Chapter 44-Cinta Pertama Bluffy

8 0 0
                                    


Pertunangan akhirnya terjadi.

Seorang yang dipanggil Syarif dan kami bersekolah di tempat yang sama. Aku mulai menebak siapa Syarif yang dimaksud. Dan kalau benar dugaanku, Syarif yang itu adalah calon imamku.

Orang-orang bilang lebih baik dicintai daripada mencintai bukan?

Sejujurnya, aku tak keberatan, toh memang benar dia menyukaiku. Dan kali ini, aku hanya harus membalas perasaannya. Sesimpel itu.

Ini mudah. Pasti akan mudah.  Aku memukul dadaku yang terasa sesak, tiba-tiba saja acara pertunanganku sudah di depan mata. Semua berjalan sesuai arahan dan petunjuk Oma sebagai tetua yang paling dihormati.

Oma menanyakan padaku sekali lagi, apa aku hendak melihat calonku secara langsung? Aku menolak, apa yang mereka berikan kemarin rasanya sudah cukup. Walaupun aku tak menyentuh amplop itu sama sekali. Toh, aku sudah mengenal baik Syarif.

Di hari H, beberapa orang datang untuk mengikatku dengan cincin. Sebuah acara khusus wanita jadi Syarif tidak bisa ikut. Pernikahan akan dilangsungkan setelah kami lulus dengan alasan bahwa Syarif akan kuliah di Jerman jadi dia akan membawaku bersamanya.

Om Alatarik Akbar dan Tante Annisa adalah calon mertuaku. Mama dan Papa mengenal baik mereka, jadi aku tak pelu khawatir punya mertua galak karena keduanya orang yang sangat baik. Ini cukup melegakan. Kendati setelah ini akau akan berada jauh dari rumah. Itu lebih baik. menjauh dari sini, dari Niko, dan semua kenangan kami akan memudahkanku melupakannya.

***

Seiring waktu, UAN berlalu. Sekolah mengadakan Prom Night yang akan diisi pesta dansa dan penobatan gelar raja dan ratu dansa. Hari itu aku tak melihat batang hidung Niko. Rasannya rindu karena selama UAN pun kami berbeda kelas.  Duh, apa sih yang aku pikirkan. Aku harus menjedotkan kepalaku ke tembok, melihat cincin yang sudah tersemat di jari manisku sedangkan kepalaku masih memikirkan pria lain, sungguh sikap yang setia. Omong-omong aku juga tidak melihat Syarif. Anak itu anehnya seolah menjauhiku. Apa dia malu?

Acara itu berakhir dengan ditunjuknya Olivia dan Wahyu sebagai pasangan raja dan ratu. aku memilih pulang lebih awal dan tak sengaja mendapati Niko yang mencegat taksi. Sekilas aku melihat dia terkejut melihatku, dan kemudian naik dengan tak acuh. Begitu ternyata, dia menghindariku.

Rangga menawarkan rumahnya untuk berkumpul keesokan harinya. Jarang-jarang mereka akan berkumpul setelah mendapat ijazah nanti. Rani memintaku membantu membuat kue untuk di bawa ke rumah Rangga. Awalnya aku menolak, merasa malu untuk bertemu dengannya. Setelahnya aku mengalah, karena Rani tak ingin pergi tanpaku dan kue yang kami buat menjadi mubazir nantinya.

Rumah Rangga tampak ramai dengan sekitar 20-an orang berada di pekarangan tengah memanggang barbeque, lebih banyak lagi di dalam rumah.  Semuanya adalah teman-teman yang cukup akrab dengan Rangga. Beberapa orang yang kukenal menyapaku dan kami berbicara sebentar sebelum aku masuk bersam Rani untukmenyiapkan kue yang kami bawa.

Dan kembali tubuhku bereaksi tak biasa sesaat setelah meyadari kehadirannya juga. Hubunganku dengan Niko masih renggang, justru semakin jauh. Kami hanya dapat bersenda ria kala teman-teman berkumpul bersama.  Selebihnya kami tak saling menyapa. Hal ini akan memudahkan kami saling melupakan. Walaupun, perasaanku tak ada yang berubah.
Semua masih sama.

Suasana rumah Rangga seramai pasar pagi. Acak-acakan dengan bungkus makanan dan minuman di sana-sini. Ada yang menonton, main catur, main game, bahkan ada yang berenang, masak, atau hanya sekedar numpang tidur.

"Wah akhirnya trio hijabers ngumpul nih."


Aku tersenyum kecil dengan sambutan Bobby. Abel memang sudah datang sejak tadi.

Souvenirs Inoubliables (Vers.HER) [Complete]Where stories live. Discover now