10

1.6K 102 0
                                    

Aku menggelengkan kepalaku, aku tidak mengingat apapun. Aku tidak punya kakak. Aku menangis kesakitan. "Hyesoo, Oppa sayang sama kamu. Kamu gak boleh bersama Jaehyun, dia jahat. Kamu dengar oppa kan?" kata Doyoung mengelus pipiku bekas tamparannya. "kamu bakal aman disini, sama oppa. Aku pergi ke pelosok-pelosok hanya untuk mencarimu." Katanya dan memelukku. "Oppa benar-benar tidak habis pikir kamu menjadi wanita yang sangat cantik sekarang. Oppa aka melindungimu. Dia jahat, Hyesoo." Katanya mengintimidasiku.dia tidak melepaskan pelukanku. Apa mungkin benar aku punya kakak? Tapi aku benar-benar tidak mengingat apapun.

"Maaf kalau Oppa tidak membawamu kemari dengan baik." Dia mengambil p3k untuk menyembuhkan memarku di tangan dan beberapa bagian tubuhku lainnya. Dia tersenyum, mengelus kepalaku. "Selama kamu disini, anggap aja seperti rumah sendiri. Kalau kamu membutuhkan apapun tinggal bilang Oppa." Kataya mengelusku, aku tidak bereaksi apapun. "mungkin kamu masih kaget sama semua ini. aku memakluminya." Kata Doyoung sambil melipat tangannya memandang kearah lain dan tersenyum. "Oppa senang kamu disini, jangan pernah pergi dari Oppa lagi ya." Kata Doyoung. Dia seseorang yang baik sepertinya, tapi aku masih belum bisa mempercayainya. Aku tidak bisa mempercayai realita kalau aku seorang adik dari rival Jaehyun.

Waktu menunjukan pukul jam 8 malam, "Hyesoo, makan malam bersama yuk." Katanya mengajakku. Makan malam itu sangat hening, suara garpu, sendok dan piring yang saling berdentingan. "bagaimana makanannya? Kurang enak ya?" tersenyum sedih saat menanyakan padaku. "tidak, enak kok." Kataku merunduk. "panggil aku doyoung Oppa." Dia tersenyum. "baguslah kalau makanannya enak, kamu harus makan yang banyak." lanjutnya. Dia sangat hangat.

"sudah malam, kamu tidak tidur?" kata doyoung yang masih melihatku, duduk memandang keluar. "aku masih belum bisa tidur." Kataku. Pikiranku penuh dengan kebingungan akan semua ini. Aku tidak pernah merasakan otakku bekerja sangat keras untuk sesuatu sebelumnya. "oppa?" panggilku, "iya, hyesoo?" dia menjawab. "kalau kamu memang benar kakakku, bisa kau buktikan sesuatu yang berhubungan dengan aku? Karena aku tidak mengingat apapun." Tanyaku. Dia mengarah kan badannya padaku. "Hyesoo, aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Kamu akan tau nanti. Yang jelas, terimalah kenyataanya dulu." Katanya. "tapi, aku.." kataku di potong dengan kecupan hangat di keningku. "istirahatlah, adikku yang cantik." Katanya.

Beberapa hari berlalu, Jaehyun seharusnya sudah sampai Seoul. Kenapa dia tidak mencariku? Dia sudah tidak membutuhkanku? "Hyesoo, kamu memikirkan apa?" tanya Doyoung kepadaku, "ah? Aku tidak memikirkan apapun kok." Kataku dan pipiku merah. Sepertinya dia memiliki kemampuan membaca pikiranku. "jangan pikirkan laki-laki jahat itu, aku tidak mau kamu bersamanya." Kata Doyoung. "iya, oppa." Kataku. "bagaimana kalau kita bersenang-senang?" kata Doyoung. Selama aku disini aku merasakan kehangatan seorang kakak. Mungkin benar aku harus percaya dia dan aku mulai senang menetap disini.

Semua senang yang aku alami sekarang berakhir ketika Doyoung keluar dari rumahnya meninggalkanku sendiri. Cuacanya sedang tidak baik, aku ketakutan. Ada bunyi orang membukakan pintu, aku harus turun. "Oppa..." teriak senangku berubah menjadi kejut. "oh, jadi begini saat mereka menangkapmu. Pantesan kamu gampang di tangkap." Kata Jaehyun dengan muka marahnya melihatku. Dia menarikku. "Jaehyun lepasin, sakit." Kataku, tarikannya benar-benar sakit. "PULANG! INI BUKAN RUMAHMU! KAMU MULAI MEMBANTAHKU?!" dia menamparku dan aku tersungkur jatuh. "siapa yang menyuruh tikus untuk datang dan ikut campur urusanku?" kata Jaehyun, tanpa melihat sekeliling dia tau dimana Doyoung berada. "lepaskan dia! Dia punyaku." Kata Doyoung, dia benar-benar terlihat bengis.

"hah! Punyamu? Yang membelinya aku! AKU! DAN KAU CUMA MENCURINYA DARIKU! YANG PENCURI ITU KAU! SATU TAMPARAN KARENA SUDAH IKUT CAMPUR URUSANKU!" teriak Jaehyun dan menonjok perut Doyoung. Doyoung tidak terima dan menendang kepalanya. Sebuah pertengkaran yang tidak bisa terelakkan. Darah mengalir dari hidung Jaehyun, "HAHAH, sudah lama ku tidak merasakan rasanya seperti ini. semenjak saat itu." Katanya menepis darah dari hidungnya secara kasar. "kau yang membuangnya, sekarang kau ingin mengambil sampahitu kembali. Cukup menjijikan." Kata Jaehyun merendahkan Doyoung. Doyoung bukan tandingannya Jaehyun, dia terlalu lemah. Jaehyun mengambil pisau dari sakunya, "baiklah, sudah main mainnya. Saatnya mati Doyoung!" kata Jaehyun namun tertahan karena bunyi pelatuk yang berbunyi tepat mengarah pada kepala Jaehyun. Jaehyun tersenyum dan tertawa terbahak bahak. "WAHAHA, TIDAK MENYANGKA PENGKHIANAT AKAN DATANG SEPERTI PAHLAWAN."kata Jaehyun, mantan tangan kanan Jaehyun, Johnny yang menangkapku dengan kasar. 

Mine; Jung JaehyunDär berättelser lever. Upptäck nu