2. Namanya Gita

1.4K 65 39
                                    

Typo betebaran😃


Pagi harinya Gita terbangun.
Sang surya bahkan belum keluar dari peraduannya.
Gadis itu terduduk di atas tempat tidurnya. Sejenak dia terdiam guna mengumpulkan semua nyawanya.
Setelah dia merasa sadar sepenuhnya, dia mengambil ponselnya dan melihat sudah pukul berapa.

Pukul 04.34.
Masih cukup pagi untuk terbangun.
Gadis itu ingin rasanya tidur kembali.
Dia masing mengantuk akibat begadang untuk mempelajari materi baru. Beberapa minggu lagi dia akan kembali berlomba.
Selain mengantuk, badannya juga pegal-pegal. Mungkin dia terlalu memaksa tubuhnya untuk bergerak kemarin.

Hampir sepuluh menit gadis itu terdiam di tempatnya.
Beberapa detik kemudian, gadis itu memaksakan tubuhnya agar terbangun dari ranjangnya yang menyakitkan.
Ranjangnya itu sudah rusak.
Tapi daripada tidur di atas lantai, mending menggunakan ranjang itu.

Gadis itu segera mengambil handuk dan pakaiannya.
Berjalan membuka pintu untuk menuju kamar mandi.
Kamarnya tidak seperti kamar kakak dan ayahnya yang mememiliki kamar mandi sendiri.
Kamar mandi yang dia gunakan adalah kamar mandi bersama. Bi Inun dan Mang Ujang juga mandi di sana.

"Eh, baru bangun?"

Gita yang semula berjalan menunduk dengan mata yang kadang terbuka kadang tertutup, mendongak.
Dirinya mendapati Bi Inun sedang memegang sapu.

"Iya Bi. Aku mau ke kamar mandi. Kamar mandi kosongkan Bi?" tanya Gita.

"Iya kosong. Sudah sana buruan, nanti Mang Ujang datang. Nanti kamu kelamaan nunggunya," ujar Bi Inun yang dibalas anggukan oleh Gita. Gadis itu kembali berjalan ke kamar mandi.

Hampir 15 menit dia di dalam.
Keluar dengan seragam sekolah yang sudah melekat pada tubuhnya dan tangan kanannya mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.
Gadis itu kembali ke kamarnya lagi.

Mengambil sisirnya lalu menyisir rambutnya.
Setelah itu dia mengambil sepatunya yang ada di dekat pintu lalu memakainnya.
Mengambil tas sekolahnya lalu berjalan keluar.
Masih pukul 05.45.
Masih terlalu cepat bila ke sekolah.

Gadis itu berjalan ke dapur.
Dia hendak sarapan terlebih dahulu.

Menghela napas kecewa.
Ayahnya sudah duduk tenang di meja makan.
Memegang koran dengan secangkir kopi yang menemaninya.

Jika ayahnya sudah duduk di meja makan. Tidak ada kesempatan untuk dirinya mengambil makanan lagi, karena ayahnya pasti melarangnya.

Sarapan pagi keluarga ini hanya roti, sereal, dan susu.
Siang hari mereka hanya meminum jus. Lalu malam hari memakan masakan Gita.
Maka dari itu keluarga ini sehat-sehat. Tidak ada obesitas, tidak ada yang menderita kolesterol, tidak ada yang menderita tekanan darah tinggi.

"Selamat pagi Pa!" sapa Gita.
Gadis itu ingin memberitahu kabar gembira.

Dimas tetap diam.
Menatap saja tidak, apalagi membalas sapaan.
Gita terdiam di tempatnya.
Apasalahnya hanya mengatakan pagi? Sang ayah langsung bisu jika mengatakannya?
Tidakkan.

"Pa?" panggil Gita.
Dan respon ayahnya tetap sama.
Diam dengan mata tertuju pada korannya.

"Pa?" Panggil Gita lagi.

"Kalau ada yang ingin kau sampaikan, katakan langsung. Jika tidak menjaulah sana" ucap sang ayah.

"Kemarin aku menang olimpiade Pa! Aku di utus untuk ikut bertanding di Selandia baru!" Ucap Gita dengan semangat. Dia bahkan tersenyum saat mengatakan kata demi kata.

"Lalu?" Tanya Dimas.

Hanya satu kata.
Satu kata.
Tapi mengapa begitu mengecewakan?
Apa karena gadis itu berharap ayahnya ikut senang?
Hohoho mimpi.

Bitterness Life [Selesai]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن