28

970 52 11
                                    

"Lo cari apaan?" berdiri di depan Reno dengan tangan yang memegang gelas berisi jus lemon.

Karena kedatangan Alwan yang mendadak saja, tidak ada aba-aba atau peringatan lebih dulu membuat Reno kaget setengah mati. Ia hanya menegakkan kepala sambil menatap temannya yang tampak penasaran sedangkan ponsel itu perlahan di sembunyikan di bawah bantal.
Alwan menyelidiki mata Reno dalam-dalam, mencari kebohongan yang mungkin terselubung jauh di dalam. Bukankah banyak yang mengatakan jika mata adalah cerminan dari perasaan, lantas dengan alasan yang sama Alwan mencari jawaban atas apa yang tampak berbeda dengan Reno saat tiba-tiba ia bertanya.

Biasanya jika Alwan mendadak bertanya, temannya itu langsung menjawab, tidak ada reaksi berlebihan. Namun berbeda dengan kali ini, ada sesuatu yang tengah di sembunyikan oleh Reno. Suasana menegang, hening, bahkan suara angin bisa terdengar meski samar-samar.

Alwan menyodorkan gelas yang berisi jus lemon buatannya sendiri, lengkap dengan ekspresi bahagia karena ia tahu temannya itu kini berusaha untuk tidak bernapas, seperti biasa yang sering terjadi jika seseorang merasa terkejut setengah mati.

Dingin yang di timbulkan oleh es batu di dalam gelas membuat Reno bernapas seketika, ia menggapai jus tersebut, meneguknya hingga ludes. Alwan duduk di samping temannya, menepuk pundak Reno sehingga lelaki itu terbatuk berkali-kali.

Untuk mencairkan suasana, salah seorang dari mereka terpaksa harus memulai pembicaraan terlebih dahulu, menceritakan hal-hal lucu yang mereka dapat saat di sekolah tadi. Terutama masalah Hadis yang bisa dikatakan selalu melakukan kegiatan konyol yang mampu membuat orang tertawa terbahak-bahak.

Hadis bukan seorang comedian handal tapi dia suka bercanda jika kebanyakan dari teman sekelasnya sedang fokus, sedang asyik-asyiknya mengamati pelajaran yang di berikan. Terkadang tidak semua guru bisa memaafkan perbuatannya sehingga dengan berat hati, mau tidak mau, suka tidak suka ia harus di ceramahi oleh bapak atau ibu guru yang mengajar.

Waktu untuk bercanda dengan serius itu pasti ada namun salahnya Hadis tidak mampu membedakan mana waktu yang tepat untuk bercanda dan mana waktu untuk serius. Alwan dan Reno sangat nyaman, senang, suka berteman dengan Hadis, ya meskipun orang itu terkadang menjengkelkan.

Mereka bertiga adalah teman dekat, tapi Alwan dengan Renolah yang sering bersama sedangkan momen berkumpul dengan Hadis hanya di sekolah saja.

"Gue pulang aja ya, takut di culik tante-tante buat jadi menantunya kalau pulang malam-malam."

Baru saja Alwan ingin menceritakan pengalamannya selama di Payukumbuah, ternyata Reno lebih dulu angkat bicara sehingga niatnya itu terpaksa di urungkan. Menepuk pundak temannya itu, "Njirr! Pusing perut gue denger omongan lo."

Reno berdiri, memberikan gelas bekas jus lemon tadi ke tangan Alwan. "Sekalian aja kepala lo mual dengerin ucapan gue, sampe Albert Einsten hidup lagi gak bakalan perut lo itu bisa pusing bego!"

Alwan juga berdiri sehingga sekarang posisi mereka sejajar, "Ya udah pergi sana! Lagian siapa juga yang nyuruh lo datang ke sini? Gak ada kan." Reno hanya bisa mengelus dada.

***

Rinda saat ini sedang berkeliaran di sekitar sekolah padahal bel istirahat belum berbunyi. Ia sengaja permisi keluar kepada guru yang mengajar dengan alasan ingin pergi ke toilet padahal sebenarnya tidak. Hari ini rasanya begitu malas untuk belajar, menurutnya.

Entah mengapa, semenjak kelas tiga Rinda semakin malas masuk saat jam pelajaran di mulai. Lebih sering izin keluar daripada menyimak materi, suka duduk di kantin daripada duduk di kursi kelas. Mungkin memang sudah penyakitnya untuk anak SMA di kelas tiga, padahal seharusnya mereka lebih meningkatkan cara belajar karena sebentar lagi akan melaksanakan UN.

IMPOSSIBLE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang