3. Geng Cabe

2.2K 116 32
                                    

Author POV

Kantin dihebohkan dengan kedatangan murid baru dari kejuruan otomotif. Semua mata memandang Allesya bak putri. Mereka kagum dan takjub, terlebih banyak laki-laki yang sekolah di STM ini.

Juga tak kalah heboh siswi yang iri hati dengan Allesya. Mereka tiba-tiba membenci Allesya yang tidak tahu apa-apa.

"Eh, mending kita pesan makan dulu, habis itu kita ngobrol tentang kepindahan Allesya," celetuk William yang tiba-tiba.

"Setojoooo, Mang Aming!" seru Dito dengan keras. Teman-temannya juga tidak kaget lagi dengan tingkahnya yang kelewat sableng.

"Allesya, lo mau makan apa? Biar gue pesenin, lo disini aja jaga kursi, ya." Bima bertanya dan juga terkekeh.

"Iya, bener tuh. Cewek harus di muliakan, betul?" celetuk Dito lagi, mirip mbak mbak yang jualan nasi di sitkom Indonesia.

"Samain aja," jawab Allesya datar.

Sebenarnya jika Allesya disuruh memilih berteman dengan laki-laki atau perempuan, dia pasti lebih memilih berteman dengan laki-laki. Karena apa? Karena berteman sama laki-laki itu tidak ada yang munafik. Bisa jaga rahasia. Tidak ada kata jaim.

"Eh, lo murid baru, ya?" Tanya Angel, si cewek cabe. Sedangkan yang ditanya hanya menangguk cuek.

"Lo kok songong banget, sih. Lo itu murid baru, jangan songong ya, lo! Lo itu gak tahu kita," kesal Widya, temannya Angel, yang dandanannya kelewat menor.

"Astaga, songong banget nih anak! Ayo, Ngel, Wid, kita kasih pelajaran!" Damprat Nesa, yang dari tadi sudah tidak sabar untuk mengerjai Allesya.

Sedangkan Bima yang melihat itu, dia langsung menghampiri Allesya.

"Ada apa ini?" Tanya Bima dingin.

"Eh, Bima. Gak kok, gak ada apa-apa, kita cuma tanya aja sama dia, dia murid baru, ya?" Tanya Angel yang kikuk. Bagaimanapun, Angel sangat terobsesi dengan Bima.

"Iya, dia anak baru. Jangan pernah ganggu dia, kalau lo gak mau kena bahaya!" Ketus Bima. Sedangkan tiga cabe itu langsung pergi meninggalkan mereka.

"Sya, lo diapain sama mereka?" tanya Bima khawatir. Allesya yang pada dasarnya emang pendiam dan dingin, dia hanya menggeleng sebagai jawaban.

Semua cowok telah kembali di meja yang dari tadi sudah ditunggu Allesya.

"Eh, Sya, ini makanan lo. Tadi si Bima main kabur aja tuh, mentang-mentang dia lihat lo di samperin sama cabe kurbel," celetuk William yang hanya ditanggapi anggukan kepala oleh Allesya.

"Sya, lo kenapa kok pindah ke Jakarta?" tanya Candra yang sejak tadi diam.

"Gak pa-pa, aku cuma mau pindah aja," jawab Allesya sekenanya.

"Yaelah, Sya, lo jangan bilang aku-kamu dong ke Candra, ntar dia ge-er lagi sama lo. Gue cemburu, nih." Rengek Dito, membuat Allesya dan yang lainnya bergidik.

"Iya, Sya, mending lo ngomongnya gue-lo aja biar kelihatannya akrab," sahut William, dan hanya dijawab dengan anggukan kepala.

"Lo disini tinggal sama siapa, Sya?" tanya Bima.

"Sendiri." jawab Allesya.

Singkat, padat, jelas, dan mudah dimengerti.

"Hah? Masa, sih?" sahut Dito dengan mulut penuh, hingga makanan yang berada di mulutnya muncrat dam membuat semua orang jijik.

"Iya, gue tinggal di apartement sendiri," jawab Allesya dengan santai, tidak ada nada dingin disana.

"Terus keluarga lo kemana?" Tanya Candra kepada Allesya, dan pertanyaan itu membuat Allesya tercenung dan memilih untuk bungkam.

ALLESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang