Jujur saja, aku memang tidak sering menerapkan make up di wajahku. Bisanya aku tetap menerapkannya, tetapi aku akan melakukannya dengan sangat sederhana, seperti hanya menggunakan bedak dan lip gloss. Dan sekarang, aku memberi sedikit sentuhan rona di wajahku, juga goresan eyeliner di kelopak mataku.

Sudah ku katakan, aku ingin terlihat baik di hadapan Travis.

"Jangan bertingkah seolah kau memperhatikanku," balasku dingin.

Dia berbicara seolah selalu memperhatikan ku saja. Aku memutar mata kesal. Dia... Dia adalah satu-satunya pembuat masalah di rumah ini. Ia tahu betul jika aku begitu membencinya, dan ia terus saja tidak berhenti untuk berpura-pura peduli padaku. Membuatku merasa begitu muak dibuatnya.

"Annemarie?!" Jika Ayah sudah berteriak seperti ini, aku tahu bagaimana posisiku sekarang.

Aku selalu kalah dari Crystal.

"Sayang."

Cih.

Aku tidak menghiraukan panggilannya. Dengan begitu saja aku berlalu pergi meninggalkan mereka dan drama yang terjadi di antara mereka. Aku tahu, drama pagi ini akan berakhir dengan Crystal yang bertingkah seolah ia korbannya.

Kali ini ia kembali bertingkah dengan memintaku untuk sarapan bersama. Namun, siapa yang peduli jika ia yang memintanya.

***

Aku membuka lokerku, kemudian mengambil beberapa buku untuk jadwal kelasku hari ini.

Sayang sekali, tetapi hari ini aku tidak memiliki satu jadwal kelas pun yang sama dengan Travis. Memiliki jadwal yang sama dengan Travis saja sudah membuatku begitu kewalahan untuk bisa menemukannya, lalu.... bagaimana jika aku sama sekali tidak memiliki kelas yang sama dengannya?

Brakk!

Seseorang tiba-tiba saja menutup pintu lokerku dengan kasar. Aku tentu bisa menebak siapa yang melakukan hal ini.

Membalikkan tubuh, aku menemukan Steve, yang sekarang mengunci tubuhku dengan kedua lengannya yang diletakkan di kedua sisi samping wajahku.

Melirik ke sekitaran, aku dapat menemukan beberapa teman-temannya yang berdiri di sana. Dasar pengikut, mereka sama sekali tidak terlihat seperti teman untuknya. Mereka lebih terlihat seperti budaknya, di mataku.

"Apa kemarin mobilmu bermasalah?" Aku tahu arah pembicaraan apa yang akan dibawanya kali ini, tetapi aku memilih diam dan tidak menanggapinya.

"Kau tidak ingin menjawabnya." Entah pertanyaan atau perkataan yang terucap dari bibirnya itu, tetapi aku sama sekali tidak memedulikannya.

Ugh, aku tidak mengerti bagaimana setelah sekian lama aku mengenalnya, aku sama sekali tidak menyadari sifat asli pria ini sebelumnya. Ini semua mungkin karena kepandaiannya dalam bersandiwara.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menjawabnya."

Ia tersenyum menyeringai. Senyuman yang begitu ku benci darinya.

"Ya, mobilmu sepertinya bermasalah karena kemarin aku mengempiskan seluruh bannya, bagaimana menurutmu?"

Pria gila. Steve adalah pria gila. Dia mengempiskan ban mobilku dengan sengaja? Untuk apa ia melakukannya?

Aku tidak membalasnya, aku hanya memberinya pandangan kesal.

"Sayang, jangan seperti itu," ia menyentuhkan jarinya pada wajahku, membuatku seketika itu juga memalingkan kepala.

"Hentikan Steve," ujar ku tenang.

Akhir-akhir ini aku belajar, bagaimana seharusnya aku tidak membuang-buang waktu dan tenaga ku untuk orang-orang tidak berguna seperti ini.

"Kau bilang hentikan? Hentikan ketika aku sudah menunggumu cukup lama dan kau tidak segera muncul? Ada apa denganmu?" Ujarnya sedikit berteriak.

Ia memulainya kembali... Marah-marah tidak jelas dan merajuk seperti anak kecil.

Dan aku begitu membencinya.

Kami sudah tidak memiliki hubungan apa pun, untuk apa ia terus saja melakukan ini padaku?

"Temui aku siang ini di jam makan siang," kali ini ia berujar dengan tenang.

Siapa dia berani memerintah ku?

"Aku tidak mau," tolakku. Aku berusaha mendorongnya pergi, tetapi ia kembali menekan punggungku ke loker.

"Sayang... Anne."

Kringgg!

Syukurlah, bunyi bel menyelamatkanku. Aku tidak tahu sejak kapan bunyi bel masuk terasa begitu menyenangkan di telingaku, mungkin sejak sekarang?

Aku segera menutup pintu lokerku, kemudian berjalan pergi meninggalkannya, meninggalkan ketidak bergunaan seperti dirinya.

"Ku ingatkan padamu, jangan lupa untuk menemui ku pada makan siang kali ini," ia kembali berteriak, dan
aku kembali tidak menggubrisnya.

Aku berlalu begitu saja dan pergi meninggalkannya.

***

Travis Mason [END]Where stories live. Discover now