Rintik 7

10 2 4
                                    


Lo hanya singgah sebentar, tidak untuk selama-lamanya -Glara



#Selamat membaca 😊





      Zoe memakan roti tidak selera. Pendeteksi rasa pada mulutnya seakan sudah rusak. Hambar tak berasa. Sesekali, gadis itu melirik ponsel di sisi lengannya. Zoe menekan sisi tombol aktif pada ponsel tersebut. layarnya pun menyala. Namun, tidak ada notifikasi apapun. Dari siapapun. Termasuk Zia, sejak semalam Zoe menunggu chat dari dia. Zoe rela menunggu sampai jam 22.00 malam. Tapi, pengorbanannya itu tidak membuahkan hasil. Zia tetap tidak menghubungi Zoe.

      “Zoe, hari ini kalau tidak salah ulangan fisikamu akan dibagikan, bukan begitu?”

      Zoe tersedak ketika air susu baru saja mengalir di kerongkongannya. Dia menaruh gelas susu yang masih penuh, mengambil tisu. Lalu, berdehem. Menetralisir keterkejutan yang menghujani dada. “I_Iya yah, hari ini.”

      Kenapa Zoe sampai lupa hari ini ulangan fisika di bagikan? Bagaimana dengan nilainya? Ada kecemasan mengalir di dalam tubuh. Zoe sudah pasrah. Sepertinya, pulang sekolah Zoe akan di caci maki lagi. Tak ada peluang sedikitpun Zoe mendapatkan nilai memuaskan. Yang memungkinkan hanya nilai kecil, berapa. Apakah tusuk gigi, telinga monyet, atau kursi?

     “Saat persiapan ulangan fisika, kamu sudah belajar dengan benarkan?” tanya Aviel lagi.

      “Belajar kok yah.” Gadis itu tersenyum sekilas melirik Aviel.

      “Bagus, ayah yakin kamu akan mendapatkan nilai memuaskan. Kalau bisa kamu harus mengalahkan teman-teman sekelasmu. Ok?”

      Zoe mengangguk. Dia mulai ragu, apa bisa dia mengalahkan teman-temannya? Si peringkat 2 saja belum tentu Zoe mampu. 

      Suara kursi tergeser, memecah lamunan Zoe. Dia melihat Ursa dengan pakaian super rapi. Ursa tersenyum memandang adiknya, lalu dibalas serupa oleh Zoe.

      “Kamu mau ke kampus?” tanya Kaula, mama mereka yang baru saja muncul dari arah dapur. “Biar mama bikinkan roti buat bekal yah?”

      “Eh nggak usah mah, Ursa bisa sendiri.” Ursa dengan cepat mengambil alih. Merebut selembar roti di tangan mama. Lalu, mengoleskannya dengan selai.

      Zoe hanya memandang sekilas. Terkadang Zoe merasa iri kepada sang kakak. Mama lebih perhatian kepada Ursa di banding dirinya. selalu membantu Ursa mengoleskan roti, membuat masakan kesukaan Ursa, membelikannya baju baru saat mama mengunjungi mall. Yah sedangkan Zoe, entahlah. Kaula bisa dibilang jarang sekali mengobrol berdua dengan Zoe. bahkan mungkin hampir tidak pernah.

      Sedang asyik melahap makanan, Ursa tiba-tiba mendekatkan wajahnya tepat di telinga Zoe. “Ada Zia di depan.”

      Kedua iris mata Zoe membulat. Menoleh ke arah Ursa. bertanya benar atau tidak. Ursa mengangguk sebari tersenyum sebagai jawaban. Akhirnya, setelah sekian lama dia menunggu. lelaki yang dirindukannya itu datang juga ke rumah tanpa Zoe minta. Gadis itu bangkit, pamit kepada kedua orangtuanya dan juga Ursa. Membawa rotinya yang tinggal sepotong lagi.

      Dengan semangat menggebu-gebu, Zoe keluar dari rumahnya. Gadis itu berhenti sejenak di teras rumah. senyum itu terbit ketika melihat motor ninja milik Zia. Zoe melesat cepat membuka gerbang. menghampiri kekasihnya itu.

      “Selamat pagi Zia.” Sapa Zoe ceria.

      Zia yang sedang bersedekap sebari melihat lurus ke depan, segera menoleh. lelaki itu tersenyum. Seketika debaran jantung Zoe berdetak liar. Suhu tubuhnya panas dingin seperti orang sakit. Zoe sungguh terpana melihat senyuman itu.

Perfetto [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang