5. Rachel dan Suchi

840 51 10
                                    

Typo betebaran😃




Gita sampai di kamar ayahnya.
Gadis itu meletakkan nampan di atas nakas.

"Pa, bangun." Ujar Gita.
Gadis itu menepuk-nepuk pundak sang ayah.

Saat ayahnya sudah terbangun, Gita mendadak takut karena tatapan sang ayah.

"Tak perlu menyentuh saya. Saya bisa sendiri" ujar ayahnya.

Gita hanya mengangguk kaku.
Gadis itu menyerahkan mangkuk yang berisi bubur tadi kepada sang ayah.

"Mau Gita suapin Pa?" Ujar Gita kala melihat tangan sang ayah gemetaran.

"Tidak perlu, kau keluar saja. Saya bisa sendiri" ujar sang ayah.

"Tapi..."

"Keluar!" Tekan Dimas.

Menelan ludah kaku.
Gita berjalan keluar.
"Kalo ada apa-apa panggil Gita aja Pa!" Ucapnya saat berada di pintu kamar.

Tidak ada sahutan.
Gita menelan bulat-bulat kekecewaanya. Padahal sebelumnya dia berharap ada ucapan terimakasih dari sang ayah.
Hanya sebatas itu.

Saat Gita sudah tidak berada di dalam kamar itu, Dimas menatap mangkuk yang dia pegang.
Dengan lemas dia memakan bubur itu.

Meminum obat yang sudah ada di sana, lalu kembali berbaring.
Nyatanya melakukan hal seperti itu tak ada gunanya. Kepalanya masih sakit.
Lebih baik jika menelpon dokter keluarganya. Tapi sayangnya ponselnya entah ada dimana.

●●●

Beberapa jam setelahnya, Gita kembali ke dalam kamar sang ayah.
Dia tahu dia sudah lancang, tapi dia masih khawatir dengan kondisi sang ayah.

Hari sudah larut.
Semuanya sudah tidur.
Sang kakak pun begitu.
Kakanya sudah pulang.
Sempat sebelumnya, dia melihat kondisi ayah mereka.
Berbincang sejenak, lalu memutuskan untuk beristirahat.

Kamar nya sudah terang.
Gita berjalan mendekat ke arah ayahnya. Takut-takut dia menyentuh kening sang ayah.

Matanya membulat kala suhu tubuh ayahnya tidak turun-turun.
Malah semakin tinggi kalo menurutnya.

Sudah larut. Tidak memungkinkan untuk membangunkan orang-orang hanya untuk mengantar ayahnya ke rumah sakit. Orang-orang itu juga butuh istirahat.

Gadis itu berpikir dengan keras.
Jika tidak ditangani dia takut terjadi apa-apa pagi harinya.

Akhirnya dia mengambil inisiatif untuk mengompres.
Semoga saja berhasil menurunkan demam.

Gita bergegas menyiapkan kompresan.
Tak sampai sepuluh menit dia sudah membawa kompresan di tangannya.

"Semoga berhasil" gumam Gita.

Dan pada akhrinya dia begadang untuk menjaga sang ayah.

Pukul empat pagi dia kembali ke kamarnya.
Dia bahkan sampai tertidur di lantai kamar.

"Non sudah bangun?"

Gita terkejut kala melihat Bi Inun.

"Iya Bi. Baru selesai dari kamar papa. Syukurlah kondisinya sudah mendingan" ujar Gita.

"Yasudah, mandi saja sana. Biar bibi buatkan susu" ujar Bi Inun.

"Eh, jangan Bi. Nanti di marahi loh" ujar Gita panik.

"Nggak, kemarinkan jadwal belanja. Jadi semuanya di ganti. Kebetulan ada banyak yang sisa, daripada kebuang, bibi simpan" ujar Bi Inun.

Gita mengangguk mengerti.
"Makasih duluan ya Bi" ujar Gita.

Bitterness Life [Selesai]Where stories live. Discover now