Chapter 9-Dorrr!

24 4 0
                                    

Wangi ini... wangi yang kukenal.

Perasaan jeruk lemon hangat. Aku merasakan sesuatu yang menggelikan membelai hidungku hingga gatal.

Kepalaku pening dan berat, seolah ada tumpukan batu bata di atasnya.

Mataku mengerjap perlahan, hanya gelap yang terlihat, aku memfokuskan pada sebagian siluet cahaya kecil rembulan di balik bayangan hitam di depan dada.

Astaga!

Bau ini miliknya.

Di depan dada?

Jantungku tanpa perintah, berdentam riuh bak stadion GBK.

Dia menyadari dan mengangkat kepalanya. Buru-buru pergi dari hadapanku.

Apa itu tadi?

Batinku was-was. Setelah tubuhku mulai beradaptasi kembali, aku bangkit duduk.

Jantungku sampai harus mempelajari kembali caranya berdetak dengan benar. Beruntung kami berada di tempat gelap, wajahku pasti sudah sepupu warnanya dengan saus tomat.

Sosok Reno berjalan mendekat. Seulas senyum ia perlihatkan. Ah, aku hampir lupa, bahwa kami sedang dalam pelarian maut.

"Anak itu minta berganti jaga," katanya, seolah menjawab rasa ingin tahuku.

"Kamu gak kenapa-kenapa kan?"

Aku menggelang pelan, kepalaku masih pening jika di gerakkan.

"Syukurlah kalau begitu. Oh ya, terima kasih sudah menyelamatkanku tadi. Kamu Nirmala kan? Salam kenal ya."

Masih bersama senyumnya.

Ralat semua pikiran negatifku tentangnya. Semua itu sungguh tak beralasan. Kurasa istilah "don't judge a book by his cover", sangat sesuai dengan situasi ini.

Adakah anak tak tahu diri yang berterima kasih bahkan menanyakan kabar? Tak ada.

"Kamu jangan salah paham tentang anak itu ya. Dia hanya mencoba membantu tadi."

Dia tertawa kecil. Aku yakin dia pasti anak yang periang dan friendly. Sangat suka tertawa, tapi apa yang lucu dengan kata "dia hanya mencoba membantu"?

Pandanganku melayang pada luka di lengannya. Sekelumit pertanyaan muncul di kepala.

Jadi, siapa yang membawaku kemari?

Sekali lagi pipiku bersemu tak tahu malu. Semoga saja dia tak memperhatikan. Dan sekarang aku jadi tahu apa yang dianggapnya lucu. Aku membalasnya dengan senyum canggunh.

"Kamu ada hubungan apa sama dia?"

" Hubungan? Gak ada sih. Aku teman Rani. Dia teman Rangga. Rani berteman dengan Rangga, begitulah kami mengenal. Tapi kita juga gak dekat amat kok."

"Oh gitu. Sorry ya, aku nanya gini. Soalnya dia itu anti cewek banget. Dan kamu tau panggilannya di sekolah itu apa?" Dia menjeda sok penting. Ceritanya bikin penasaran gitu. "Gagak," lanjutnya.

"Gagak? Kok bisa? "

"Iya gagak, ganteng-ganteng karatan." Dia tertawa, hampir saja kelepasan.

Coba lihat, siapa yang hampir mati tadi, sekarang malah tertawa seolah tak ada bahaya yang mengincarnya.

Tapi syukurlah, setidaknya hal ini dapat mengurangi efek traumatis akan kematian yang membayang di depan mata kami tadi. Kami juga tak pernah tau kan, apakah ini akan jadi senyum terakhir kami nantinya.

"Soalnya, aura dia surem kalau deket sama cewek. Meski kecenya dia dah ngelebihi expired date tapi belum juga punya gebetan. Jadi dia di panggil begitu deh ma temen-temen."

Souvenirs Inoubliables (Vers.HER) [Complete]Where stories live. Discover now