Rintik 29

10 1 0
                                    


Pesonamu tak akan pernah pudar meski aku hilang di telan bumi -Zoe







#selamat membaca 😊







     Satu bulan terasa seperti satu tahun. Tidak ada yang bisa Zoe banggakan dari satu bulan ini. Tak ada ukiran kebahagiaan yang selalu terlukis bersamanya. Dia memang sudah pergi, sesekali bertemu hanya menyapa atau memberi senyuman tipis. Secepat itukah dia melupakan Zoe? Secepat itukah dia mengisi hatinya yang kosong untuk orang lain.

     Zoe sudah terbiasa tidak di sambut kata selamat pagi. Dia sudah melupakan hal-hal kecil yang begitu manis. Namun, tetap saja hati terasa di remas-remas kala Zia dekat dengan orang lain. Rasa cemburu itu masih membengkas di sana. Dan Zoe butuh waktu untuk menghilangkan rasa ini.

     Dari sekian banyaknya kegundahan yang tertanam dalam hati, ada sedikit kebahagiaan hadir dalam kehidupannya. Keluarga yang terus saja menyayat hati Zoe, kini berubah menjadi keluarga penyayang. Tidak ada lagi yang di kekang, tidak ada lagi yang tersiksa. Meski, status bahwa Zoe adalah anak yatim piatu tidak akan pernah luruh, setidaknya memiliki keluarga membuat hidupnya bermakna.

     Ketika seluruh kelas fokus memperhatikan pelajaran fisika, maaf maksudnya bukan seluruh tapi sebagian. Bisa dilihat dari tempat Zoe duduk, hanya jajaran depan yang fokus memperhatikan. Sedangkan, yang lain terutama bagian bangku belakang sudah angkat kaki pergi ke dalam mimpi indahnya. Saat Zoe sedang sibuk mencatat penjelasan di depan, tiba-tiba dia merasakan sesuatu membentur lengannya. Ternyata sesuatu itu adalah tangan Yashi. Temannya itu sengaja menggeser sebuah kertas untuk diberikan kepada Zoe.

     Terpaksa, Zoe harus menghentikan aktivitas tulis menulisnya. Lalu, mengambil kertas tersebut. matanya membulat ketika Yashi memberikan tiket konser Zia. Yang lebih mencengangkan lagi tiket itu VIP.

     Zoe menyingkut Yashi super pelan, “Maksudnya apa?”

     “Nggak usah di ganti, gue kan janji mau traktir lo kemarin. Karena nggak jadi ya udah gue traktir lo buat nonton konser Zia.” bisik Yashi.

     “Kamu kan tau aku sama dia_”

    “Putus? Ya terus kenapa, disana juga kita bukan mau ketemu Zia tapi mau lihat konsernya aja.”

     “Nggak mau ah, kamu aja sendiri yang kesana.” Zoe tentu tidak akan lupa jadwal konser Zia. Waktu itu, Zoe masih ingat, ketika Zia memberikan tiket itu secara cuma-cuma kepada Zoe. Tapi, tiket itu malah dia tempel di buku diary.

     Yashi memutar tubuh menghadap Zoe, sesekali melirik Ibu Ghea yang masih asyik menjelaskan dengan suara lantang. “gue udah mengorbankan uang gue buat tiket itu. Lo tau kan tiket VIP itu mahal?”

     “Kenapa nggak buat Jay aja? Dia belum pernah sekalipun nonton konser Zia kan?”

     “Dia lagi, kenapa sih lo selalu bahas si curut itu? Lagian, gue ogah yah kasih tiket konser itu secara cuma-cuma ke dia. Pokoknya, nggak ada alasan. Lo harus ikut, wajib!”

     “Zoe, Yashi sedang apa kalian?!” refleks, semua murid di kelasnya kompak menoleh ke arah meja kedua gadis itu. Mereka hanya menanggapi ibu Ghea dengan senyuman super manis yang menusuk.

***

     Hari ini adalah bencana bagi Zoe. Tepat di malam ini, Zia akan mengadakan konser. Awalnya, Zoe bahagia karena selama dia di sekolah, Yashi tidak pernah menyinggung soal konser. Tapi, kebahagiaannya berubah menjadi bencana ketika tepat saat bola mentari berwarna oranye mulai angkat kaki meninggalkan langit, Yashi tiba-tiba mampir ke rumah. Lebih gilanya lagi, Yashi memberi tahu secara gamblang tentang tujuannya datang kesini kepada Aviel dan Kaula. Dan pasti nama Zia terus saja disebut oleh temannya itu.

Perfetto [Selesai]Where stories live. Discover now