.

"nasi bakar deket studio aja. Malem ini Je mau nyelesein sample musik baru"

Rashaad menurut, dilajukan roda empatnya menuju tempat yang dimaksud dengan gadis disampingnya yang asik memonitor pertunjukannya lewat rekam di ponselnya.

"kakak tadi nonton waktu Je perform nggak?"

"nonton dari awal"

"menurut kakak gimana?" tanya gadis itu sambil memasang wajah cemas menunggu jawaban Rashaad yang fokus dengan jalanan di hadapannya.

"tentu aja kamu tampi bagus Je. Bagus banget! Nggak keliatan sedikitpun kalau lagi bad mood gara-gara acaranya molor. Kamu nggak liat berapa banyak penonton yang ikut lompat dan nyanyi bareng kamu tadi?" terang Rashaad jujur langsung membuat gadis disampingnya kini membuang nafas lega lalu menampikan senyum puas.

"syukur deh kalau gitu. Je kayak belum puas kalau belum denger tanggapan langsung dari kakak" ucap gadis itu sambil tersunyum tulus kepada Rashaad.

Namanya Jefina, lengkapnya Jefina Antheia. Gadis yang malam ini duduk anteng disebelah Rashaas adalah seorang pendatang baru di perindustrian musik. Namanya baru terkenal setahun kebelakangan ini. Awalnya Jefina hanya seorang gadis biasa yang iseng mengunggah video menyanyinya di kanal youtube untuk kesenangan dan pengusir rasa bosan akan perkuliahan. Di luar dugaan, beberapa video cover Jefina mendapat respon positif dari banyak penonton. Membuat beberapa Manajemen Musik berdatangan menawarkan kontrak. Hingga akhirnya lagu-lagu Jefina kini sudah cukup punya tempat di telinga penikmat musik.

Lalu bagaimana seorang Rashaad bisa meletakkan garis kehidupannya di lintasan Jefina juga berawal dari musik. Rashaad yang kerap mengunggah hasil karya lagu ciptaannya di Sound clouds suatu hari mendapat email dari manajemen Jefina, sebuah ajakan kerjasama agar salah satu lagu karyanya masuk dalam album debut gadis itu. Merasa tidak tertarik, Rashaas mengabaikan pesan itu berserta pesan-pesan lain yang mengekori.

Sampai akhirnya Jefina sendiri yang turun tangan. Entah menggunakan kekuatan relasi dari mana akhirnya gadis itu menemukan salah satu akun media sosial Rashaad lalu mengiriminya ajakan untuk bertemu. 'Hanya untuk mengorbol' begitu isi pesan Jefina yang akhirnya menggerakan hati Rashaad dengan satu tujuan jelas bahwa berserta pertemuan pertama mereka itu Rashaad ingin mempertegas ketidaktertarikannya atas tawaran kerjasama yang akan Jefina berikan.

Sayangnya yang di dapat dari pertemuan yang memakan waktu tidak lebih dari setengah jam itu justru memberikan hasil yang berbeda.

Saat Rashaad tiba di kafe yang sudah di tentukan, Jefina sudah lebih dulu sampai disana sambil menikmati suasana kafe dan minuman pilihannya. Dengan terburu dan diliputi rasa bersalah Rashaad segera mengampiri gadis itu yang justru menyapanya dengan senyum hangat.

ιστορία - ISTORIAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt