Ugh, apa Travis merasa tidak nyaman dengan ini?

Aku mengedarkan pandanganku, mencoba mencari solusi dari permasalahan ini.

Jujur saja, sebenarnya hanya ada beberapa orang di sini, sekitar sepuluh hingga tiga belasan orang? Tetapi jika hal itu memang membuat Travis tidak nyaman, aku akan melakukan sesuatu untuknya.

"Travis, kau dengar aku?" Ia tidak memberikan balasan apa pun. Namun, aku tetap melanjutkan rencana sepintas yang tiba-tiba saja terlintas di kepalaku.

"Temui aku di ruang indoor olahraga? Bagaimana?" Ia kembali diam, tidak mengatakan apa pun untuk menanggapi ku.

Setelah ini, kesabaranku mungkin akan terlatih dengan begitu sempurna, dan aku akan segera menjadi manusia ter-sabar di dunia.

"Aku tidak akan memaksa mu, tetapi jika kau ingin tetap berbicara denganku, tolong temui aku di ruang indoor olahraga."

Setelah mengatakannya, aku beranjak dari duduk ku, kemudian mulai berjalan meninggalkan taman belakang itu, ketika seseorang menghentikan ku.

"Hai Anne? Apa yang kau lakukan di sini?" Seseorang lagi-lagi menyapa ku, dan lagi-lagi aku tidak mengenalnya.

Apakah dengan mengedarkan pandanganku seperti ini akan membuat ku terlihat begitu berpikir ketika menjawab pertanyaan sederhana orang ini?

Ahh aku tahu!

"Ugh, Hai... aku hanya ingin melihat kondisi taman belakang... kau tahu... beberapa orang mengatakan jika tempat ini memerlukan beberapa perbaikan, dan Ayahku mungkin bisa membantu untuk melakukan itu." Untuk pertama kalinya, aku merasa Ayahku begitu berguna dalam kehidupanku.

Pria itu mengangguk, dan selanjutnya... mungkin... seperti diberi kesempatan untuk berbicara denganku, pria itu bersiap untuk kembali membuka mulutnya, tetapi dengan segera aku menghentikannya.

"Umm, aku harus segera pergi, dahh," ujarku.

Ketika hendak pergi, pandanganku kembali teralih pada kursi tempat dimana Travis duduk sebelumnya. Dan aku sama sekali tidak melihat keberadaannya. Ia sudah pergi dari sini.

Tanpa bisa dicegah, tiba-tiba saja sebuah senyuman lebar muncul di wajah ku. Namun, sedetik kemudian aku menggelengkan kepalaku, tidak... jangan senang dulu, bagaimana jika ia tidak datang ke tempat yang ku minta?

Ugh, Anne... Berhentilah berpikir dan pastikan sendiri keberadaan pria itu.

***

Dia tidak datang.

Dia benar-benar tidak datang.

Dan entah mengapa aku merasa begitu kecewa.

Hari ini... pria yang menempati posisi pertama sebagai seseorang yang ingin ku temui sejak pagi tadi, oh tidak, maksudku semalam, bahkan sejak sepeninggal ku dari rumahnya, sama sekali tidak mengikuti permintaan ku untuk datang ke ruangan ini. Dan menafsirkan semua itu membuat ku percaya jika ia memang tidak ingin berbicara denganku lagi.

Uhm... Ada apa denganmu, Anne? Kau pikir semua orang akan menuruti keinginanmu dengan mudahnya? Begitu? Memang nya kau siapa? Kau hanya seorang gadis yang kebetulan terlahir dari seorang Ayah yang begitu kaya dengan Ibu tiri yang menyebalkan.

Aku bersiap membalikkan tubuhku untuk pergi dari ruangan ini ketika sebuah suara menghentikan ku, sebuah suara yang terdengar seperti ketukan kecil di lantai kayu ruang indoor olahraga itu.

Suara itu terus terdengar, membuat ku mencoba mengikuti arah suaranya. Tidak lama, aku mulai memahami jika suara itu berasal dari bagian bawah tangga yang biasa digunakan untuk area duduk penonton, yang terlihat seperti lorong gelap di bawah tangga. Jika begini, aku jadi teringat akan film IT, dimana seorang gadis ditarik ke bawah lorong tangga untuk selanjutnya disantap oleh badut gila pemangsa anak-anak itu.

Sialan, sepertinya sejak tadi aku memang terlalu banyak berpikir.

Aku kembali mengikuti suara itu. Dan sekarang, aku berdiri tepat di depan lorong tangga, dimana ketika aku melangkahkan kakiku dua langkah saja, maka aku akan masuk ke dalam kegelapan lorong itu.

Ini bukan sebuah kejadian horor bukan?

"Annemarie."

Sialan! Bisikan itu benar-benar mengejutkan ku.... dan.... ternyata Travis yang melakukannya.

"Oh, Travis! Kau mengejutkan ku." Ia hanya memandang ku sejenak, sebelum kemudian kembali berjalan ke sisi gelap bawah tangga.

"Apa yang kau lakukan dengan memilih tempat ini?" Tanyaku sedikit kesal, selain karena pemilihan lorong tangga gelap yang dilakukannya ini, juga karena diriku yang sama sekali tidak bisa melihat ekspresi wajahnya sekarang.

"Kau meminta ku untuk datang kemari," ucapnya dengan nada datar.

Aku dapat menangkap jika perkataannya itu memiliki arti bahwa kau lah (Annimare) yang memilih tempat ini, bukan aku. Eh, ada apa denganmu Anne? Bukannya memang begitu kenyataannya? Dan kau tidak bisa mengelaknya.

"Karena jika aku tidak datang, aku tidak akan bisa berbicara denganmu lagi."

Dia benar-benar mengambil hati untuk semua perkataan yang didengar olehnya.

"Oh, aku tidak sungguh-sungguh akan itu, aku hanya begitu ingin bertemu denganmu sekarang." Aku tidak terlihat sedang mempermainkan nya bukan?

"Maafkan aku Travis, jika aku tidak melakukan itu, kau tidak akan datang kemari bukan?"

Menyebalkan. Sepertinya mulai saat ini aku akan begitu membenci kegelapan. Tujuan dari pertemuan ini bukan hanya untuk berbicara dengan Travis, tetapi juga untuk memandangi paras tampan dengan ekspresi tak tertebaknya itu. Namun, sekarang... kegelapan membuat semuanya gagal.

"Hei, ngomong-ngomong mengapa kau memilih untuk duduk di tempat gelap ini?" Aku mencoba mencairkan suasana dengan mengalihkan pembicaraan.

Dia tidak menjawab, dan aku tidak bisa melihat wajahnya hingga membuat ku mulai merasa frustasi.

Aku perlu melihat wajahnya, lalu bagaimana aku bisa melakukannya di kegelapan seperti ini?

Ahh sebuah ponsel!

Aku bersiap untuk mengambil ponselku dan menyalakannya ketika tangannya sudah lebih dulu mencegahku.

"Seseorang datang ke sini."

Aku mengedarkan pandanganku untuk membuktikan perkataannya, tetapi tidak ada seorang pun di sini.

"Mereka berciuman."

Apa Travis sespesial itu hingga ia bisa merasakan hal-hal lain yang terjadi di luar alam manusia?

"Mereka akan kembali datang."

Aku menatapnya kebingungan. Apa karena ketakutan nya terhadap krumunan membuatnya seperti ini?

"Travis apa yang-"

Krekk~

Suara pintu yang terbuka terdengar. Seorang pria tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang indoor olahraga ini. Sebenarnya, ia tidak benar-benar masuk karena ia hanya berdiri di depan pintu masuk ruangan itu.

"Travis-"

"Ssst." Travis meminta ku untuk diam, dan aku menurutinya.

Beberapa saat kemudian seseorang datang. Yang membuat ku begitu terkejut adalah... seseorang itu merupakan seorang gadis yang begitu ku kenal... Dia Jessie, teman satu tim cheers ku.

Apa yang dilakukannya di sini?

Setelahnya hal yang lebih mengejutkan terjadi. Kedua orang itu saling merengkuh dan mencium, membuat tubuhku seketika itu juga membeku, sementara aku tidak tahu apa yang terjadi pada Travis sekarang.

Hal ini membuat ku begitu gila. Begini kah cara Travis menemukan ku berciuman dengan Steve saat itu?

"Menjijikkan."

Dan satu kata yang keluar dari mulut Travis itu membuat mataku melebar.

***



Menebus rasa bersalah dengan up cepet wkwk~

Gimana ceritanya? Makin alay kah? Kasih saran dan komentar ya! Jangan lupa votenya juga ;)

Travis Mason [END]Where stories live. Discover now