Chapter 35-Hadiah(Dating)

7 0 0
                                    

Kami bertemu teman-teman yang lain di entrance. Sekitar lima orang, empat anak cewek dan satu anak cowok.

Pertemuan dengan teman-teman hanya untuk menghitung jumlah kami. Semua berpencar dengan kesenangan masing-masing.

Dan aku bersama dengan Niko yang aneh bin ajaib selalu tertarik pada sesuatu yang sama, disatukan untuk berkeliling bersama-sama.

Entah apa ini yang kuinginkan, tapi bagaimana kalau nanti beneran pingsan di tengah jalan, diinjek-injek di tengah keramaian, trus di buang sama tukang bersih- bersih karena di kira sampah masyarakat? Kok jadi ngawur sih.

Dugaanku keliru besar. Kami begitu menikmati jalan-jalan berfaedah kami, ilmu-ilmu yang tersebar di sana-sini. Dari mulai penemuan-penemuan terkini, seminar, kontes robotic dan sebagainya.

Niko tak lepas dari note tabnya, menyimak penuturan ataupun menuliskan kesimpulannya dari mengamati. Event ini semakin dimeriahkan dengan adanya bazaar dan festival seni yang menanti di luar gedung.

Satu setengah jam berkeliling, setelah membeli beberapa makanan kecil untuk branch, kami memutuskan istirahat di foodcourt terdekat.

Niko datang membawa minuman dingin. Aku meneguknya dengan rakus, mengusap bekas di bibir dengan lengan baju.

Dia tampak geli dengan kelakuanku. Aku jadi malu sendiri.

Bisa gak sih kamu jaim sedikit, Nirmala?! Setidaknya di depan dia.

Aku berdehem untuk mencairkan suasana canggung yang kubuat sendiri."So, apa yang mau kami minta Aladdin?"

Niko menyudahi acara minum ala bangsawannya. Soalnya dia minum seperti pewaris kerajaan, anggun, sopan dan sama sekali tak ada bekas minuman menyerembet dari bibirnya.

Iyalah, dia kan pakai sedotan. Hihihi.

Dia tampak berpikir dalam, menggigit bibirnya sebelum menghela napas. "Mmm. Nanti deh," katanya. Dan kalau aku tak salah lihat, pipinya bersemu.

Dia blushing?

Menekan rasa penasaranku, aku mengabaikan topik yang sepertinya sedikit misterius tadi.

Mengalihkan dengan bincangan sedikit melenceng dan tak fokus.

Serius, dia bikin aku penasaran setengah mati.

Tak lama, aku memutuskan melihat-lihat beberapa souvenir dari beberapa pedagang kecil di luar gerbang.

Niko mengikuti. Pasalnya, anak-anak tadi tak ada nampak batang hidung sama sekali.

Selesai memilih beberapa jepitan rambut yang kurasa imut dan unyu, Niko mengajakku kembali ke parkiran, mungkin anak-anak sudah menunggu.

Tak ada siapa pun di sana. Aku dan Niko menunggu dengan sabar. Niko yang dari tadi seperti seorang bapak-bapak habis di PHK dan enggak dapet pesangon padahal listrik di rumah sudah menunggak. Maksudnya, pikirannya mendalam gitu, mulai mengeluarkan suara.

"Mmm. Ini. Kamu suka Hello Kitty, kan?"

Dia menyodorkan sebuah sapu tangan yang terlihat murahan masih terbungkus rapi dengan plastik gocengan. Dia menatapku, menunggu reaksiku. Aku hanya terpana dengan mulut sedikit terbuka.

"Kalau enggak mau, ya udah."

Niko mengayun tangannya, hingga benda itu terbebas dari sorotanku. Aku segera tersadar dan merampasnya secepat kilat sebelum cowok itu mengangkat tangannya lebih tinggi dan sulit dijangkau olehku.

"Aku suka kok!"

Menatap berbinar, dan tawa lepas berderai dari bibirku.

Seketika waku berhenti. Mengernyitkan dahi, menyadari ada sesuatu berbeda darinya.

Souvenirs Inoubliables (Vers.HER) [Complete]Where stories live. Discover now