23.SHE IS MINE

523 28 0
                                    

Dian membaca pesan dari Dion berulang-ulang. Dion menyuruhnya ke rooftop. Biasanya cowok itu akan memarahinya jika ia membolos pelajaran padahal cowok itu sendiri suka membolos. dasar tidak tahu diri! Dian tersenyum senang, sejak tadi ia tidak berhenti menguap karena bosan mendengar penjelasan Ibu Risna yang sudah beliau jelaskan minggu lalu meski sudah diingatkan bahwa materi itu sebelumnya sudah di jelaskan guru itu tetap bersikeras menjelaskan ulang materi itu.
Tanpa membalas pesan Dion, ia melangkah ke depan kelas dan meminta izin untuk ke toilet.

Tiba di rooftop ia mengedarkan pandangannya. Hanya ada satu orang di sana yang sedang duduk di lantai dengan menyandarkan punggungnya di pembatas. Cowok itu bukan Dion melainkan Ghali. Dian mendengus kesal ia di bohongi oleh Dion atau rooftop yang di maksud Kakaknya itu bagian kelas XI rasanya tidak mungkin. Itu tempat nongkrong Ziro dan teman-temannya sekaligus tempat yang ia datangi tadi. Dian memilih mengacuhkan keberadaan Ghali dan lebih memilih untuk pergi tapi tak lama setelah ia berbalik ia merasakan tangannya di tarik ke belakang.

"Apa? " sentak Dian ia menarik tangannya dengan kasar. Ia sudah tahu pasti ini semua akal-akalan Dion.

"Gue mau ngomong"

"Gak, gue mau pergi"

"Bentar aja"

"Gue bilang enggak ya enggak" Dian menjauhkan tubunya dari Ghali. Cowok itu terus maju, punggungnya sudah membentur tembok tapi cowok itu sama sekali tidak berhenti. Ghali mengurungnya dengan kedua tangannya. Cowok itu menundukan sedikit kepalanya,jarak mereka sangat dekat jika ada yang melihat mungkin mereka sudah mengira jika mereka berbuat sesuatu nyatanya tidak. Dian merasakan hembusan nafas Ghali yang berbau mint menerpa wajahnya karena tidak tahan dengan jarak yang bisa di katakan begitu dekat Dian mencoba mendorong Ghali menggunakan kedua tangannya jangankan menyikir bergerak saja tidak.

"Kenapa hmm?"

"Gue mau pergi"

"Sayangnya gue gak mau lo pergi" Dian mencoba mencerna apa yang di lakukan cowok itu. Ghali melepaskan sebelah tangannya cowok itu mengusap bibir Dian.

"Bibir lo bagus sayang suka ngisap rokok"

"Maksud lo apa? " Dian menyingkirkan tangan Ghali dari bibirnya.

"Gue tau lo ngerokok tadi di rooftop kelas XI"

"Terus masalahnya buat lo apa? Lo gak perlu ngurusin hidup gue"

"Gak bisa lo itu penting buat gue"

"Penting buat lo? Ingat apa yang udah lo lakuin lo udah beberapa kali nyakitin gue dan bodohnya gue selalu maafin lo"

"Di,gue benar-benar gak bermaksud nyakitin lo"

"Cih"

"Asal lo tau gue kayak gitu karena gue cemburu. Gue cemburu ngeliat lo deket sama cowok lain. Lo gak pernah peka sama perasaan gue, kemarin gue sengaja banting pintu karna gue pengen lo nanyain keadaan gue tapi apa gak sama sekali" Dian tercekat kerongkongannya terasa tersumbat mendengar penuturan Ghali ternyata selama ini apa yang ia rasakan memang benar jika Ghali mempunyai perasaan lebih padanya tapi setiap pikiran itu datang ia selalau menepisnya jauh-jauh. Nafas Ghali tidak beraturan,cowok itu melepaskan kukungannya dan berbalik menuju pintu. Dian menatap punggung Ghali air matanya jatuh tanpa ia sadari ia berlari mengejar cowok itu dan memeluknya.

"Gue peka sama perasaan lo hiks... gue selalu peka gue cuman takut itu cuman pemikiran gue doang gue gak mau jatuh sendiri tapi nyatanya sekeras apapun gue coba untuk gak jatuh tapi gak bisa gue hiks.." diam-diam Ghali tersenyum. Cowok itu berbalik menangkup wajah Dian dan menghapus air matanya.

"Udah jangan nangis" Ghali memeluk tubuh Dian dan mengusap punggungnya.

"Gue sayang lo. Gue minta maaf soal tadi pagi dan satu lagi jangan buat gue cemburu itu gak enak tau gak"

She Is MineWhere stories live. Discover now