10. Dia...Datang!

1.5K 79 15
                                    

Author POV

Sudah satu minggu lamanya Allesya tidak bertegur sapa dengan Illa. Selama itu juga Allesya semakin dekat dengan Mira. Tapi Allesya tidak ambil pusing. Toh, dia juga lagi malas untuk berbicara banyak, sejak hari itu.

Kini Allesya berada di perpustakaan. Sendirian. Ia mencoba meraih buku yang berada di rak paling atas. Tapi dia tidak sampai.

“Ini buku yang lo pengen?” Tanya seseorang mengambilkan buku yang diinginkan Allesya. Allesya hanya mengangguk.

“Ini, gue ambilin,” ucap orang itu lagi sembari tersenyum.

“Lo yang katanya murid baru?”

Allesya hanya mengangguk untuk menanggapi. Ia ke perpustakaan ingin menenangkan diri. Tapi kenapa malah bertemu dengan orang ini?

“Nama gue Divalfi Cadinar.”

“Gak tanya,” ucap Allesya acuh tak acuh.

Dival hanya tersenyum mendengar tanggapan Allesya. “Panggil Dival aja,” sambungnya.

“Ngerasa banget kalau gue bakal manggil lo?” Ucap Allesya sinis.

“Gue kelas 12 Teknik Pemesinan 1.” Ucapnya lagi tak memperdulikan ucapan Allesya. Setelah mengucapkan itu, Dival segera keluar dari perpustakaan.

“Sok kenal banget,” gumam Allesya sinis sembari mengangkat bahunya.

Sepeninggal Dival, Allesya segera membaca buku yang diambilkan oleh Dival. Tetapi ia tidak dapat memahami bacaan karena ia sibuk memikirkan kejadian seminggu yang lalu, dimana ketika Agil bertengkar dengan seseorang yang membela Allesya.

Bagaimana bisa dia berada di sini?. Batin Allesya.

Allesya dibuat berpikir keras lantaran dia yang sekolah di sini. Entah ini karena faktor ketidak sengajaan atau memang di sengaja.

“Hai, Esya..” Ucap seseorang yang membuat Allesya meringis karena terkejut.

Allesya segera mendongak, dia tidak membalas sapaan itu melainkan ia mendengus tak suka. Ia benci mendengar nama panggilan itu.

“Emm, aku boleh duduk disamping kamu?”

“Hmm,”

“Esya?”

“...”

“Aku mau minta maaf,”

“...”

“Buat yang dulu, Esya..”

“Sudahlah jangan dibahas. Aku juga sudah melupakan itu semua.”

“Baiklah,”

Hening. Keadaan mulai terasa awkward . Allesya jengah, ia ingin sekali ke kelas tetapi ia juga membutuhkan ketenangan.

“Ehmm, Esya,”

“Eh, kamu..”

Ucap mereka bersamaan. Hal itu membuat Allesya kikuk dan berkata, “Kamu dulu.”

“Gak usah. Kamu dulu aja.”

“Yaudah.” Memang pada dasarnya Allesya tidak suka berdebat, maka ia langsung saja ingin bertanya.

“Kamu sekolah di sini?” Tanya Allesya.

“Iya,”

“Kelas apa?”

“11 Listrik 2,”

“Kenapa kok pindah di sini?”

“Aku ingin menyusulmu. Aku merasa bersalah karena telah mencampakkanmu waktu dulu,” ucapnya penuh penyesalan.

ALLESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang