#54 Dari Juan & Ara : More and More

988 144 28
                                    

Bunyi pintu telah kembali terkunci terdengar di belakang Juan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bunyi pintu telah kembali terkunci terdengar di belakang Juan. Pria itu menghela napasnya panjang. Kegiatannya hari ini cukup banyak, sehingga membuatnya kelelahan.

Juan meletakkan tas gitarnya ke atas kursi di dekat meja makan lalu menatap lurus ke arah sofa depan televisi. Sebuah senyum mengembang di wajahnya. Rasanya, capek yang sedari tadi dirasakannya hilang begitu melihat Ara sedang terlelap di sofa itu.

Juan perlahan mendekat, duduk di dekat sofa, dan memandangi wajah terlelap Ara. Kalau sedang tidur, Ara kelihatan seperti malaikat. Tapi kalau sudah bangun, Ara pasti akan langsung ngomel-ngomel. Membayangkannya saja sudah membuat Juan terkekeh pelan.

Juan memandangi Ara lekat-lekat, mengusap pipi perempuan itu dengan lembut dan kasih sayang. Alis perempuan itu kemudian tertaut dan perlahan membuka matanya.

"Sorry, kamu kebangun?" ucap Juan sambil tersenyum.

Ara mengerjapkan matanya berkali-kali, lalu bangkit dari tidurnya dan berusaha memandang Juan dengan mata yang setengah terbuka.

"Kamu baru pulang?" tanya Ara.

Juan mengangguk lalu beranjak dari duduknya dan tidur di pangkuan Ara. "Sekarang gantian aku yang tidur."

Ara mendengus tapi tetap mengusap surai Juan yang berwarna kecoklatan. Pria itu tampak memejamkan matanya. "Aku capek banget hari ini," gumam Ara.

"Hmm? Kamu ngapain aja?" Juan balas bergumam.

"Bantuin Edsel pemotretan terus aku tadi interview dadakan..."

Atas ucapan Ara yang barusan, Juan membuka kedua matanya dan menatap Ara tanpa mengubah posisi tidurnya. "Di mana?"

"Di kantor yang ada di gedung studio Edsel. Ditawarin jadi copywriter,"

"Terus gimana?"

Ara menggedikkan bahunya, "Bakalan dikasih tau kalau enggak besok mungkin lusa. Aku enggak berharap banyak."

"You don't have to work though," ujar Juan membuat gerakan tangan Ara yang sedari tadi mengusap surai Juan pun berhenti.

"Kamu enggak perlu kerja. Kan udah ada aku yang kerja," lanjut Juan lagi.

Ara kembali mendengus dan tertawa kecil, "Arvel Juan, you're just my boyfriend not a husband,"

"Soon to be,"

"Hah? Maksudnya?"

"I called your mom," kata Juan membuat mata cokelat milik Ara membulat. "Arvel Juan, explain."

Juan menipiskan senyumnya lalu bangkit dari tidurnya dan duduk di sebelah Ara. "Aku nelepon mama kamu. Dan kamu tau? Dia kaget banget waktu aku nelepon. Tapi, Ra, kapan sih terakhir kali kamu nelepon mereka?"

"Bukan itu maksudnya, Arvel Juan. Kamu ngapain nelepon mama aku?"

Juan melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Ara dengan seksama. "Cuma nanya kabar. You didn't event tell her that we're dating right now."

From Us To UsWhere stories live. Discover now