36. Salma dan Allesya

772 40 3
                                    

Pagi yang cerah membuat Allesya bersemangat untuk bekerja. Ia sudah memoles dirinya dengan cantik dan wangi.

“Dit, jemput gue, ya. Males bawa mobil sendiri,” ucap Allesya ketika telepon sudah tersambung dengan Dito.

Belum sempat Dito menjawab, Allesya sudah mematikan teleponnya. Memang sudah kebiasaan gadis itu yang suka seenaknya.

Allesya menaruh sandwich di kotak bekal yang baru dibuatnya. Ia sudah sarapan. Namun, bekal tersebut akan diberikan kepada Dito. Karena gadis itu sudah paham jika Dito tidak pernah sarapan.

Allesya mengerutkan alisnya ketika ponselnya berdering. Dengan segera ia membaca nama si penelepon. “Agil?”

“Halo?” Allesya menyapa dengan datar sembari memakai sepatunya.

“Turun!” Agil menjawab tak kalah datar pula.

Allesya segera keluar dari apartemennya membawa tas dan bekal.

“Ada perlu apa?”

“Berangkat bareng gue.”

Dengan segera gadis cantik itu mematikan panggilan Agil. Ia segera masuk kedalam lift dan memencet nomor 1.

Didalam lift, Allesya berpikir untuk apa Agil mengajak berangkat bersama? Terakhir kali berangkat bersama adalah kelas dua SMK, sebelum semuanya terbongkar.

Namun, daripada memikirkan hal yang tidak pasti, gadis manis itu segera menuruti Agil untuk mengobati rasa penasarannya.

Mobil Agil sudah terparkir di depan basement. Allesya melihat dari kejauhan bahwa Agil tidak sendirian. Melainkan dengan tunangannya.

Tidak, tidak.

Allesya tidak akan berangkat bersama saudara tirinya. Ia tidak ingin menjadi melankolis lagi di pagi hari.

“Oh ... jadi ini rencana dia? Cih.” Allesya berdecih sinis. “Jangan ngarep gue bakal berangkat sama lo,” imbuhnya.

Allesya bergumam sembari melihat kaca spion Agil yang mana disana mereka saling beradu tatap. Gadis yang menatap dengan kesal, dan juga lelaki yang menatap dengan datar.

Piim!

“Eh, ayam ayam.” Allesya berjengit dari posisinya. Ia terkejut dengan suara klakson mobil yang nyaring.

Mobil siapa? Mobil Dito.

Dito segera keluar dari mobilnya dan tertawa terbahak-bahak.

“BUAHAHAHAHAHAHAHA! AYAM-AYAM! HAHAHAHA.” Dito memegangi perutnya yang terasa nyeri.

“Lo punya masalah apa sama ayam? Gue yang ngagetin lo, ayam yang disalahin. Hahaha, goblok.” Dito tak henti meledek Allesya dengan mukanya yang terlihat tampan itu meskipun tertawa dengan mulut yang terbuka lebar.

Allesya mencebikkan bibirnya dengan kesal. Ia menimpuk Dito dengan kotak bekal yang ada ditangannya.

“Aww! Sakit, bego.”

“Sebel gue.”

“Sama siapa?”

“SAMA ELO, TOLOL!”

Allesya mendelikkan matanya dengan raut wajah yang masam. Bagi mereka, saling mengumpat dan melempar sumpah serapah adalah hal yang biasa.

Hal yang tidak pernah di temukan Allesya pada diri Agil. Lelaki itu terlalu manis dan memanjakannya, sehingga ia mudah terbuai dengan kata-katanya.

Dito masih meringis dan terkekeh, “Baperan amat sih, Bu.”

“Gimana gue gak sebel, lihat mobil didepan lo itu!”

ALLESYAWhere stories live. Discover now