3

2.9K 190 1
                                    


Selesai makan, kami kembali ke ruangan kami masing-masing. Aku mencoba untuk tenang, mungkin memang dasarnya dia baik. Aku sengaja tidak menyalakan lampu kamarku, aku ingin beristirahat. 

Dia masuk ke dalam kamar ku dengan kasar. Aku terkejut sontak melihat ke belakang. "Tuan, aku-" aku merintih kesakitan, rambutku dijambak. "budak baru, kamu kenapa tidak menjawab pertanyaanku tadi?" tanyanya dengan mengencangkan tarikan rambutnya. "tu-tuan, maaf, sa-sakit." Aku merintih dan mulai menangis. Dia melepaskan tarikan di rambutku menggantinya dengan menodongkan pisau tepat di leherku. Mau tidak mau aku melihat gelap siluet mukanya. "lain kali, jawab aku dan tatap mataku kalau aku bertanya." Aku menangis, tidak bisa mengatakan apapun. "JAWAB AKU!" teriak saudagar ini, tangisanku semakin kencang, dan mengangguk tanpa disadarinya. "jadi kamu masih tidak mau menjawab? Baik. Maaf aku ingin membuat ukiran di tubuhmu yang cantik ini." katanya sambal membelai mukaku dan tersenyum miring. 'TUAN, JANGAN!" teriak ku, baju kemeja yang ku pakai dibuka paksa dan menampilkan aku tanpa dalaman. "hu, boleh juga." Tatapannya menjadi nakal dan senyum jahat yang semakin menjadi.

Pisau itu menyentuh dadaku dan mengeluarkan sedikit luka di dadaku. Dia mulai mengukir sesuatu yang abstrak di dadaku, sakit. Penderitaannya belum sampai situ saja, dia menghajarku dengan tangannya. Pukulan keras melayang ke pipi kiriku dan mendorongku hingga ke tembok. "sekarang, mau jawab?" tanyanya sekali lagi, "maafkan... aku...tuan." Air mataku habis, aku menjawabnya dengan sesengukan. "bisa kau perkenalkan sekali lagi namamu?" tanyanya dengan nada yang menahan emosi. Aku memejamkan mata, rasanya sangat sakit. "Hyesoo, Kim Hyesoo." Aku tidak ingin melihat wajahnya, tapi ku rasa dia terkejut mendengarku menyebutkan nama. "okay, Hyesoo." Katanya dan tersenyum. Dia mencekikku, dan berkata "kamu akan menjadi budak pribadiku. Menyiapkan segala kebutuhanku, sampai hasratku, kamu paham? Jangan pernah menjawab kalau aku yang melakukan ini padamu. Kamu mendapatkannya karena kamu tidak menjawabku, jadi kamu pantas mendapatkan hukuman." sangat mengintimidasi. Kalau aku mengangguk mungkin dia tidak akan melihat anggukanku. "iya, tua-an, lepas-kan.." kataku sambal menahan sakitnya dicekik. Aku mulai kehabisan napas rasanya lemas. Dia melepaskanku dan keluar dari kamarku.

Aku menangis, aku mencoba menyalakan lampu. Aku melihat diriku dikaca, aku seperti bukan manusia, mukaku hancur dipukul. Dadaku penuh darah.

Pagi yang cerah.

Cahaya matahari masuk melalui celah jendela sangat banyak, aku terbangun karenanya. Pemandangannya tidak seperti biasanya, kali ini sangat mewah. Semua begitu sangat indah tapi memar mukaku tidak menghilang.

Haechan mengetuk kamarku dan mencoba masuk membawa pesan. "Noona, Tuan memanggil noona. NOONA! NOONA KENAPA?" teriak Haechan saat melihatku babak belur. "a-aku.." aku ingin menjawab jujur, namun saat aku mengingat ancamannya, "aku terjatuh dari kasur, aku tidak melihat lantainya. Aku terlalu ceroboh kamarnya terlalu gelap." Ini yang keluar dari mulutku. "noona? Aku obati dulu ya lukanya?" tanya Haechan. "tidak, aku tidak apa-apa." Jawabku, aku langsung bergegas menuju kamar tuan.

"Tuan, memanggilku?" tanyaku saat aku sudah memasuki ruangan. Kini aku bisa melihat wajahnya jelas, dia yang bersuara husky itu. Wajahnya tampan, dia sangat serius. Selang perkataanku 15 detik, dia baru menjawab, "duduk disitu." Jawabnya tanpa melihat ku. Aku jalan dan menundukkan mukaku, duduk ditempat yang diminta. Sesekali aku mencuri pandang, dia... dia yang menghajarku, melukai dadaku, menjambak rambutku semalam.

Dia bangun dari tempat duduknya, membawakan kotak p3k. Setelah sampai di depanku, dia duduk sejajar denganku. "Jung Jaehyun, aku akan menjadi majikanmu. Seperti yang aku katakan kemarin, kamu ingat?" katanya sangat mengintimidasi. 

Mine; Jung JaehyunWhere stories live. Discover now