18. Bersama

746 55 3
                                    

Typo betebaran😃




Berita tentang Gita dan Yudistira yang masuk tiga besar sudah tersebar.

Banyak dari mereka yang merupakan teman sekolah dan orang-orang yang mengenal keduanya mengucapkan selamat.
Bahkan ada beberapa di antarnya memposting foto mereka dengan caption selamat atas kemenangannya.

Akibat dari hal tersebut, berita bahagia itu sudah tersebar luas.
Bi Inun dan Mang Ujang bahkan sudah tahu mengenai hal tersebut.
Terlebih Rachel dan Suchi.
Kedua orang itu yang paling heboh.

"Gita siapa bi?"
Marni bertanya heran.
Dia tidak mengenal gadis yang sedang dibangga banggakan sekarang.

"Dia adiknya Dinda. Anak bungsu Tuan Dimas." Jelas Bi Inun.

Marni yang mendengar hal tersebut tentu terkejut.
Selama seminggu dia bekerja di keluarga Pranadipa, dia selalu berpikir bahwa Dinda merupakan anak tunggal.

"Jadi anak tuan Dimas ada dua?" Tanya Marni.

"Iya, Gita ini masih SMA. Itu lihat sendiri fotonya." Ujar Bi Inun.

Marni memandangi layar ponsel yang berada di tangannya.
Wanita itu memandangi Gita yang tersenyum menunjukkan deretan giginya.

"Woah, aku kira Dinda anak tunggal bi." Ujar Marni.

Bi Inun hanya tersenyum.
Dia melanjutkan aktivitasnya membuat kue.

"Terus kue yang bibi buat itu untuk dia bi?" Tanya Marni.

"Iya."

"Memangnya nanti Si Gita ini bakal pulang? Selama ini dia di luar negri?" Tanya Marni.

Bi Inun menghentikan kegiatan menuang adonan kue ke loyang.
Dia teringat bahwa anak majikannya itu tidak akan pulang.
Kebiasaan dari dulu jika Gita memenangkan perlombaan dia akan membuat kue sebagai hadiah terbawa sampai sekarang.

"Nggak, Si Gita nggak bakal pulang ke rumah ini. Bibi buat kue ini hanya karena kebiasaan. Setiap si Gita menang lomba, bibi, Mang Ujang, sama Si Gita bakal ngerayain pake kue yang bibi buat." Jelas Bi Inun.

Marni tentu semakin bingung dengan penjelasan itu.
Tidak pulang?
Hanya mereka yang merayakan?
Ke mana kakak dan ayahnya?
Mengapa tidak ikut merayakan?
Berbagai pertanyaan di benaknya memusingkan dirinya.

"Nggak pulang? Maksud bibi?"
Tanya Marni.

"Begini, sekitar dua minggu yang lalu Si Gita diusir dari rumah ini. Tuan Dimas dulu sudah melarang agar Si Gita tidak kerja part time. Tapi Si Gita melanggarnya. Dulu sudah pernah ketahuan, dan di beri peringatan. Eh, ketahuan lagi dua minggu yang lalu." Jelas Bi Inun.

Kening Marni mengerut mendengarnya.
"Memang kenapa Si Gita kerja part time bi? Uang jajannya kurang atau bagaimana?" Tanya Marni.

Menghela napas panjang.
Mungkin menceritakan sedikit keburukan keluarga ini tidak apa.

"Kamu jangan menceritakan hal ini pada siapapun. Karena tidak ada yang tahu persoalan ini. Baik keluarganya sekalipun. Mengerti?" Ujar Bi Inun tegas.

Marni meneguk ludahnya takut.
Dia tidak pernah berpikiran akan seserius ini.
Memilih untuk mengangguk.
Nyatanya Marni takut melihat wajah Bi Inun saat ini.

"Dari kecil, Gita tidak pernah di biayai hidup sama keluarga ini. Dia malah tidak dianggap. Tuan Dimas tidak pernah peduli soal Gita. Bahkan Gita bisa sekolah karena beasiswa. Dan keperluannya dia dapat karena kerja part time." Jelas Bi Inun.

"Mungkin sekarang yang ada di benakmu adalah mengapa?
Jawabannya karena pikiran tuan Dimas terlalu dangkal untuk mengatakan Gita penyebab istrinya meninggal. Gita selalu disalahkan bahwa penyebab nona meninggal adalah karena kelahiran Gita. Lucu sekali bukan?" Ujar Bi Inun.

Bitterness Life [Selesai]Where stories live. Discover now