34 - IMPOSSIBLE (End)

276 6 0
                                    

Please, jangan jadi Siders ya.
Vote dan komennya jangan lupa. Makasih.

Aery berdiri di depan pintu rumahnya. Ia membuang napas pelan sambil mengatakan, "Kamu kuat, kamu kuat, kamu kuat."

Ia mengatur napasnya yang tak lagi teratur, dadanya juga terasa sesak seperti ada yang mencekiknya saat itu di tambah lagi tenggorokan gadis itu sakit karena menahan isak tangisnya. Ia menepuk dadanya yang sakit dan sesaat kemudian suara tangis pecah dari mulutnya.

Aery berusaha untuk kembali tegar namun sakit terlanjur parah merobek hatinya. Tak pernah terbayangkan kalau Alwan akan setega itu kepadanya. Akhirnya tubuh Aery tiba-tiba kehilangan kekuatan hingga jatuh ke lantai, sepasrah kedua matanya melihat Alwan dan wanita itu berpelukan.

"Kenapa lo tega banget sih?" memukul lantai sebagai bentuk pelampiasan terbaik saat itu.

Bi Supiak yang kebetulan baru pulang dari pasar melihat Aery di teras membuatnya buru-buru mendekat.

"Non, non Aery kenapa?" tanya bi Supiak cemas melihat keadaan Aery. Takut jika kondisi yang mulai membaik berubah lagi seperti dulu.

Aery menoleh, dengan mata yang berkaca-kaca ia menatap bi Supiak seakan mengisyaratkan bahwa ini sakit sekali. Sebagai seorang wanita dan seorang ibu, tentu bi Supiak dapat memahami arti dari tatapan itu. Lantas ia memeluk Aery sambil mengelus punggungnya seperti yang akan dilakukan kebanyakan orang.

"Bi, kenapa hati aku sesakit ini? Sakit banget bi."

Aery melepaskan tubuhnya dari pelukan itu, ia menghampus kasar air mata yang membasahi pipi pipinya lalu tersenyum namun matanya tak bisa bohong. Malah mengeluarkan air mata yang lebih deras lagi. Senyuman itu tak bertahan lama, tak pernah bisa membohongi hati. Ketimbang harus pura-pura kuat lagi, kali ini Aery memilih untuk meluapkan apa yang ia rasakan saat itu. Ia menangis seperti sebagaimana seharusnya sambil menepuk dadanya.

****

Seminggu berlalu.

Aery duduk di tepi ranjang sambil memangku diri. Memasukkan kepalanya ke dalam lipatan tangannya. Membiarkan cahaya matahari masuk menusuk kulitnya yang tak terurus semenjak seminggu belakangan. Makanan dan minuman di atas meja juga tak tersentuh sama sekali, begitu juga dengan seminggu yang lalu.

Aery menjulurkan kakinya ke bawah untuk beberapa saat lalu bangkit dari tempat tidur dan berdiri persis di dekat jendela kamar yang tirainya telah dibuka oleh bi Supiak saat mengantarkan makanan dan segelas susu panas tadi pagi. Ia menatap keluar jendela, menangkap pemandangan di luar dengan matanya yang sayu. Langit hari ini cerah berawan, suasana jalanan juga ramai dan kebisingan kota berlalu-lalang di telinga.

Aery mengikat rambutnya yang tergerai, bibirnya yang pucat bergerak membentuk sebuah kalimat sederhana, "Pagi Semesta."

Kakinya bergerak menuju pintu kamar, perlahan tapi pasti tangannya memutar knop pintu. Hari itu adalah hari pertama setelah seminggu tidak keluar dari kamar tentu membuat Aery agak canggung dengan suasananya. Ia berjalan menuruni satu-persatu anak tangga. 3 pasang mata kini berlabuh kepadanya. Aery memperhatikan Ama yang seperti biasa sibuk pada pekerjaannya padahal sedang sarapan masih sempat Ama mengetik di laptopnya. Lalu Aery menoleh ke arah bi Supiak yang sedang menaruh ikan bakar di atas meja makan dan pak Buyuang yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa secangkir kopi panas.

Ama yang melihat putrinya terdiam di anak tangga terakhir segera menghampiri gadis itu. Ia menyelipkan beberapa helai rambut Aery yang keluar dari ikatannya. Sedangkan bi Supiak Kembali lagi ke dapur diikuti oleh pak Buyuang yang lupa memasukkan gula ke dalam kopinya.

"Sayang, nanti siang kita makan bareng ya. Ama bakalan cepat pulang. Sekarang sarapan dulu yuk," ajak Ama menarik lengan anaknya.

Aery duduk di sebelah Ama. Ia angkat bicara, "Ma, semalam Ai dapat pemberitahuan kalau Ai diterima di salah satu universitas yang ada di Inggris. Padahal waktu itu Ai iseng-iseng aja lamar di sana."

IMPOSSIBLE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang