20. Penguat Diri

1.2K 76 5
                                    

Cinta datang dari keterbiasaan.

***

“Cepet, Allesya! Masak dari tadi kok belum selesai, sih.” Ucap Agil tak sabar.

“Ya, bentar dong. Lo tinggal makan tanpa masak kok protes terus!” Kesal Allesya kepada Agil.

Agil sungguh manusia yang tak sabaran. “Gue udah laper!” jawabnya.

“Bodo amat! Sini masak sendiri sup lo! Gak mau lagi nerusin masakan ini.” Ucap Allesya semakin kesal. Ia berbalik melihat Agil dengan tangan yang disedekapkan.

“Ya, kan gue gak bisa masak. Gimana, sih, lo itu?!”

“Makannya jangan banyak protes! Diem bisa gak?”

“Ya, iya, maaf deh.”

Allesya tak menghiraukan Agil lagi. Ia melanjutkan masaknya. Ia harus bisa masak yang enak supaya tidak dihina oleh Agil.

Agil itu ... bermulut pedas-manis. Allesya harus tahan emosi jika bersama Agil. Bisa-bisa ia terlihat tua jika harus marah-marah setiap hari.

Allesya fokus memasak, sedangkan Agil fokus melihat Allesya dengan senyuman tipisnya.

Agil benar-benar jatuh cinta kepada Allesya. Ia tak menyangkal itu. Yang sekarang ia pikirkan adalah ... bagaimana membuat Allesya percaya dan berbalik mencintainya?

Jika Agil mengingat-ingat, dulu sempat mereka saling membenci. Melempar caci-maki disetiap hari.

“Benci itu ... benar-benar cinta, kan?” tanya Agil kepada Allesya tiba-tiba.

Allesya terperangah dan berbalik melihat Agil yang tengah berjongkok diatas kursi, “Maksud lo?”

“Benci itu benar-benar cinta.” Jawab Agil.

“Iya, tapi maksud lo apa?” tanya Allesya tak paham.

“Kayak gue yang dulu benci lo sekarang jadi cinta sama lo. Maka dari itu gue nyimpulin kalo benci itu singkatan dari benar-benar cinta.” Jelas Agil membuat Allesya merasakan dadanya berdenyut.

“Ngigo lo. Ngaco!” Jawab Allesya berbalik kembali untuk melanjutkan masaknya. Sebenarnya, ia menyembunyikan semburat di pipinya yang terasa panas.

“Kalo lo gak lupa, kita itu ... tunangan, loh.” Ucap Agil dengan senyum tipisnya. Tunangan pura-pura yang bakal gue jadikan tunangan beneran —Imbuh Agil di dalam hatinya.

Katakan Agil egois. Orang yang sudah menjadi budak cinta pasti akan melakukan apa saja demi meraih rival -nya.

Allesya tak menjawab ucapan Agil. Ia menyentuh dadanya yang sedari tadi berdetak kencang. Ia juga menyentuh pipinya yang masih terasa panasnya.

“Apa gue juga udah cinta sama dia? Tapi kenapa semudah itu?” Batin Allesya.

“Masakannya udah matang. Mau makan apa mau ngaco terus?” tanya Allesya ketus.

“Mau makan.”

Allesya segera menaruh semua masakannya didalam wadah yang berbeda-beda.

“Biar gue bantu.” Ucap Agil tiba-tiba. Ia telah berada di samping Allesya dengan senyum tipisnya yang kemudian menarik makanan yang ada di tangan Allesya.

Kini mereka makan bersama. Agil terlihat menikmati masakan Allesya. Sedangkan Allesya menunggu sebuah kata yang keluar dari mulut Agil.

Agil mengernyit ketika Allesya tak makan melainkan melihat dirinya. “Kenapa?” tanya Agil heran.

ALLESYAWhere stories live. Discover now