36. Salma dan Allesya

Mulai dari awal
                                    

Lantas Dito melihat mobil yang berjarak sekitar dua meter dari mobilnya. Ia menangkap dengan penglihatannya bahwa itu Agil dan tunangannya.

“Ehmm, kenapa dia disini?” Dito bertanya dengan lirih.

“Dia ngajak gue berangkat bareng. Gue gak mau, pengennya berangkat sama lo aja,” tutur Allesya dengan tatapan lugu.

“Iya, udah. Ayo, berangkat. Keburu telat, nih.” Dito menggandeng tangan Allesya untuk mengajak masuk kedalam mobil mewahnya.

“Gak, bisa!” Tiba-tiba saja pergelangan tangan Allesya terasa di cekal dari belakang. “Allesya, berangkat bareng gue,” imbuhnya dengan ketus.

Dengan kasar gadis itu menghentakkan tangannya dengan kasar. “Apa-apaan, sih. Lo berangkat aja sama tunangan lo.”

Tak enak hati, Dito segera melepas gandengannya.

“Lo harus berangkat sama gue.” Agil dengan nada tegas mengajak Allesya.

“Gue gak mau, Gil. Gak usah maksa!”

“Lo pikir gue mau berangkat sama lo? Bokap kali yang nyuruh gue buat jemput lo.”

Entah kenapa semenjak Agil bertunangan, hubungan Agil dan Allesya terasa dingin. Sudah tidak ada lagi senyum yang terlempar, tidak ada kalimat yang terdengar diantara keduanya.

“Geb, berangkat aja sama Agil. Papa lo yang nyuruh.” Dito dengan senyuman hangatnya mengucapkan kalimat itu. Mereka berdua memang memiliki panggilan yang nyeleneh.

Dito yang seringkali memanggil Allesya dengan sebutan ‘Ogeb’, dan Allesya yang seringkali memanggil Dito dengan sebutan ‘Klowor’. (Sebutan untuk orang sinting dalam Bahasa Jawa)

Allesya dengan kesal mengangguk. Ia segera berjalan menuju mobil dengan menghentakkan kakinya.

“Gue duluan.” Agil berpamitan kepada Dito. Belum sempat ia melangkahkan kakinya, pundak lelaki itu segera ditepuk oleh sahabat karibnya.

“Persahabatan kita gak akan hancur cuma gara-gara masalah ini kan, Bro?”

Agil hanya menoleh dan tersenyum tipis.

Sesampainya di dalam mobil, Allesya disapa hangat oleh tunangan kakak tirinya. Mau tak mau Allesya membalas dengan hangat pula, tapi terpaksa.

“Kamu udah sarapan apa belum?”

“Udah, Kak.”

Jika boleh dibilang, tunangan Agil ini memang orangnya baik, perhatian, lembut, dewasa, dan cantik.

“Kamu kenapa kalau manggil aku selalu ‘Kakak’? Padahal kamu manggil Agil langsung namanya.” Gadis itu tersenyum kepada Allesya dan beralih ke Agil. Membuat Agil membalas senyumannya.

Allesya tersenyum dan menjawab, “Kakak pantas dihargai, kalau Agil gak pantas diperlakukan dengan cara yang sama.”

Pernyataan Allesya membuat sepasang kekasih didepannya terkejut.

“O-ow-waw, frontal banget kamu. Hihi.”

“Jangan ngomong yang engga-engga ke Salma.”

Ada sesuatu yang disembunyikan dari mereka berdua. Bahkan orang disekitarnya pun, belum ada yang mengetahui.

Dulu hubungan mereka, Salma dan Allesya, sangat akrab. Namun, semenjak Salma bertunangan dengan Agil, hubungan keduanya tak lagi sama.

“Gil, gue berhenti disini aja.”

Agil segera melihat Allesya dari spion dalam. “Kenapa?”

“Gue gak mau ganggu kalian.”

Salma lantas menoleh kebelakang, dengan tatapan yang tak bisa diartikan. “Ehh, kamu engga ganggu kita kok. Malah aku seneng bisa berangkat bareng.”

Allesya hanya tersenyum.

“Gil, turunin gue.”

Agil tidak menggubris Allesya dan tetap memacu mobilnya dengan kecepatan normal.

“Turunin gue!”

Allesya sungguh keras kepala. Sebelum Allesya memaki dan mengeluarkan kata yang tak enak di dengar, Agil segera menurunkan Allesya di seberang jalan. Laki-laki itu sungguh hafal sifat adik tirinya.

**

Telepon Dito berdering. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan rendah. Dengan segera ia memakai earpod nya yang sudah di hubungkan dengan smartphone.

“Halo?” Ia mengangkat telepon tanpa melihat nama si penelepon.

Dito, lo dimana?

Dito terbelalak ketika mendengar suara Allesya.

“Gue di jalan. Dari tadi jalan pelan.”

Berati lo belum nyalip mobil Agil, kan? Jemput gue, ya. Gue tadi minta turun. Ini gue di trotoar kafe.”

“Oke, Bos!” Dito semangat mendengar itu. Dengan segera ia memacu mobilnya dengan cepat karena tak ingin membuat Allesya menunggu lama.

**

“Sayang, kenapa Allesya kamu turunin di jalan?” Sementara itu Salma terlihat protes dengan Agil.

Agil tersenyum kepada Salma dan menjawab, “Biarin, aja. Dia orangnya keras kepala.”

Salma menghela napas panjang. Raut wajahnya terlihat gelisah. Ia menyenderkan kepalanya di jok mobil dan memalingkan muka ke jendela sampingnya.

Tingkah Salma yang aneh membuat Agil mengernyitkan dahinya. Ia mengelus kepala Salma. “Kamu kenapa?”

Rahasia ibarat bangkai. Sejauh apapun di sembunyikan, tetap akan tercium.

Namun, jika diri memilih membuka rahasia tersebut, siapa yang peduli?

***

Haii, semuanya!

Kira-kira ada hubungan apa ya diantara Salma dan Allesya?

Penasaran ga? Yuk pencet tombol bintangnya biar fast update, hihi.

Semakin banyak fakta yang terbongkar, maka semakin dekat dengan ending.😍

VOTE KOMEN! Kalo gak, faktanya gak terbongkar👻

Oiya, satu lagi. Usahakan follow akun ku ya, biar kalian tau informasi informasi soal nih cerita.

Oke, big thanks.

ALLESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang