11. Rest

1.5K 77 8
                                    

Hallo everyone:v
Back to my story, ngehehe
Kalo ada typo ato apa komentar ya, nanti aku benerin. Tapi komen nya kalo bisa jangan pas ada salah:v

#pemaksaan_hiks

Happy Reading❤

***

Agil selalu membuntuti kemana Allesya pergi. Maka tidak heran jika ia selalu tahu apa yang dilakukan Allesya. Ia sempat tidak percaya jika Rangga--orang yang berkelahi dengannya demi Allesya-- adalah mantan Allesya. Ya. Agil mendengar semua yang dikatakan oleh mereka.

Kini Agil berada di rooftop sekolah. Ia menghela nafas berat. Entah apa beban yang dipikirkannya.

“Buat apa coba si Rangga datang kesini! Dasar gak tahu diri!” monolog Allesya dengan jelas.

Agil dapat mendengar suara itu, ia juga mengenali pemilik suara serak basah itu . Mendengar semua omongan Allesya membuat Agil menemuinya.

“Berasa ada yang ngomong tapi gak ada yang nyahut, ya?” ucap Agil seraya mendongak keatas.

Allesya hanya menatap Agil dengan muka andalannya. Flat. Membosankan!

“Lo ngapain di sini?” tanya Allesya.

“Ya, suka-suka gue lah.” ucap Agil enteng.

“Alesan.” ketus Allesya.

“Terserah.” sinis Agil.

Setelah itu hening. Benar-benar hening. Di kehidupan biasanya jika ada orang yang dingin dan irit bicara maka akan dipertemukan dengan orang yang supel dan cerewet. Saling melengkapi. Tapi jika ketika manusia es dipertemukan dengan manusia es dimana mereka sama-sama hemat bicara, dimana letak saling melengkapi nya?

Ah sudahlah, tidak penting.

“Alle..” panggil Agil.

“Hm,”

“Yang kemarin itu siapa?”

“Kemarin yang mana?”

“Gak jadi.”

Allesya hanya mengendikkan bahunya pertanda dia tidak perduli dengan apa yang diomongkan Agil. Agil sendiri juga masih ingin menanyakan hal itu, tetapi ia paham pasti gadis itu tidak akan menjawab dengan jujur.

“Ayo ke kelas!” ajak Agil dengan dingin.

“Males.”

“Bel masuk udah 5 menit.”

“Bodo.”

“Kenapa sih males aja lo!”

“Sejak kapan situ pengen tau urusan orang, hah?”

Agil bungkam dengan perkataan Allesya. Satu kalimat namun memiliki pesan yang tersirat. Ya, Allesya tidak suka jika ada orang yang mengaturnya. Ia ingin bebas.

“Terserah!” ucap Agil yang kemudian meninggalkan Allesya sendirian.

Sepeninggal Agil, Allesya tetap berada ditempat. Ia masih saja memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan. Ia menyumpal telinganya dengan earphone . Derap langkah memenuhi rooftop. Seseorang dengan lancangnya menarik earphone sebelah kanan Allesya. Membuat sang empunya berdecak tak suka.

“Lo kenapa di sini?”

“Bukan urusan lo.” ketus Allesya.

“Ini udah pelajaran loh, kenapa lo masih di sini?”

ALLESYAWhere stories live. Discover now