Rintik 1

45 6 10
                                    

Kamu memang nakal, sulit di atur. Tapi, anehnya kenapa aku tetap suka yah?

-Zia

#Selamat membaca

"ZIA!!!!"

Zoe hanya bisa mendengus sebal ketika si pemilik nama itu tidak juga mau menoleh ke arahnya. Sorot mata pemilik lelaki tampan itu malah terfokus ke satu arah. Pada lautan manusia yang di dominasi para wanita. Mereka menjerit-jerit menyebutkan namanya. Zoe semakin naik pitam ketika Zia menyeringai sebari melambai tangan sekilas kepada seluruh wanita di dalam tempat konser yang sesak ini. Sontak semua lautan manusia yang sudah histeris semakin menunjukan kegilaan mereka.

Zoe mengerucutkan bibir sebari bersedekap. Hawa di sekeliling gadis itu terasa panas seperti di panggang. Meski, konser pacarnya ini di fasilitasi alat pendingin, Zoe tidak kuat melihat para fansnya yang candu akan sosok Zia. Ada rasa cemburu dan kesal yang tertahan dalam dada. Terlebih, ketika Zia mengabaikan Zoe yang berdiri di bawah kiri panggung.

"Zia, I love you!!" Zoe segera menoleh pada seorang gadis di sampingnya. Gadis itu berdecak kesal menahan amarah yang menggebu-gebu. Zoe tidak kuat ingin mencolok kedua mata gadis itu ketika terang-terangan dia memandang Zia sebari menyatukan kedua tangan. Zoe bisa melihat pengharapan dari sorot mata gadis itu.

Zoe menghela nafas menahan suara toa yang hendak keluar. Dia tersenyum kecil, ide muncul dalam benak. Gadis itu menempelkan kedua tangannya di sisi mulut. Lalu, berteriak sekencang mungkin. Berusaha mengalahkan alunan musik yang berdentum keras.

"ZIA CUMA PUNYA ZOE. POKOKNYA PUNYA ZOE. ZOE PACARNYA ZIA!!!!"

Teriakan yang menggema manis di sekitar Zoe berhasil menyita perhatian beberapa orang di dekatnya. Ada yang memandang heran dan ada juga yang mencibir. Tapi, Zoe tidak peduli. Lagipula, dia tidak mengada-ada. Zoe memang pacar Zia, begitupun sebaliknya.

Ternyata teriakan membahana tersebut berhasil membuat lelaki yang sedang bermain gitar sebari memamerkan suara indahnya itu memandang Zoe. Gadis itu sedikit berjingkat ketika manik mata coklat milik Zia melirik ke arah Zoe. Pandangan yang begitu teduh dan lekat membuat jantung di dalam dada berdetak liar. Pipi gadis itu menghangat, dan tanpa sadar melukis semburat merah di kulit gembulnya. Ada yang berbeda ketika Zia memandang Zoe daripada melirik fans-fansnya yang berjibun. Zoe seakan makhluk yang spesial di mata Zia. Gadis itu membeku ketika Zia menarik senyum tipisnya untuk Zoe. Hanya untuk Zoe, ingat!

Zia membungkukan badan ketika alunan lagu telah selesai dia mainkan. Setelah mengucapkan terima kasih sebari melambaikan tangan, lelaki itu pergi menghilang dari panggung dengan gitar di pangkuannya. Meski, Zia telah pergi. Tepukan membahana belum juga mereda. Zoe senang karena konser pacarnya berjalan lancar.

***

Setelah berdesakan dengan kumpulan orang-orang. Akhirnya, Zoe bisa bernafas lega karena dia bisa terbebas dari sana. Dia bersyukur memiliki tubuh yang mungil. Jadi, mudah untuk menyelip-nyelip. Yah, maupun sempat terdorong kesana kemari oleh orang banyak.

Zoe dengan lincahnya berlari menuju backstage tempat pacarnya sekarang berada. Hanya memandang dari panggung saja tidak cukup bagi Zoe. Gadis itu terrhenti ketika melihat orang-orang yang keluar masuk ruangan, nampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tapi, dia tidak melihat Zia. Orang itu pasti di dalam. Zoe melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Tapi, baru saja mencapai daun pintu...

"HUUUAHHHH!!!"

Gadis itu terkesiap. Jantung terasa hampir copot ketika seseorang mengagetkannya di pinggir daun pintu. Zoe sampai refleks melompat sedikit ke belakang sebari memegang dada yang tegang. Sedangkan, Zia hanya bisa tertawa melihat wajah terkejut Zoe dengan mulut sedikit terbuka. Sebal, Zoe segera menyerang Zia dengan pukulan bertubi-tubi.

Perfetto [Selesai]Where stories live. Discover now