Rintik 30

10 1 0
                                    


Hai Zoe -Zia





#selamat membaca 😊







     Seharusnya Zoe sekarang sedang ada di kamar. Menjatuhkan seluruh tubuh ke atas kasur. Melemaskan kedua kaki yang hampir patah karena berdiri hampir dua jam. Namun, semua itu hanya angan-angan belaka. Nyatanya, Zoe tetap di area konser dengan Yashi yang terus mengomel sebari menggait tangan Zoe entah pergi kemana.

     Sekuat apapun Zoe mencoba untuk menolak, Yashi tetap keras kepala. Bahkan dia sampai mendumel tidak jelas seperti ibu-ibu rempong. Zoe pasrah membiarkan Yashi terus menariknya ke suatu tempat yang enggan Zoe kunjungi untuk saat ini. Gadis itu hanya berharap ada sebuah keajaiban di atas sana. Minimal berhasil membawa Zoe pergi memakai portal waktu menuju kamarnya yang sekarang kosong tak berpenghuni.

     Suasana backstage terbilang cukup ramai. Banyak yang mondar-mandir seperti setrikaan untuk membereskan semua peralatan musik. Ada juga yang membereskan panggung. Meski, ramai Yashi tetap menggerakan kedua kaki. Mencoba menerobos semua kerumunan yang menghalangi jalannya. Wajah datar itu muncul jika ada seseorang yang mencoba untuk menegurnya karena main tubruk. Berucap tidak sopanlah, dan banyak lagi. Zoe tidak mungkin menceritakan semuanya. Terlalu panjang.

     Kedua kaki Yashi baru berhenti ketika Arif, manajer Zia tiba-tiba muncul dan tidak sengaja menghadang jalannya.

     “Kalian siapa? Main masuk backstage aja tanpa izin.” Tegur Arif memasang muka garang dengan tangan melipat di dada.

     Zoe menghela nafas lega karena ternyata Arif lupa kepadanya. Manajer Zia yang satu ini memang sedikit pikun meski umur belum bisa di katakan tua. Zoe jadi ingat, Zia selalu bercerita sebari bersungut-sungut. Waktu itu Zoe dan Zia sedang sarapan di warung bubur pinggir jalan. Lelaki itu bercerita bahwa dia ingin ganti manajer. Arif tidak bisa diandalkan, terlalu pikun. Zia lelah terus mengingatkan Arif yang pelupa. Zoe saat itu hanya tersenyum menahan tawa mendengar cerita Zia. Tunggu, kenapa jadi cerita?

     “Lo lupa sama dia?” tanya Yashi menunjuk Zoe. Gadis itu langsung melotot. Dalam hati dia terus mengutuk Yashi. Sudah bagus lelaki itu lupa, tapi lihatlah Yashi malah mengingatnya kembali. Zoe bersumpah setelah ini dia akan menjitak kepala Yashi agar otak temannya itu tidak ke balik lagi.

     Arif termenung memperhatikan Zoe dari kaki hingga ujung kepala. Terus seperti itu, seakan Zoe adalah model papan atas luar negeri yang datang langsung ke Indonesia berdiri tepat di hadapannya. Tiba-tiba, mata itu melebar. Ada binar cahaya di sana.

     “Oh gue inget, lo Zoe. Aduh ngapain masih di sini? Zia udah nunggu lo dari tadi. Lo tau sendiri, kalau lo nggak ada, Zia bakal uring-uringan seharian. Kayak anak lagi sawan.” Arif meraih pergelangan tangan Zoe, menarik cepat meninggalkan Yashi. Sebelum Zoe protes Arif sudah memotong duluan. Mengucapkan seribu satu macam kalimat yang tidak bisa di transfer oleh otak Zoe.

     Tibalah mereka di suatu ruangan yang sedikit tertutup. Disana ada tiga orang lelaki yang sedang bersenda gurau dengan meriah. Namun, saat Zoe datang kompak semua diam seribu bahasa. Seakan Zoe adalah remote yang bisa mengendalikan mereka. Jika Zoe bilang nyala, maka mereka akan bersuara. Sebaliknya, jika Zoe bilang diam mereka akan senyap diselimuti keheningan.

     “Zia mana?” tanya Arif membuka suara.

     “Tadi keluar.” jawab Jay. 

     Arif mengangguk. Lalu, berbalik memandang Zoe. “lo tunggu sini, biar gue cari dia.”

     “Eh nggak usah Rif, lagian aku mau pulang udah malam juga.” Zoe memundurkan langkah hendak pamit. Pikiran itu terus berputar, bagaimana caranya dia keluar dari ruangan ini sebelum Zia muncul dan menangkap basah keberadaannya. Namun, belum sempat Arif mencegah. Langkah kaki Zoe mendadak terhenti ketika menbentur tubuh seseorang. Sepertinya orang itu baru muncul dari pintu. Zoe tidak sempat melihatnya.

Perfetto [Selesai]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum