26.SHE IS MINE

553 24 6
                                    

"Ghal,Dian mana? Kalo tuh cowok ngapa-ngapain Dian gimana bego lo tau sendiri kan katanya tuh cowok mabuk" Revan menarik lengan jaket Ghali nafas cowok itu tidak beraturan di saat seperti ini entah apa yang membuat Revan menjadi bersikap dewasa.

"Bukan urusan gue lagian dia gak mau pulang" Ghali bersandar di kap mobil sambil memijit keningnya. Ia ingin cepat-cepat pulang hanya saja ia harus menunggu Dion. Tak lama Dion datang bersama Ara penampilan cewek itu sangat kacau,rambutnya awut-awutan Dion melepas jaketnya dan memakaikannya pada Ara yang hanya memakai kaos tipis.

"Dian mana?" Ghali memalingkan wajahnya.

"Dia masih diatas"

"Dia gak mau pulang?"Revan menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari melirik Ghali yang hanya diam.

"Bego lo berdua. Ra,lo nunggu di mobil aja yah" Ara menganguk dan melepas gengamannya pada tangan Dion.

Dion memencet bel apartemen Raihan dengan sesekali mengumpat Dian benar-benar keterlaluan.

Pintu apartemen Raihan terbuka Dion menarik tangan adiknya itu dan mencekramnya kuat-kuat.

"Ngapain disini?"

"Raihan sakit" Dian menunduk menatap pergelangan tangannya yang sudah memerah.

"Ini udah malam lo juga udah bohong ke Ghali. Lo udah keterlaluan sekarang ayo pulang" Dion dengan kasar menyeret Dian hingga ke luar apartemen Raihan cewek itu dengan sekuat tenaga melepas cekraman Dion dari tangganya.

"Gak aku mau nemenin Raihan dia sakit"

"Kamu pulang aja Di, aku gak papa" Raihan muncul sembari memegangi kelapalanya.

"Gak" Dian menggeleng ia tidak mau meninggalkan Raihan.

"Aku gak papa kamu pulang"

"Fine aku pulang" Dian melepas jaket Raihan dan langsung memberikannya pada cowok itu Dian berlalu pergi dengan kesal Raihan tidak mengerti dengan perasaannya ia terlalu takut cowok itu kenapa-kenapa.

"Sorry gue lo jadi repot"

"Gak masalah. Cepat sembuh gue balik dulu"

Dion memandang tidak percaya adiknya yang satu itu.

"Ayo naik" Dion menarik tangan adiknya yang hanya berdiri di depan mobil tatapannya tertuju pada Ghali yang hanya menatapnya datar.

"Gue bawa mobil sendiri"

"Ghali,sana"

"Lo aja,Van" Ghali baru saja ingin masuk tapi lengan jaketnya ditarik.

"Ghali" Ghali diam-diam mengumpat memandang sekitarnya tanpa sepatah kata cowok itu menarik tangan Dian.
Ghali mendorong Dian masuk ke dalam mobil yang kuncinya ia ambil di tangan Dian. Ghali masuk cowok itu menaikkan kaca jendela yang terbuka dan mendekat ke Dian.

"Lo tau gue pengen banget gantiin posisi Raihan" desis Ghali. Dian menunduk tidak tahu harus berbuat apa.

Selama perjalanan tidak ada percakapan diantara mereka. Dian melirik Ghali yang fokus menyetir wajah cowok itu sangat datar.

Dian meremas jarinya ketika Ghali lebih dulu turun dari mobil cowok itu menghampiri Dion.

"Gue gak jadi nginap" Ghali melangkah pelan ke tempat motornya terparkir dan memasang helm.

"Ghali" cicit Dian.

"Apa?"

"Ghal---"

"Gue mau pulang" Ghali segera melajukan motornya keluar dari halaman rumah Dian.
Dion menarik pelan tangan Ara ia masih kesal pada Dian.

"Bidadari masuk yuk" ajak Revan,disini siapa sebenarnya yang punya rumah?.

"Soal Ghali marahnya gak bakal lama kok. Ayo masuk disini dingin" Dian menganguk pelan disini memang dingin apalagi sekarang ia hanya menggunakan tank top.

Di ruang tamu ada Ara dan Dion yang duduk di sofa. Wajah Ara lebam sepertinya bekas tamparan

"Kak Ara kenapa?" Ara menggeleng dan tersenyum pada Dian.

"Raihan sakit apa?"

"Demam,gue ke atas dulu yah kalo butuh sesuatu ke kamar gue aja" Ara menganguk.

"Dian,Abang masih marah sama kamu"

"Terserah, gue juga pengen bebas gak dikekang mulu sama lo. Selama ini gue udah turutin apa mau lo gue cuman mau ngejagain Raihan tapi lo dateng marah-marah" Bentak Dian.

"Gue marah karena gue sayang dan peduli sama lo ngerti gak sih?" Dian berlari ke kamar membanting pintu dengan kencang.

She Is MineWhere stories live. Discover now