34

311 62 12
                                    

Matahari di Jumat pagi nyatanya tampil tak kalah terik dari hari-hari sebelumnya, dan berkat teriknya sapaan Matahari pagi ini mampu membuat pemuda bernama Haikal bangun dengan berat hati. Keberadaan Haikal di meja makan pagi itu membuat sang Mama dan sepupunya sukses mengerutkan kening tak percaya.

"ada apa nih? kok lo udah bangun mas? emang ada kelas pagi?" tanya Dany sambil mengoles selai nutella ke atas roti tawarnya.

"nggak ada," balas Haikal singkat sambil meminum susu coklat hangat yang di buat sang Mama.

"oiya, kemaren Mama lupa bilang, kayaknya kalian harus udah mulai nyari apartemen yang deket kampus deh buat semester depan"

"jadi di jual rumahnya?"

"jadi, Mama mulai bulan depan udah sepenuhnya ikut Papa di rumah dinas, kalian kalo suruh ngurusin rumah segede ini pasti nggak bisa, jadi Papa sama Mama sepakat mending di jual aja, lagian rumah ini ke kampus kaliankan juga jauh" jelas Mama Haikal didengarkan dengan seksama oleh dua orang lawan bicaranya yang memilih mengangguk paham.

Setelahnya ketiga orang tersebut meneruskan acara sarapannya dengan beberapa obrolan ringan yang tentu saja di pantik oleh sang ibu rumah tangga. Sampai akhirnya Mama Haikal terburu-buru meninggalkan anak dan keponakannya itu karena teringat akan janji temunya dengan beberapa kolega.

"tiket Enam Harinya nanti ambil aja di meja gue mas, dua doangkan?" ucap Dany di sela-sela kegiatannya mencuci gelas bekas kopi paginya, membuat Haikal yang sedari tadi sibuk bermain game di ponsel langsung menengok mendengar kata-kata sepupunya.

"udah gue tebak lo pasti bisa ngusahain tiket yang gue minta"

"enggak sih, tikennya beneran udah abis kata ketua panitianya, itu punya gue"

"loh lo sebenernya mau nonton juga?"

"iya tapi nggak jadi, lo pakek aja" balas Dany lesu sambil berlalu meninggalkan Haikal sendiri di meja makan yang masih memproses jawaban Dany barusan.

Untung saja otak Haikal tak sebodoh itu untuk menebak sosok siapa yang mungkin diajak Dany untuk bersama menonton konser itu. Satu-satunya orang yang paling mungkin di ajak sepupunya itu selain dirinya. Sayangnya menurut pengamatan Haikal sudah beberapa hari terakhir sejak pertemuan mereka sepupunya itu tak lagi berhubungan atau sekedar bertukar kabar dengan sosok itu. Meski peka, Haikal bukan sosok orang yang kelewat ingin tahu, jadi kalau Dany belum mau menceritakan sesuatu soal hal yang mungkin terjadi diantara keduanya maka Haiakal juga tak akan menanyakannya.

"Dan, tapi lo nanti tetep ikut jengukin Rashaad kan?" teriak Haikal yang langsung diiyakan Dany dari lantai dua dengan terikan tak kalah kencang.

Setelah menyelesaikan sarapan dan acara bersiap-siapnya Dany pun bergegas berangkat ke kampus, berhubung hari ini ia ada beberapa tugas yang harus di kumpulkan. Sesampainya di kampus Dany tak sengaja berpapasan dengan Rizky yang seperti tengah terburu-buru berjalan ke arah parkiran motor.

"woy! mau kemana?" teriak Dany membuat Rizky menengok.

"pergi ketempat temen gue, duluan Dan!" balas RIzky sambil berlalu meninggalkan Dany yang masih sedikit penasaran dengan wajah panik Rizky hari ini.

Kenyataannya hari Rizky kali ini memang di awali dengan kepanikan saat Callista pagi tadi mengiriminya kabar bahwa ia sedang mengalami datang bulan. Bertahun-tahun berurusan dengan Tiara yang bisa dua ribu kali lipat lebih menyebalkan saat datang bulan dan Kinan yang selalu merintih kesakitan setiap datang bulan membuat Rizky sedikit khawatir tentang bagaimana Callista menjalani masa wajibnya sebagai seorang hawa itu.

Nyatanya, Callista siang itu hanya meminta di temani untuk makan soto daging di belakang kampus.

"nggak sakit?" tanya Rizky sesampainya ia menyusul Callista yang sudah duduk nyaman di ujung warung sambil menghabiskan teh tawar hangatnya.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now