22. Kembali ke Sekolah

696 49 10
                                    

Typo bertebaran😃




Semester baru sekaligus semester terakhirnya di sekolah ini di awali dengan hari Senin.

Senin pagi, kegiatan seluruh siswa diawali dengan upacara bendera.
Setelah upacara bendera selesai, sekolah mengadakan kegiatan kebersihan.
Belajar untuk satu sampai dua hari kedepan sepertinya di tiadakan guna membersihkan lingkungan sekolah.

"Toni! Minta sapu baru sama Pak Budi, sono! Sapu kita udah botak nih!" Ujar Putri.

"Etdah, ngapa gue? Tanya seksi kebersihan sana! Gue lagi mau ngambil buku!" Ujar Toni.
Lelaki itu sudah berada di pintu kelas.

"Ya, sekalian!"

"Tau ah, tanya Gita!"
Teriaknya.

Semua siswa sedang membersihkan lingkungan sekolah.
Ada yang dapat bagian kelas, taman, lapangan, aula sekolah, toilet, bahkan sampai gudang sekolah.

"Git, tanya Pak Budi sana, siapa tau ada stok sapu lagi." Ujar Putri.
Dari pada dia stress sendiri memikirkan bagaimana menyapu lantai, dia lebih baik meminta pertolongan.

"Iya bentar, aku lagi ngelap meja ini." Balas Gita. Gadis itu ditugaskan mengelap semua meja.

"Udah, sini biar aku gantiin. Kamu tanya Pak Budi aja. Nanti Bu Citra ngamuk kalo kelas belum di sapu."

Mengangguk mengiyakan, Gita meninghalkan kain lap di atas meja guru, dan berjalan keluar kelas.

"Chi! Temanin nanya sapu ke Pak Budi, yok!" Ujar Gita.

"Nggak bisa. Kamu sendiri aja. Di tendang si Nathan nanti aku kalo kaca jendela masih berdebu." Ujar Suchi.

Mengangguk sekali.
Gadis itu berbalik dan pergi untuk mencari pak Budi yang merupakan petugas kebersihan sekolah.

Sepanjang Gita berjalan.
Matanya liar mencari sosok Pak Budi.
Karena pegawai yang satu itu unik.
Seperti gunting fake friend.
Jika diperlukan menghilang seperti di telan bumi, dan bila tidak di perlukan muncul di mana-mana.

"PAK BUDI!!"
Teriaknya kala melihat pria yang berkisar 40 tahunan itu berjalan ke arah ruang tata usaha.

"PAK BUDI!"
Teriaknya sekali lagi kala panggilan pertama tidak di respon sama sekali.

Pada panggilan ketiga, Pak Budi menoleh.
Dia berhenti di tempatnya.

"Bentar pak, saya napas dulu."
Ujarnya, karena dia sempat berlari tadi.

"Ngapain kamu manggil bapak?" Tanya Pak Budi.

"Masih ada stok sapu nggak pak? Sapu kami udah botak." Ujarnya.

"Kayaknya nggak ada deh, tapi kita cari dulu ke ruang peralatan. Ayo!" Ujar Pak Budi.

Ruang peralatan tak berada jauh dari tata usaha.
Hanya berjalan sekitar sepuluh meter.

"Loh, Yudi? Ngapai di sini?" Tanya Gita, kala melihat Yudistira sedang duduk di depan pintu ruang peralatan yang terkunci.

"Mau minta pengepelan, tapi Pak Budi kaya teman setan. Pas butuh nggak pernah kelihatan." Ujar Yudistira.
Lelaki itu bangkit dari posisi duduknya. Membenarkan kacamata tebalnya yang turun ke cuping hidung.

Pak Budi geleng-geleng mendengar penuturan Yudistira.
Dia membuka ruang peralatan.

"Sapunya ada ini tinggal satu, dan ini pengepelannya. Sudahkan?" Ujar Pak Budi.

"Sudah pak, terima kasih ya." Ujar keduanya sopan.

"Iya." Ujar pak Budi.

Gita dan Yudistira berjalan berdampingan.
Kelas mereka tak terlalu jauh.
Hanya terpisah 3 kelas, dan berada di lorong yang sama.

Bitterness Life [Selesai]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon