Rintik 17

10 2 0
                                    


Diam berarti jawabannya iya -Zia




#Selamat membaca 😊






     Semua orang di meja makan kompak menggulir pandang ke arah Zoe. Gadis itu baru turun dari anak tangga terakhir. Hendak berangkat sekolah. Zoe hanya memandang sebentar, lalu berbalik berniat pergi.

     “Nggak makan dulu?” tanya Ursa menyahut dari meja makan. Kedua kaki Zoe yang baru berjalan beberapa langkah mendadak berhenti. Gadis itu bisa mendengar Aviel dan Kaula bersuara.

     “Ursa apa-apaan kamu ini? Dia sedang dihukum.” Protes Aviel.

     “Mengertilah Ursa, kami sedang berusaha bersikap tegas kepadanya.” Sambung Kaula.

     Ursa geram. Lihatlah, kedua orangtua ini sekarang kelakuannya mirip sekali anak kecil.   “Berhenti bersikap seperti anak kecil, mama dan ayah sudah dewasa. Seharusnya bisa berpikir lebih cerdas.” Ursa bangkit dari kursi. Menghampiri Zoe yang masih mematung di tempat.

     “Makan dulu Zoe.”

     Zoe menggeleng, “Zoe bisa makan di luar.”

     “Cukup 2 hari kemarin lo makan di luar. Sekarang lo harus makan disini. Ini tempat tinggal lo, Zoe. lo bagian dari keluarga kami.”

     “Mama sama ayah masih mogok bicara. Tunggu aja, sampai mereka nggak marah lagi sama Zoe. Baru Zoe mau makan disini.”

      Ursa berdecak kesal, “Permainan mereka lo ikutin. Ayolah, berpikir cerdas sedikit. Masa cuma gara-gara ulangan fisika, lo sampai nggak boleh menyentuh makanan di rumah ini. Inget kesehatan, itu lebih penting. Kalau nilai kan bisa diubah, tapi kalau lo sakit, lo sendiri yang bakal susah.”

      “Zoe lagi nggak nafsu makan, ada urusan juga di sekolah.”

     Ursa menghela nafas, si kepala batu ini tidak bisa dipengaruhi. “Ok, gue izinin lo pergi. Tapi, lo harus bawa bekal pengganjal perut. Lo tunggu di ruang tengah jangan pergi sebelum gue kembali.”

     Zoe hanya bisa menurut. tidak bisa membantah Ursa yang sudah berlari menuju dapur. Menyiapkan bekal makanan untuknya. Zoe menyeret kaki untuk duduk di ruang tengah. Tepat ketika dia baru saja menurunkan bokong, ponsel Zoe berdering.

Pacarku

Bangun, jangan sampai telat berangkat sekolah.

     Gadis itu menghiraukan pesan dari Zia. Sedari kemarin, tepatnya pada malam hari ketika Zoe mengecek ponsel yang dimatikan. Terkejut, mendapatkan beratus-ratus pesan dari Zia. Ditambah dengan panggilan yang tidak terjawab. Saat itu Zoe merasa tidak enak, lelaki itu rela menghabur-haburkan kuotanya hanya untuk menghubungi Zoe. Terbesit ingin menelpon balik, tapi urung. Dua kali gadis itu dikecewakan, dan Zoe tidak mau merasakannya lagi.  Zoe tidak marah kepada Zia. Hanya ingin menjauh dulu, setidaknya sampai suasana hati membaik.

     “Ini, roti bakar isi coklat dan kacang. Kesukaan lo kan?” Ursa muncul mengasongkan kotak bekal berwarna biru laut kepada Zoe.

     Zoe bangkit, menyambut kotak makanan tersebut. “Kok kakak tau rasa roti bakar kesukaan Zoe?”

     “Dari Zia, gue kan sering banget tuker pesan sama dia. Terus, Zia sempat bilang kalau Zoe itu suka roti bakar rasa coklat dan kacang. Aduh, pacar lo itu yah sweettttt banget tau nggak. Beruntunglah lo punya dia.” Ujar Ursa sedikit tersipu.

     “Kakak punya nomor telpon Zia?”

     “Bukan gue duluan. Tapi, anak ganteng itu yang punya nomor telpon gue. Dia yang chat duluan, terus gue pernah nanya dapet nomor darimana? Kata Zia, nyolong dari ponsel orang.”

Perfetto [Selesai]Where stories live. Discover now