38. Akhir Pekan

599 45 13
                                    

Typo betebaran😃




Untuk kesekian kalinya, Gita menatap dirinya di depan cermin.
Memperbaiki penampilannya ketika matanya merasa tidak cocok.

Sesuai perkataan Daniel beberapa hari yang lalu, yang mengatakan akan jalan berdua ketika akhir pekan—mereka sungguh melakukannya.
Saat ini Daniel tengah menunggu di ruang tengah.

"Apa sudah bagus?" monolog Gita.
Gadis itu sedang memperbaiki tatanan rambutnya.
Ayolah, kalian para gadis pasti seperti itu bukan?

"Ah, biarkan saja. Daniel sudah hampir satu jam menunggu," ujarnya sembari berbalik badan.
Mengambil tasnya yang tergrletak di atas ranjang.
Melangkah keluar dengan tergesa-gesa. Tak lupa, sebelum pergi, Gita menutup pintu kamarnya.
Kebiasaan itu selalu melekat sejak kecil.

"Daniel?" panggil Gita, ketika sudah berada tak jauh dari tempat Daniel duduk.

Daniel yang tengah menatap layar ponselnya, mendongakkan kepalanya.
Menatap Sagitarius yang berdiri tak jauh darinya.
Untuk sesaat, dia terdiam.
Jantungnya berdetak lebih cepat melihat gadis itu berdiri saat ini.

"Kau sudah selesai?" tanya Daniel.

Mungkin kalimat itu terkesan ambigu bagi Gita.
Maksud Daniel adalah bertanya dan yang Gita tangkap adalah sebuah sindiran.
Akibatnya dia menggaruk tengkuk belakangnnya yang tidak gatal.

"Iya, apa aku membuat mu menunggu lama?" tanya Gita tidak enak.w

Daniel menggeleng saja.
"Ayo, kita pergi," ujar Daniel sembari bangkit dari posisi duduknya.

Gita mengikuti langkah Daniel dari belakang.
"Kita mau ke mana?" tanya Gita.

"Jalan-jalan berdua, bukankah itu yang kukatakan?" tanya Daniel sembari menatap wajah Gita.

Gita secepat mungkin memalingkan wajahnya.
Pesona seorang Daniel Brikhead memang tidak baik untuk kesehatan jantung.

"I-iya, aku tahu itu. Tapi kita pergi ke mana?" tanya Gita.
Suaranya bergetar karena sangking gugupnya.

Daniel mengulum senyumnya.
"Kau akan tahu nanti," ujarnya pelan—sebuah bisikan yang menyapu indera pendengaran seorang Sagitarius.
"Sudah, ayo kita percepat," ujar Daniel sembari menarik pergelangan tangan Gita.

Mau tak mau, Gita harus menyamakan langkahnya dengan langkah Daniel.
Tidak lucu jika dia jatuh tersungkur, padahal sudah berdandan satu jam lamanya.

●●●

"Mengapa terlihat bingung? Ayo!" ujar Daniel sembari menatap Gita yang berdiri di belakangnya.
Dia terlihat bingung dengan Gita yang hanya berdiri mematung.

"Ada apa? Mengapa terlihat bingung?" tanya Daniel sembari berjalan mendekat ke arah Gita.

"A-ah, tidak. Aku hanya tidak menyangka kita ke taman ini," ujar Gita sembari memalingkan wajah.
Dia sudah lama berandai akan mendatangi Central Park ketika tiba di Amerika Serikat.
Dan baru kali ini terwujud.

Kening Daniel mengerut mendengar pernyataan Gita.
"Maksudmu, kau tidak menduga aku akan mengajak mu kemari? Begitu?" tanya Daniel memastikan.

"Y-yah, bukan begitu," ujar Gita gugup. Dia bahkan sampai harus menghindari kontak mata.
Menatap lahan hijau yang ada di depan matanya.

Daniel terkekeh mendengarnya.
"Sudah, ayo! Cuaca sedang cerah. Sepertinya mendukung," ujar Daniel sembari menarik pergelangan tangan Gita lagi.
Dan lagi, Gita harus menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Daniel.

"Tidak terasa ya?"

Gita menolehkan kepalanya ketika mendengar pernyataan Daniel.
Keningnya berkerut ketika mendengar perkataan Daniel.
"Apa maksudmu?" tanya Gita balik.

Bitterness Life [Selesai]Where stories live. Discover now