"Hehehe, bercanda kok Rhey"jawab Alea sambil mengusap bahu Rheyna.

Keduanya terdiam, sibuk dnegan pikiran masing-masing hingga mereka lupa dengan tujuan awal mereka bertemu.

"Enzi, jangan lari-lari!"

Pandangan keduanya teralih pada seorang gadis yang sedang mengejar anak kecil laki-laki. Anak kecil itu berlari kearah Rheyna lalu memeluk kakinya dengan erat membuat Rheyna sedikit terkejut.

"Mami"gumam anak itu.

Alea yang mendengar itu sontak menatap sahabatnya dengan penuh tanda tanya.

"Enzi jangan nakal dong!"gadis perempuan yang mengejar bocah laki-laki itu menarik tangannya secara paksa hingga terlepas dari kaki Rheyna.

"Maaf ya kak, keponakan saya nakal"ucapnya sambil berjalan menghampiri Enzi, anak lelaki dengan mata bulat dan pipi gempal.

Rheyna tersenyum."iya gak papa, namanya juga anak kecil"jawab Rheyna.

"Hehe, iya kak"

"Enzi, ayo itu papa udah nungguin dimobil"bujuk gadis itu sambil mengangkat tubuh Enzi kedalam gendongannya.

Enzi pun menurut dan langsung berhambur ke gendongan gadis itu. Matanya tak henti memandangi Rheyna meski sudah berada didalam mobil dengan jendela yang sedikit terbuka. Mobil itu segera beranjak dan Enzi melambaikan tangannya pada Rheyna dengan senyuman yang menggemaskan.

"Kok lucu ya, dia tiba-tiba meluk lo dan manggil lo mami"celetuk Alea yang juga memperhatikan Enzi.

Rheyna menghela, "pasti lo lagi mikirin drama"

Alea terkekeh lalu matanya beralih menatap mobil yang membawa Enzi."eh gue kayaknya kenal deh sama mobil itu, lo tau gak?"tanyanya.

"Orang tuanya kali"jawab Rheyna asal sambil membenarkan ikatan rambutnya.

"Bukan gitu, tapi lo ngerasa pernah lihat mobil itu gak?"tanya Alea sekali lagi.

"Mana gue tau, Le"jawab Rheyna lalu berdiri."ayo, keburu siang"lanjutnya lalu keduanya berlari pelan mengitari taman itu diikuti Alea disampingnya.

Mereka berolahraga tidak jauh dari komplek tempat mereka tinggal.

_

Enzi Geano Abraham dan Aileen Giano Abraham, adalah anak berusia 3tahun dengan kelucuan yang tidak manusiawi. Keduanya lahir dihari dan jam yang sama. Ya, mereka kembar. Anak dari Alvano Gio Abraham dan Marshella Bahara.

3 tahun lalu istrinya meninggal, tepat saat hari persalinannya. Membuat Alvano harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi si kembar. Alvano memang sosok yang dingin, tapi dibalik itu semua, Alvano adalah sosok yang baik hati dan penyayang terhadap kedua anak dan orang tuanya.

Mengurus dua anak kembar yang tidak sejenis itu merepotkan baginya, meski ia baru saja memilih untuk benar-benar merawat mereka. Biasanya Enzi dan Aileen bisa bertemu dengan Alvano dihari libur saja, itupun tidak pernah lama karena Alvano selalu mengerjakan pekerjaan kantor setelahnya.

Alvano menghentikan mobilnya saat sudah memasuki pekarangan rumah orang tuanya.

"Bang, mobil siapa tuh?"tanya Clara, adik ipar Alvano saat melihat mobil sedan berwarna merah dihalaman rumah Rina.

"Sintya kayaknya"jawab Alvano singkat lalu membuka seatbelt miliknya.

"Papa, bukainnn"ucap Aileen yang kesulitan membuka seatbelt

Alvano dengan sigap membukakan nya untuk Aileen lalu menggendongnya keluar dari mobil diikuti Clara yang menuntun Enzi.

Mengenai Sintya, dia adalah wanita yang berstatus sama seperti Alvano tapi dia tidak mempunyai anak. Alvano mengenalnya 2bulan lalu saat orang tuanya meminta mereka untuk menikah sama seperti permintaan Rina pada Alvano dan Kirana.

Perbedaannya Kirana sama sekali belum pernah menikah dan Sintya sudah.

Meskipun yang dikenalkan pada Alvano adalah gadis-gadis cantik dan mempunyai karrier yang bagus tapi tidak sedikitpun Alvano berminat untuk menerima perjodohan itu. Ia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama setelah ia gagal satu kali dalam pernikahannya dengan Marshella yang berujung pada seebuah penyesalan yang hebat.

Pintu rumah yang sedikit terbuka membuat Alvano dan Clara langsung masuk kedalam. Alvano menurunkan Aileen dan langsung menyuruhnya masuk kedalam kamar bersama Enzi dan Clara.

"Itu, Vano sudah pulang"ucap Rina saat melihat Alvano berjalan kearah mereka.

"Mas pulang olahraga?"tanya Sintya dengan senyuman manis diwajahnya.

"Gak lihat saya pakai celana training?"tanya balik Alvano

"Dan satu lagi, jangan sebut saya dengan sebutan itu, saya muak dengar kamu panggil saya seperti itu!"lanjutnya.

"Kok mas begitu? Sebulan lagi kita menikah mas!"jawab Sintya.

"Menikah dengan siapa? Saya? Memang saya ada menerima perjodohan konyol ini? Saya rasa tidak"

"Tapi mas"

"Vano! Kamu jangan seperti itu, dia wanita baik-baik"tegas mamanya, Rina Ambara.

"Semua perempuan yang mama kenalin sama Vano juga mama sebut mereka wanita baik-baik, kan?"sarkas Alvano.

"Ma udah, mungkin mas Vano memang belum siap"ucap Sintya meredakan emosi Rina.

"Sampai kapan pun saya tidak akan siap sama kamu"jawab Alvano kamudian berlenggang pergi.

Ini yang tidak Alvano suka jika harus tinggal bersama orang tuanya. Keributan setiap hari pasti terjadi hanya karena permasalahan yang sama. Apa salahnya jika belum siap untuk kembali berkeluarga?

Duda LoversWhere stories live. Discover now