16

1K 73 0
                                    

Sudah seminggu semenjak kepergiannya ke Seoul dan belum kembali. Sepertinya pekerjaannya cukup sulit disana. Aku hanya menunggu dan menunggu. "sedang apa kamu?" tanya Yuta bingung, "ahh, Oppa. Dua minggu lagi ulang tahun Yuno, jadi aku berniat membuatnya rajutan." Kataku sambil melanjutkan rajutanku. Yuta Oppa tersenyum, "benar-benar calon istri idaman. Aku sangat iri pada Jaehyun." Katanya. Aku hanya tersenyum. "aku cukup bosan, ini sama seperti saat dia meninggalkan ku ke Guanzhou. Itu benar-benar sangat bosan." Aku benar-benar ingin mengungkapkan semua kekesalanku saat aku ditinggal.

"Pernah cari tau gak kenapa kamu bisa disini dan bersama Jaehyun sekarang?" tanya Yuta. Aku memberhentikan rajutanku. Aku pernah sempat berpikir seperti itu. "ah, pernah. Banyak kejanggalan yang aku ragu. Namun aku tidak pernah meragukan siapa Tuanku karena aku hanyalah pembantu." Kataku. Ah pembantu... sejenak aku merasa tidak berguna. Apa yang aku lakukan sekarang? Aku melihat hasil rajutanku, kenapa aku merajut ini? untuk Tuan Jaehyun? Berani-beraninya memberikan bahan kain yang tidak bagus dan berkelas buat Tuan. Dia menepuk pundakku pelan. "Lanjutkan saja, tidak apa-apa" kata Yuta kepadaku.

***

Yang aku ingat hanyalah dimana aku terbangun dari tempat tidurku,

"aku dimana?" tanyaku, tidak ada yang menjawab. Aku masih setengah sadar, kepalaku sakit sekali. "gadis itu sudah bangun?" tanya seorang laki-laki, "sepertinya sudah, tuan." Kata penjaga yang menjagai ku 24 jam. "bawa dia jauh dari sini. Kalau bisa jual saja. Dia sudah tidak berguna lagi." kata laki-laki itu. Aku tidak ingat bentuk mukanya. "baik Tuan Kim." Kata seorang penjaga. Tuan Kim? Dia siapa?

Aku menderita amnesia akut karena benturan keras di kepalaku, disaat itu aku tidak mengingat apapun. Marga Kim adalah marga terbesar di korea, jadi yang bernama Kim pasti banyak sekali. "ayo, ikut aku!" kata penjaga mendobrak pintu dan membawaku pergi, aku terlalu lemah untuk melakukan perlawanan apapun. Tempat dimana aku mengalami kesengsaraan yang luar biasa. Aku dijual oleh entah siapa. "uh wanitanya cantik juga.." kata laki-laki bertubuh gendut dan gila uang itu. "kami tidak menginginkan uangmu. Kami menjualnya ikhlas." Kata pengawas yang membawaku. "HAHAHA, Tuan sangat baik sekali. Aku sangat menghormati Tuan." Kata laki-laki gendut itu. Pandanganku kosong, semua cobaan ini datang bertubi-tubi padaku. Aku dimasukkan dalam ruangan gelap, hanya sedikit cahaya matahari yang masuk lewat jendela. Aku suka sekali memandangnya, dia seperti menembakkan cahaya ke satu sasaran, garisnya lurus. Hanya itu saja hiburan bagiku.

Beberapa bulan aku seperti tahanan, seorang anak kecil masuk dengan tangisan yang menjerit dan memekikkan telingaku. "LEPASIN AKU! AKU TIDAK MAU DISINI! BIARKAN AKU KELUAR!" teriak anak itu. Dia menggigit tangan yang membawa dia masuk kedalam ruanganku dan mencoba untuk kabur, namun usahanya gagal. "JANGAN BANYAK TINGKAH KAMU!" kata penjaga yang membawanya, dia memukul tengkuk leher anak itu sampai pingsan dan menggendongnya masuk kedalam ruanganku. Dia tidak meletakkannya baik-baik, dia menjatuhkannya begitu saja. Aku kaget, aku harus apa? Kalau dia mati bagaimana? Aku takut, aku memeluk kakiku, depresiku kambuh. Jangan mati, Tolong

Dia membuka mata, setelah melewati demam yang lumayan lama. "aku dimana?" dia masih lemah. "dalam ruangan. Tidak ada gunanya melawan." Kataku. Aku tau apa yang akan terjadi kalau kita kabur, aku bukan pesimis ataupun pasrah. Dia duduk, dia kecewa. 'cih!" katanya. Anak laki-laki biasanya memiliki ambisi kuat, dia tidak cepat mau kalah. "aku gak mau disini, aku akan membalasnya suatu saat nanti." Kata anak itu, dia mengepalkan tangannya. Anak ini bukan anak sembarangan. Dia memegang tanganku, "kita akan keluar dari sini! Pasti!" katanya sangat ambisius, tidak pernah aku melihat anak-anak disini seambisius dia.

Mine; Jung JaehyunWhere stories live. Discover now