24.SHE IS MINE

605 21 0
                                    

Ghali bersandar di kap mobilnya sambil memainkan ponselnya. Ia mengalihkan padangannya ke arah datangnya bunyi deru motor. Tangannya terkepal memandang kedua orang itu.

"Mampir dulu,Han"

"Gak deh,Gue udah ditungguin"

"Yaudah,hati-hati" Raihan menganguk sembari tersenyum, cowok itu menatap Ghali sejenak dengan pandangan yang sulit diartikan kemudian menutup kaca helm dan melajukan motornya.

Dian melangkah masuk setelah menutup pagar, hari ini Pak Tejo tidak ada,beliau menggantikan supir pribadi Papanya yang sedang sakit.
Dian mengerutkan keningnya melihat mobil hitam terparkir di halaman rumahnya.

Di sana berdiri Ghali dengan jaket hitamnya,memandangnya tanpa ekspresi membuat Dian jadi kikuk karena kembali mengingat kejadian di rooftop kemarin dengan langkah pelan ia mendekati Ghali yang masih belum mengalihkan pandangannya.

"He-hey, ngapain di sini? "Dian mengutuk dirinya yang tiba-tiba gugup. Ghali diam cowok itu memalingkan wajahnya memasang wajah cemberut dan sialnya membuat Dian gemas.

"Ghali" Masih tidak ada sahutan cowok itu tetap enggan menatap Dian.

"Ali" Dian mengubah gaya bicaranya selembut mungkin dan berhasil. Ghali menoleh meski dengan wajah tidak ikhlas.

"Kenapa?" Ghali menulihkan telinganya cowok itu menatap layar ponselnya mengabaikan Dian karena kesal Dian berbalik berjalan masuk ke dalam rumah tapi tangannya di cekal.

"Jadi pacar gue mau?"

****
SMA Merah putih di hebohkan dengan postikan di akun media sosial Ghali. Foto itu tersebar lewat grup chat bahkan foto itu sudah tersebar ke sekolah lain,bukannya apa Ghali memposting foto Dian yang menatap ke arah kamera dengan wajah datarnya dengan caption bertulis Mine yang semakin memperkuat pernyataan itu.

"Ehh,Ghal kok lo nembaknya gak bilang-bilang sih katanya mau minta bantuan kita. Gue kan mau masukin chanel you tube gue"

"Kelamaan muak gue liat murid pindahan itu deket terus sama Dian" sebenarnya rencananya Ghali akan menembak Dian nanti sore dibantu kedua sahabat laknatnya tetapi semalam setelah melihat Dian dan Raihan yang entah dari mana membuat hatinya panas.

"Terus lo kira dengan lo pacaran sama adek gue dia bakalan jauhin Raihan? Gak kali. Pernah gue kira mereka pacaran soalnya deket banget bahkan hampir tiap hari mereka keluar bareng"

"Lo ngebiarin aja? "

"Iya, anaknya baik juga Punya hobi yang sama dengan gue bahkan dia pernah ngasih gue robot Gundam yang harganya 10 JT udah lama jadi incaran gue tapi bokap gak mau ngasih sebelum gue berhenti bolos yah lo tau sendiri lah gue paling gak bisa jauh-jauh sama yang namanya bolos"

"Nyogok?" wajah Ghali berubah masam. Ia tiba-tiba tidak berselerah memakan pesanannya melihat Dion sangat membangga-banggakan Raihan.

"Gak. Robot itu dari Bokapnya tapi dia gak suka robot model kayak gitu karna tau gue juga suka robot dia kasih ke gue"

"Lo mau tau gak? Mantan Dian yang pernah gue ceritain dulu? "

"Si burung Dorak?"

"Namanya Dero. Dia itu sodara sama Raihan"

Uhhuk

Ghali tersedak kuah baksonya. Nyatanya yang menjadi saingannya sekarang adalah Kakak beradik meskipun dia sudah resmi menjalin hubungan dengan Dian bukan berarti kan suatu saat jika ia mempunyai masalah dengan Dian cewek itu akan memilih diantara dua cowok bersaudara itu. Kadang takdir memang selucu itu.

****

Raihan dan anak Last wolf lainnya berkumpul di tepi lapangan. Jam istirahat banyak siswi yang berlalu lalang menjadi bahan godaan Mereka kecuali Raihan dan Raka yang memang tidak tertarik.

"Ehh,Bu bos beneran pacaran sama ketos itu? " Raihan menegakkan badannya yang semula bersandar di salah satu tiang, yang dimaksud Gandi bukan Dian kan?

"Ya,jujur aja nih gue gak suka suka banget sama tuh ketos" Raihan mencoba tenang meski kini pikirannya kalut takut hal itu benar-benar terjadi.

"Sama. Nanti dia ngambil semua perhatian Bos dari kita. Lo tau lah gue sayang banget sama dia orangnya baik sih suka masakin kita"

"Kita semua juga sayang kali sama dia kecuali Itu sayangnya beda" Gandi menunjuk Raihan dengan dagunya dan tertawa. Kini jelas sudah yang mereka maksud memang Dian,matanya berkaca-kaca sedetik kemudian ia berdiri dan berlalu pergi.

"Loh sih,Raihan marah bego" Zico menjitak kepala Gandi. Raka yang memang belum lama mengenal Raihan menghendikan bahunya acuh, lebih baik ia menemui sang pujaan hati. Raka bucin!

Raihan mengepalkan tangannya menahan gejolak yang kian menyiksa.
Ia berdiri di depan pintu kantin tidak peduli jika ia mengahalangi orang yang akan masuk. Pikirannya kini hanya tertuju pada Dian. Matanya menatap ke arah dua orang yang sedang makan berdua. Tidak, hanya cewek itu sedangkan cowok itu menopang dagunya sembari melihat ke arah Dian. Yah cewek itu Dian dan cowoknya adalah Ghali,tidak bisa ia tahan lagi sesuatu itu memaksa untuk keluar,hatinya benar-benar remuk serasa ditusuk oleh ribuan jarum karena tidak tahan ia segera melesat ke kelas mengambil tasnya dan berjalan dengan langkah tergesah-gesah ke tembok belakang ia akan pulang,untungnya hari ini motornya diparkir di samping sekolah lebih tepatnya di sebuah warung kecil.

Tanpa membutuhkan waktu yang lama Raihan sudah sampai di apartemennya. Membuang asal tasnya ke lantai entalah mungkin ponselnya kini sudah tidak berbentuk. Ia bersandar di dinding kamarnya yang gelap karena gorden yang tertutup hampir seminggu ia tidak tinggal disini mungkin beberapa hari atau bahkan minggu ia akan tinggal disini lagi yang Raihan butuhkan sekarang adalah sendiri ia tidak mau digangu siapapun. Tangannya meraih selembar foto yang selalu ia letakkan di bawah bantalnya.
Cowok itu tersenyum kecut nyatanya semua yang ia lakukan tidak cukup untuk membuat Dian tahu tentang perasaannya seharusnya dari dulu ia menyatakannya tidak menjadi pengecut seperti ini.

****
Dian berpapasan dengan Zico dan Raka di koridor. Cewek itu Memanggil Zico dengan senyum lebar jauh sekali dengan sifat Dian biasanya ternyata Ghali cukup berpengaruh.

"Ada perlu apa, Bu bos? "

"Udah gue bilang jangan panggil gue kek gitu" Dian mendengus.

"Maaf udah kebiasaan"

"Raihan mana? Kok gak bareng kalian?"

"Tadi bareng cuman dia tiba-tiba pergi kata anak-anak tadi dia ke kelas ngambil tas terus pergi gitu aja" Zico tahu jelas apa penyebabnya karena ia dan Raihan cukup dekat. Hanya saja ia tidak mau mengatakannya biarkan saja Raihan yang mengatakannya sendiri ia tidak perlu ikut campur.

"Nanti kalo ketemu bilang gue mau cerita" Dian tersenyum cerah dan melengang pergi.

"Andai lo tau Raihan mungkin gak suka dengan apa yang akan lo bilang itu" Tadi saat di kantin Raka tidak sengaja melihat Raihan berdiri di pintu kantin baru saja ia ingin memanggilnya cowok itu sudah pergi setelah menatap ke arah meja paling pojok disitu Raka bisa menyimpulkan apa yang sedang terjadi.

****

Sudah tiga jam Raihan duduk menatap foto Dian. Berharap sakit dihatinya menghilang tetapi semakin lama perasaan itu semakin menyiksanya. Ia takut semua perhatian Dian hanya tertuju pada Ghali seperti yang dikatakan Gandi tadi bahkan lebih dari itu sungguh ia tidak sanggup harus kehilangan Dian.
Ia meremas foto itu dan melemparnya di sudut ruangan. Raihan menyambar jaketnya, satu tempat tujuannya sekarang club.

She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang