11

1.3K 98 1
                                    

Jaehyun membentangkan tangannya, "AYO TEMBAK! APA YANG KAU TUNGGU?!" tantang Jaehyun, dia benar-benar tidak takut. Dia benar-benar seperti iblis. Aku tidak mau melihat darah, tolong aku. DUAR!! Johnny benar-benar mengeluarkan pelurunya, dia tidak takut ancamannya. Siapa yang terkena tembakannya? Aku, iya. Entah badanku maju sendiri. Aku mulai tidak sadarkan diri, aku hanya mendengar Jaehyun memanggil namaku. Itu saja.

Aku membuka mataku. Aku dikamar Jaehyun sekarang. aku mecoba menggapai minuman yang ada di meja samping kasurku

PRANKK! Tidak sengaja aku menjatuhkan air minum nya dan gelasnya pecah. "HYESOO?!" Jaehyun terkejut, takut dah khawatir. Aku melihatnya dengan mata sayup."Bibi! Tolong bersihkan gelas ini." dia tidak tersenyum, dia sangat frustasi. "apa mau mu?" tanyanya benar-benar marah dan frustasi. "AKU SUDAH BILANG UNTUK TIDAK MEMBUKA PINTU. KENAPA KAMU MASIH BUKA PINTU?! MEMANGNYA AKU TIDAK TAHU APA YANG KAMU LAKUKAN?!" dia teriak dan menarik bajuku padaku, itu membuat hatiku sangat sakit. Benar-benar sakit. "DAN MELAKUKAN AKSI HEROIK BODOH?! KAU KIRA AKU AKAN TERHARU MELIHATNYA?!" kata Jaehyun, dia marah padaku.

"Tuan, biar bibi yang jaga nona Hyesoo." Bibi menawarkan dirinya untuk menjagaku, Jaehyun keluar dan membanting pintu kamar. "nona, mau minum ya? Biar bibi bantu." Katanya dengan lembut. "rasanya sakit sekali, dia marah padaku. Dia benar-benar marah bi." Aku sedih mendengarnya, sangat rapuh. "nona, Tuan Jaehyun sangat mengkhawatir kan nona." Kata bibi itu. "yang terpenting nona harus sembuh." Kata bibi. Kalau begini rasanya, aku jadi tidak ingin sembuh.

Keesokan harinya,

Aku terbangun dari lelapku, masih merasa sakit di sekitar tubuhku. BRAK! Jaehyun masuk kedalam kamar dan menarikku keluar dari kamar. "Yuno, sakit... Yuno lepasin!" Dia mendorongku keluar kamar, badanku menabrak tembok, rasanya sakit sekali. Dia membuat semua obat ke mukaku. "Jangan pernah menyentuh kamarku." Katanya benar-benar dingin. Aku menangis di depan kamar Jaehyun. "aku minta maaf Jaehyun." Kataku dan aku kembali kamarku.

Semarah ini dia padaku? Benar saja aku baru menyadari, aku seorang budak dan dia saudagarnya. Aku sudah terlewat batas. Sakitku sudah mulai berkurang, aku kembali bekerja seperti biasanya. Aku memasakkan makanan untuk Jaehyun, menaruhnya di meja seperti biasa.

Dia berjalan keluar tanpa melihat makanannya sama sekali. "Yuno.." panggilku namun taka da jawaban, "maksudku Tuan, tidak ingin sarapan dulu?" tanyaku gemetar dan hampir menangis. Dia datang ke arahku dan membanting makanan yang ku buat. Dia memegang kepalaku kasar hampir menempelkan serpihan beling piring dan bekas makanan yang dijatuhkan Jaehyun ke mukaku. "kau kan sakit, kau saja yang makan." Katanya ketus lalu pergi dari rumah. Aku tidak bisa mendeskripsikan rasanya. Semenjak saat itu, aku dan Jaehyun tidak pernah bertemu. aku selalu kerja dan masuk ke dalam kamar, aku tidak ingin menatap mukanya. Terlalu kasar, kejam, aku tidak kuat. Begitu pula jaehyun, dia juga tidak pernah memanggilku lagi, tidak pernah menyuruhku.

Malam hari jam 10, aku pergi ke dapur untuk minum air putih. Mataku sempat melihat sebuah bungkusan kado yang diletakkan di ruang tamu. Tertulis pesan disitu For my only one woman. Aku penasaran dengan isi kotaknya. Aku membukanya dan ini oleh-oleh dari Guangzhou yang dijanjikannya waktu itu. Aku menangis terharu Jaehyun masih mengingatku. Beberapa detik aku melihat isi kado tersebut, Jaehyun membawa seorang gadis yang cantik dipelukannya. "Siapa yang suruh kau membukanya?" kata Jaehyun dengan dingin. Perempuan itu hanya bergelayut manja pada Jaehyun. "Dia siapa sayang?" kata perempuan itu. "Dia? Cuma budak disini." Kata Jaehyun mencoba menjawab. Jaehyun membawanya dan bercinta dengan wanita itu. 

Mine; Jung JaehyunWhere stories live. Discover now