Rintik 6

10 2 0
                                    


Tuan Putri?

#Selamat membaca 😊



Setelah menaruh tas di dalam kelas, Zoe keluar, berjalan cepat ke arah tangga koridor lantai tiga. Tempat deretan kelas sebelas. Jam menunjukan pukul 06.20. Zia pasti sudah ada di kelas. Sesampainya disana, Zoe langsung ditembaki kilatan pisau dari mata-mata lautan orang yang berlalu lalang.

Hatinya sedikit ciut berada di tempat terlarang seperti ini. Pertama, karena Zoe berada di wilayah kekuasaan kakak kelas. dan yang terakhir karena Zoe dekat dengan Zia. Orang-orang di sekolah ini tidak tahu status mereka. Namun, tetap saja fans-fans Zia tentu iri besar karena Zoe bisa dekat dengan Zia. Padahal, Zoe bukan bagian dari kelompok Zialovers. Salah satu komunitas fans-fans Zia. Zoe tahu para fansnya itu amat membencinya. Mereka yang baru tahu Zoe dekat dengan Zia saja mereka sudah seperti itu. Apalagi jika mereka tahu ternyata Zoe dan Zia berpacaran. Sudah habis bangunan sekolah di bakar para fans fanatik Zia.

Zoe berusaha untuk melawan rasa tak percaya dirinya. Gadis itu tetap melangkahkan kaki menuju kelas yang terletak di ujung gedung. Pertanyaan-pertanyaan itu selalu hadir di dalam benak. Dia butuh penjelasan, dan hanya satu orang yang bisa menjawab pertanyaannya. Tak lain dan tak bukan adalah Zia.

Langkah kakinya terhenti tepat di depan kelas XII IPA 6. Nafasnya sedikit tersenggal-senggal karena berlari dari ujung tangga sampai ujung gedung. Mendadak gugup merasuki jiwa Zoe. Untuk pertama kalinya, Zoe berkunjung ke kelas Zia. Biasanya lelaki itu yang akan berkunjung ke kelasnya. Mengajak ke kantin, atau sekedar berjalan beriringan di taman belakang sekolah. Namun, sekarang Zoe yang mampir ke kelas Zia.

Zoe hendak mendekati daun pintu untuk mengintip. Namun, gadis itu terkesiap ketika seorang lelaki bertubuh tinggi dan rambut rapi hitam legam tiba-tiba keluar dari kelas. Mendapati kehadiran Zoe.

"Lo mau ketemu sama siapa?"

Zoe yang salah tingkah karena tertangkap basah, segera menoleh ke arah lelaki itu. "Hah?"

"Wajah lo nggak asing, sering kesini yah?"

Zoe menggeleng, "Ada Zia?"

Lelaki itu melirik sebentar ke dalam kelas. Salah satu tangannya dia masukan ke dalam saku celana. "Lihat aja sendiri."

Zoe hanya memperhatikan lelaki asing itu pergi melewatinya. Wajah cantik tersebut berubah cemberut, sedikit kesal pada makhluk asing satu itu. Dia sempat melirik ke dalam, tapi malah menyuruh Zoe untuk melihat sendiri. Kalau tau seperti itu, mending tidak usah melirik ke dalam. Suruh saja Zoe masuk ke dalam kelas.

Gadis itu menghembuskan nafas. Melupakan sifat buruk lelaki asing tadi. Zoe melangkahkan kaki mendekati daun pintu, sedikit lagi Zoe hendak menyembulkan kepala. Zia tiba-tiba muncul, keluar dari kelas. Zoe kali ini benar-benar terkejut. Bukan hanya sekedar terkejut karena Zia mendadak muncul seperti jin tomang melainkan Glara yang berdiri di samping Zia sebari memeluk sebelah tangan lelaki itu.

Kedua mata sepasang kekasih itu bertemu. Zia terkejut bukan main. Gadis bernama Zoe itu hampir tidak pernah berani menginjakan kaki di wilayah kelas dua belas. Dia sendirilah yang selalu inisiatif mengunjungi kelas gadis itu. Tetapi, tak ada angin, tak ada hujan. Zoe datang kesini, berdiri tepat di hadapannya.

Kedua sudut mata Zoe menjalar menuju rangkulan tangan Glara. Zoe terdiam, dia bingung harus bereaksi seperti apa. Wajah gadis itu nampak baik-baik saja. Tidak tahu kalau jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, luka baru itu tumbuh. Menimbulkan rasa sakit yang memilukan.

"Zoe, aku_" Zia buru-buru melepas rangkulan tangan Glara.

"Ngapain lo disini?" bukan Zia yang bertanya melainkan Glara.

Perfetto [Selesai]Where stories live. Discover now