34 - IMPOSSIBLE (End)

Start from the beginning
                                    

Ama menarik ujung bibirnya, "Itu artinya anak Ama emang pintar."

Aery menggenggam tangan ibunya, "Ai mau kuliah di sana Ma. Dan 10 hari lagi Ai bakalan pergi ke Inggris buat selesaiin semua administrasinya Ma. Ai boleh kan kuliah di sana?"

Ama membuang napas, ia menatap ke bawah untuk beberapa saat lalu kembali menatap Aery yang pucat. Ia memperhatikan bola mata anaknya tanpa berkedip kemudian menarik tangannya yang digenggam oleh Aery.

"Kamu ga boleh pergi kecuali sama Ama."

Ada jeda sejenak. Aery menunggu kalimat berikutnya.

"Kita bakalan pindah ke Inggris. Mungkin memulai hidup yang baru di sana menjadi jalan terbaik untuk kita, Ai. Ama akan urus semua keperluan yang dibutuhkan dan Ama harus bicarain hal ini sama pihak kantor terlebih dahulu. Ha iya, sebelum itu kita harus kasih tau Abak."

Aery memeluk ibunya erat, "Tapi kalau pihak kantor ga setuju gimana, Ma?"

"Memulai pekerjaan yang baru kedengarannya bagus juga."

***

Ama menepati janjinya, hari ini pulang lebih awal. Ia menunggu Aery turun dari kamar sembari mengecek surat-surat dari kantor. Ama menyeruput kopi buatan bi Supiak untuk menghilangkan rasa kantuk karena semalam ia begadang menyelesaikan tugas kantor yang deadline. Sepasang tangan kini memijat bahunya dari arah belakang lantas ia berbalik dan mendapati Aery dengan riasan sederhana menutupi wajahnya yang pucat.

Rencana yang tadinya akan makan berdua berubah menjadi makan siang bersama Abak sekaligus ingin membicarakan perihal ini. Bagaimanapun Abak adalah ayah dari Aery dan mantan suaminya jadi tidak enak jika pergi tanpa memberi kabar. Ama bangkit dari duduknya, menutup semua berkas-berkas itu lalu memeluk Aery.

Mereka sudah atur janji akan bertemu di restoran 1 jam lagi yang tak jauh dari kediaman Aery. Tanpa menunda waktu, mereka bergerak menuju pintu rumah yang tertutup. Namun, baru beberapa langkah mereka berhenti saat pintu terbuka. Perlahan terlihat seseorang mengenakan stelan jas berdiri di depan pintu sambil menjejeng suatu bingkisan.

"Abak," ucap Aery kaget begitu juga dengan Ama.

Abak menyunggingkan senyuman, mendekati mereka.

"Katanya mau bicara hal penting, jadi Abak ga bisa nunggu lebih lama lagi makanya Abak susul ke sini."

"Oh, iya. Hmm Kita duduk dulu Bak."

Abak memberikan bingkisan itu kepada Aery, ia juga menyapa Ama dengan mengelus bahu wanita itu. Mereka mendudukkan diri di atas sofa. Ama dan Aery duduk di satu sofa yang sama sedangkan Abak di sofa yang lain. Abak membuka satu kancing kemeja bagian atas karena merasa sesak kemudian menatap kedua wanita itu untuk mendengar hal penting yang ingin disampaikan kepadanya.

Ama angkat bicara,"Jadi aku sama Ai mau pindah ke Inggris karena kebetulan Ai diterima di salah satu universitas di sana."

Abak terbatuk mendengar hal tersebut, matanya membulat besar lengkap dengan ekspresi heran, "Tapi, kenapa mendadak seperti ini?"

Aery berpikir sejenak lalu menambahkan, "Aery mau kuliah di sana, Abak."

"Tapi 'kan masih banyak Universitas di Indonesia, banyak yang bagus. Terus, kenapa Ai milih yang jauh?"

Aery mengerti perasaan Abak tapi dia tetap pada pendiriannya, "Aery mau mulai hidup yang baru di sana Bak."

Abak terkekeh heran sambil memijat pelipisnya yang berdenyut. Ia bangkit dari tempat duduknya, "Gak, Abak nggak bakalan kasih izin."

Aery menoleh ke arah Ama, matanya mulai berkaca-kaca. Abak memutar tubuhnya hendak pergi meninggalkan rumah itu namun ditahan oleh Ama. Mereka memilih untuk bicara di teras karena tak ingin berdebat di depan Aery.

IMPOSSIBLE [Completed]Where stories live. Discover now