#31 Dari Fares & Calista : What Hurts The Most

993 152 30
                                    

"Cal," Fares berusaha mendekatinya. Tapi apa yang baru saja didengar oleh Calista, terlalu menyakiti hatinya.

Ketika Fares berjalan mendekat, Calista memundurkan langkahnya. Fares berusaha menyentuhnya dan Calista menepis tangan cowok itu dengan kuat. Dengan air mata yang berlinang, Calista mendorong tubuh Fares dan berkali-kali memukulnya.

Rindu mengedarkan pandangannya. Beberapa orang yang ada di sana sudah mulai menatap mereka dengan ingin tahu. Entah sejak kapan Calista mendengar percakapannya, tapi sejak kapan pun itu, Calista sudah mengetahui kebenarannya.

"Calista, dengerin aku dulu."

Calista mengangkat tangannya, bermaksud untuk menampar wajah Fares. Tapi niat itu ia urungkan. Melakukan itu pun Calista tak sanggup. Tanpa mengatakan apa pun lagi, Calista berlari keluar dari toko buku itu.

"CAL!" seru Fares lalu berlari mengejar Calista.

Sambil memegangi buku yang akan ia beli, Rindu memandangi punggung Fares yang berlari mengejar Calista. "Goblok banget emang," gumamnya sambil menggeleng lalu berjalan ke arah kasir.

Calista tidak memperdulikan seberapa banyak dan kerasnya suara Fares meneriaki namanya. Calista sebenarnya tidak terlalu suka berlari. Tapi malam ini Calista benar-benar tidak mau melihat wajah Fares lagi.

Calista kemudian masuk ke dalam taksi, "Ke Bintaro, Pak." ujar Calista dengan suara yang serak dan bergetar.

Supir taksi tersebut menengok sekilas dengan bingung, lalu seolah mengerti kalau Calista tidak ingin diperdulikan, pria setengah baya itu memberikannya sekotak tisu dalam diam.

Selama di perjalanan, Calista menangis sambil terisak. Fares adalah cinta pertamanya. Fares adalah pacar pertamanya. Fares yang Calista pikir akan selalu jadi pertamanya, ternyata malah menjadi patah hati terbesarnya.

-US-

Bruk!

Fares membanting helmnya saat ia tiba di garasi rumahnya. Lelaki itu kemudian mengusap wajahnya pelan dan mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Astagfirullah, Mas Fares!"

Fares mengangkat wajahnya saat melihat ada Bi Inet, wanita setengah baya yang bekerja di rumahnya berseru kaget melihat kaca helmnya yang pecah di lantai garasi.

"Bi Inet, Kenapa masih di rumah?" tanya Fares bingung karena melihat wanita itu berada di rumahnya sekarang. Bi Inet tinggal di belakang rumah Fares, biasanya di sore hari atau saat Fares tidak ada di rumah, Bi Inet akan pulang ke rumahnya.

"Ada Ibuk di dalem, Mas. Baru sampai." jawab Bi Inet.

Fares yang tadinya bersandar di motor langsung berdiri tegak dan dengan segera masuk ke dalam rumah. Benar saja, Nina, Mamanya sedang duduk di ruang tv sambil mengupas buah apel.

"Res! Akhirnya kamu pulang," ujar Nina sambil beranjak berdiri lalu mendekati dan menyambut Fares pulang. "Mama neleponin kamu dari tadi lho, tapi enggak kamu angkat--"

Ucapan Nina terpotong karena tiba-tiba Fares memeluknya. Fares membenamkan kepalanya di pundak mamanya itu lalu tiba-tiba menangis tanpa mengeluarkan suara. Melihat mamanya yang tiba-tiba datang hari ini, membuat Fares lega sekaligus merasa bersalah kepada mamanya karena menyakiti Calista.

"Fares? Kamu kenapa?" tanya Nina pelan lalu mengusap pundak Fares dengan kasih sayang.

Fares tidak menjawab dan mengeluarkan suara sedikit pun. Bi Inet yang baru saja membersihkan serpihan kaca helm Fares pun hanya menatap iba dari garasi. Fares tidak tahu harus mulai dari mana untuk bercerita kepada mamanya. Namun Fares ingat ucapan Nina dulu saat ia memberi tahu kalau ia baru saja berpacaran dengan Calista.

From Us To UsWhere stories live. Discover now