32 (Terbongkarnya Rahasia)

703 39 2
                                    


Selamat membaca.

Abak berdiri di depan pintu berukiran bunga sakura di setiap sudutnya. Ia tampak gelisah menunggu kedatangan seseorang, sesekali ia menarik ganggang pintu namun tetap saja tak terbuka.Tukang kebun yang sedang memangkas daun agar terlihat lebih rapi hanya menggeleng saja menatap Abak, saat pandangan mereka saling bertemu tukang kebun tadi buru-buru mengalihkan perhatiannya dan pergi masuk ke dalam dapur.

Tak lama datang sebuah mobil berwarna merah, Abak berdiri tegap dan perlahan menghampiri mobil itu. Pintunya terbuka, tampak sepasang kaki yang memakai nude heels berwarna merah marun menginjak marmer. Abak menghentikan langkahnya ketika wanita yang memakai blus merah muda dengan pita sederhana di depannya dan dipadukan dengan rok pensil hitam keluar sepenuhnya dari kendaraan roda empat tersebut.

"Kali ini jangan hentikan aku!" ucap wanita itu.

"Kamu sudah mengambil semuanya, tapi tolong jangan yang satu ini," Abak mencoba meyakinkan.

Wanita itu maju beberapa langkah lalu berbisik, "Semuanya akan berakhir hari ini."

Abak menarik rambut panjang yang tergerai itu sehingga dia menengadah menatap Abak. "Kenapa kamu baru sadar sekarang, Ralin?" rahangnya mengeras.

Wanita yang dipanggil Ralin terkesiap, ia menarik tangan kekar itu agar melepaskan rambutnya yang ditarik sangat kuat. Ia mundur beberapa langkah hingga akhirnya berlari masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumahnya.

Abak mengejarnya karena takut jika Ralin melakukan sesuatu yang tidak semestinya dilakukan untuk selamanya. Mereka saling memacu kendaraan roda empat itu, yang satu ingin meninggalkan dan yang satu lagi ingin mengejar. Seperti biasa jalanan ramai karena sebentar lagi matahari akan terbenam, ini adalah waktu dimana kebanyakan orang pulang dari bekerja, pulang sekolah dan hal semacamnya.

Ralin buru-buru memarkirkan mobilnya begitu juga dengan Abak namun kalah cepat dari wanita itu yang kini sudah memasuki rumah sakit.

"Kamar nomor 16 Buk," ujar seorang perawat.

Ralin segera berlari ke kamar yang dimaksud oleh perawat tadi, ia melihat ke belakang tampak seorang lelaki mengejarnya layaknya singa yang sedang mengejar mangsanya. Terlihat ganas.

Tak ingin sampai tekejar, ia melepaskan nude heels yang sedari tadi memperlambat langkahnya. Mengangkat rok pensil itu sedikit ke atas agar mempermudahnya untuk berlari dan sampai ke kamar bernomor 16 sebelum Abak menghentikannya.

30 menit setelah kepergian teman-teman dari kelas XI IPA 2, hanya ada keheningan yang terjadi di dalam sana. Ama mati kata untuk memulai dan Aery tampaknya tidak ingin mendengar sepatah katapun dari ibunya. Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka sehingga mengagetkan mereka berdua, Ama berdiri dan Aery mengangkat sedikit kepalanya, mereka sama-sama ingi melihat siapa yang datang.

Ama menutup mulutnya, matanya membulat besar karena kaget setengah mati saat tahu bahwa yang datang adalah Ralin. Wanita iblis itu. Kenapa dia berani sekali menampakkan diri di depan Aery secara terang-terangan begini? Pertanyaan yang menyergap pikiran Ama.

Aery menghembuskan napas panjang, ia kembali menutup mata dan mencoba mengabaikan wanita yang dulu pernah ditamparnya di rumah makan. Kejadian waktu itu mengganggu pikirannya saat ini, gelisah dan rasanya ingin berdiri dan menamparnya sekali lagi. Ya, Aery bisa saja melakukannya jika memang ada kesempatan. Ia sudah cukup muak selama ini.

"Aku khawatir akan keadaanmu," melangkah maju mendekati Aery yang sedang berbaring di sana.

Tangan Ama menghentikan Ralin agar tidak berjalan lebih dekat lagi, mereka saling menatap untuk sekian detik hingga pada akhirnya salah satu diantara mereka memalingkan wajah.

IMPOSSIBLE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang