36

352 63 75
                                    

Jonas menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka pintu kayu ruangan dihadapannya, pandangan pertama yang masuk di retinanya adalah sepupunya yang tengah dibantu sang Mama mengenakan jas pengantin hitam yang begitu pas ditubuhnya. Pada akhirnya hari ini datang juga, sepupunya yang dulu kerap memboncengkannya naik sepeda roda dua dalam hitungan menit akan resmi mengubah statusnya, membawa beban baru dikedua bahunya. Kalau boleh di tanya bagaimana perasaannya Jonas akan dengan jujur mengatakan bahwa rasa tak rela jauh lebih mendominasi di banding rasa suka cita. Jonas masih merasa Enggar belum cukup matang untuk menanggung beban berat sebagai seorang kepala keluarga, tapi keadaan pada akhirnya membawa ia sampai ketempat ini. Takdir pada akhirnya harus membuat Jonas membuang jauh-jauh keragu-raguannya itu terhadap sang sepupu.

"ngapain lo berdiri disitu aja? masuk Jo, jangan jadi keset selamat datang disana" celetuk Enggar membuyarkan lamunan Jonas, ia tersenyum mendengar bagaimana sepupunya itu masih bisa melemparkan candaan.

"mah, aku mau ngobrol sama Jo dulu boleh?" ijin Enggar yang tentu langsung disetujui sang mama.

"tolong ya Jo, jagain pengantin cowoknya, jangan sampe kabur" canda Mama Enggar sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu.

"gue masih nggak percaya pada akhirnya ngelihat lo ngeganti jaket jeans tua dan celana item sobek-sobek favorit lo sama jas pernikahan kayak gini"

"jangankan lo Jo, gue aja masih nggak percaya" ucap Enggar sambil menyelipkan sepotong tawa garing.

Enggar dan Jonas terdiam meski kini mereka tengah duduk bersebelahan, Jonas yang memilih menunduk sementara Enggar yang tengah sibuk memaikan kota cincin di genggaman tangannya.

"gue ngundang Nata, Jo. Tapi gue nggak yakin dia bakal dateng setelah semua yang gue lakuin ke dia" ucap Enggar pada akhirnyaa memotong kesunyian, Jonas menengok untuk memastikan dirinya tak salah dengar, dan dengan tatap sendu di dua bola mata Enggar, Jonas tau sepupunya sedang tidak membual.

Sayangnya justru Jonas yang kini kehilangan kata-kata untuk menanggapi pernyataan Enggar. Mendengar dan menyebutkan nama Nata kini memberi kesan berbeda bagi Jonas, senyum bulan sabit lucu kini bukan lagi menjadi aksen khas yang Jonas ingat saat nama Nata memasuki gendang telinganya, yang ada kini kenangan soal kesedihan dan air matanyalah yang tertinggal. Kalau saja Enggar menanyakan soal pendapatnya untuk mengundang Nata, Jonas akan dengan lantang melarangnya, demi apapun Jonas tidak sanggup melihat kesedihan tercetak di wajah Nata lagi. Tapi siapa dia? dia tidak punya hak untuk melarang Enggar mengundang siapapun hadir ke pesta pernikahannya sendiri.

"sepuluh menit lagi Jo, sepupu lo ini pada akhirnya bakal punya keluarga sendiri? nggak bisa dipercayakan? Enggar yang slengekan abis ini bakal jadi kepala keluarga, jadi tempat berlindung buat orang lain" ucap Enggar sambil melirik jam tangannya, Jonas jelas bisa merasakan kegetiran di setiap jengkal kata-kata yang keluar dari mulu Enggar, tapi ia masih merasa tak punya hak untuk berkomentar, sudah bukan waktunya lagi Jonas menyalahkan maupun menasehati Enggar, semuanya sudah terlanjur terjadi.

"boleh nggak sih Jo, gue minta bantuan lo sekali lagi? yah, gue kelewat sering emang minta tolong ke elo, tapi cuma elo yang bisa gue mintain tolong soal ini"

"minta tolong apa?" tanya Jonas pada akhirnya bersuara.

"jagain Nata"

Dua kata yang keluar dari mulut Enggar membuat Jonas terperanga. Jonas bahkan tidak tau harus bereaksi macam apa. Yang jelas Jonas sedikit merasakan marah, kesal, sedih dan semuanya terasa campur aduk. Jonas tidak suka bahkan cenderung marah dengan bagaimana dua kata yang keluar dari mulut Enggar terkesan seperti menjadikan subyek dalam kalimat itu sebagai benda yang sedang di pindah tangankan. Jonas merasa kesal karena ia tidak bisa memukul Enggar saat ini karena jengkelnya mendengar kata-kata itu keluar dengan mulusnya dari mulut Enggar. Tapi Jonas juga merasa sedih saat menatap manik Enggar yang sarat atas keputusasaan, seakan dua kata tadi menjadi pertanda akhir  hubungannya dengan Nata.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now