25

426 65 5
                                    

Hari sidang skripsi Albar, bisa dibayangkan bukan bagaimana rasanya dihantui ketakutan, keresahan serta berbagai pikiran negatif dan positif di kepala yang rasa-rasanya sudah mau meledak saja? Begitulah kurang lebih yang dirasakan Albar saat ini meski tak serta merta coba untuk ia perlihatkan. Tentu saja ekspresi muka Albar diatur sedemikian rupa untuk terlihat tenang dan santai. Sayangnya usaha pengecohan Albar itu tak ada gunanya dimata Dara yang jelas bisa menangkap ketegangan di kedua sorot mata kekasihnya.

"tarik nafas dulu, sambil diinget-inget semua materinya yang udah disiapin apa aja. Jangan panik, kalo nanti mendadak ngeblank tarik nafas yang panjang" nasihat Dara sambil menggenggam jemari Albar yang tentu saja lebih besar dan lebar darinya itu kuat-kuat.

Tentu saja Dara tak lupa memberikan senyum termanis dan tatapan menenangkan terfavorit Albar, membuat Albar ikut menyunggingkan sudut bibirnya yang sejak tadi pagi mendadak menjadi kaku.

"lucu ya, beberapa bulan yang lalu waktu kamu ujian aku bilang sama persis kaya gitu, terus sekarang kamu yang gantian bilang gitu" ucap Albar sambil menggerakkan ibu jarinya mengusap punggung tangan Dara lembut, lalu mempertemukan keningnya dengan kening Dara, mengabaikan beberapa mahasiswa yang menatap mereka sinis.

"permisi! Mohon maaf ya abang ganteng sama adek lucu tolong jangan bermesraan di depan umum" suara menyela Jonas diiringin dengan gerak tubuh yang langsung meletakkan tas ranselnya diantara Dara dan Albar mau tidak mau menyudahi acara lovey dovey kedua orang itu, namun bukan dihadiahi sebuah pukulan atau wajah masam, keduanya justru tertawa geli dengan sedikit malu-malu menyadari kehadiran Jonas.

"duh sorry ya bang, gue cuma males aja nanti di tanyain anak himpunan sama temen angkatan soal cewek yang dateng sidang Albar, cewek yang mesra-mesraan sama Albar di pendopo, cewek yang ini lah itulah. Jadi mohon mesra-mesraannya ditahan dulu, lagian lo juga aneh sih bang, mau sidang bukannya nyiapin materi malah pacaran" cerocos Jonas yang kini dengan kurang ajarnya sudah duduk diantara kedua orang itu.

"kak Jonas jomblo sih jadi sirik! Lagian tadi tuh bentuk suplay semangat sebelum Albar sidang" ucap Dara sambil menyelipkan tawa di tengah penjelasannya.

Berkat pertemuan pertama mereka beberapa waktu silam, Dara diam-diam merasa menemukan kecocokan dengan Jonas dalam beberapa obrolan mereka, membuat keduanyapun tak lagi sungkan melemparkan guarauan-gurauan singkat satu sama lain. Jonas sendiri yang pada dasarnya tipe orang yang mudah bergaul, tak terlalu melihat batasan pada diri Dara, membuatnya dengan santai menganggap kekasih sahabat sekaligus kakak tingkatnya itu sebagai adik sendiri.

"ssttt! Bukan sirik ya Dar. Kakak cuma mau menyelamatkan nama kalian dari bisik-bisik lambe turah kampus yang siap nyebar gosip" ucap Jonas membela diri.

"iya, iya Jo, kita paham. Makasih loh dah di selamatkan" sela Albar menengahi ketika melihat Dara sudah hampir membuka mulut meladeni omongan Jonas.

Sembari menunggu petugas Tata Usaha menyiapkan ruang sidang Albar, ketiganya lebih memilih membahas beberapa topik seputar skripsi Albar. Selaku adik tingkat yang pada akhirnya nanti juga akan bertarung dengan skripsi, Jonas memanfaatkan situasi untuk sedikit mengorek informasi dari Albar. Dara sendiri yang sebenarnya masih terlampau jauh untuk memikirkan soal itu mau tidak mau memilih larut dalam obrolan dua orang itu sambil sesekali mengintrupsi saat ada beberapa kata yang diucapkan Albar tak bisa ia mengerti, sampai pada akhirnya Albar sudah di minta untuk memasuki ruang sidang guna mengatur dan mempesiapkan presentasinya.

"gimana ujiannya Dar?" tanya Jonas sepeninggal Albar.

"not bad" balas Dara santai.

"kata Albar malah sedikit melebihi ekspektasinya"

"bagus dong. Terus mau lanjut kuliah dimana? Ambil jurusan apa?"

"mau istirahat dulu, capek belajar terus kak" ucap Dara sambil memainkan ujung kuku jarinya yang hari ini di cat warna merah maroon.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now