28. Bad Mood

741 42 3
                                    

Typo betebaran😃



"Apa ada yang terluka?"
Gita berujar kembali kepada Daniel.
Keduanya sedang duduk di depan gedung asrama mereka.

Karena manusia bergender laki-laki di larang memasuki asrama putri, mereka terpaksa duduk di depan gedung asrama.

Daniel menggeleng sebagai respon.
Lelaki itu mengelap wajahnya yang penuh dengan minyak.
Menggulung lengan bajunya yang panjang.
"Kau sendiri? Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tak berjumpa. Aku tak menyangka kita akan berjumpa di sini", ujar Daniel.

Menarik napas lalu membuangnya.
"Aku memang sudah lama tertarik pada universitas ini, maka dari itu aku mencoba mendaftar ke sini. Siapa sangka bisa masuk?" Ujar Gita.
Dia terkekeh sejenak.

"Sepertinya kau terkejut karena di terima di sini. Mengapa?" Tanya Daniel.

"Siapa yang tidak terkejut? Diantara puluhan ribu orang yang mendaftar, kau bisa masuk?" Ujar Gita.

"Tapi kau pernah menjuarai olimpiade. Setidaknya prestasimu sudah membuatmu cukup yakin", ujar Daniel.

Gita tidak menjawab.
Dia hanya tertawa saja mendengarnya.

"Kau tak berubah ya?" Ujar Gita.

Kening Daniel mengerut.
Lelaki itu membenarkan letak posisi kacamatanya.
"Tidak berubah apanya?" Tanya Daniel.

"Masih sama seperti dulu, bahkan selalu terlibat masalah", ujar Gita.
Daniel hanya menunjukkan senyumnya. Lelaki itu menggaruk tengkuknya.

"Nah, ini kubawakan makanan ringan yang ku miliki di kamar", Lira datang sembari membawa sekantong makan ringan.
Gadis itu duduk di hadapan Gita dan Daniel.
Meletakkan kantongan berisi makan ringan tersebut diatas meja yang mereka kelilingi.

"Kalian ternyata sudah saling mengenal. Mengapa aku tidak tahu?" Ujar gadis itu sembari menatap kembarannya itu.
Dia menarik-turunkan kedua alisnya bermaksud bertanya kepada Daniel.

"Kami mengenal sewaktu aku mengikuti olimpiade di New Zealnd", ujar Daniel.

"Mengapa kau tak memberitahunya kepada ku?" Tanya Lira.

"Untuk apa?" Tanya Daniel.
Lira terdiam mendengarnya.
Betul juga.
Untuk apa?
Tapikan setidaknya Daniel membicarakannya bersama dirinya.

"Jadi adik perempuan yang kau maksud itu kembaranmu ini?" Tanya Gita kepada Daniel.
Gadis itu menatap wajah Daniel dari samping.

Daniel hanya mengangguk saja.
Dia tak tahu harus membicarakan apa saat ini.

"Oh iya, kau mengatakan tadi ingin melihatku. Untuk apa melihatku?" Tanya Lira.

"Bukan melihat, tetapi mengunjungi. Mengecek keadaan mu!" Ujar Daniel.

"Apa bedanya? Tapi sudahlah, untuk apa mengunjungi ku?" Tanya Lira.

"Aku hanya ingin mengecek keadaanmu, siapa tahu kau lupa caranya bernapas", ujar Daniel.

Gita terkejut mendengarnya.
Lupa bernapas? Ada-ada saja.

"Aku bahkan masih bisa menelan makanan sekarang. Apa bisa dilihat kacamata tebalmu itu?" Ujar Lira.
Daniel hanya mengangguk saja.
Dia tak memperdulikan ocehan Lira setelahnya.

"Sudahlah, kembali ke asrama mu sana! Asrama mu jauh dari sini. Nanti kau bisa sampai malam jika tak segera pulang," Lira memperingati kembarannya itu.

"Ini masih siang. Dan lagi ada bus yang bisa mengantarku ke mana saja. Kau tak perlu khawatir," ujar Daniel.
Lira hanya memajukan bibirnya lantaran mendengar sahutan Daniel.

Bitterness Life [Selesai]Where stories live. Discover now